Meraih 5 Sumber Kekayaan Ramadan. Siapa Tahu Ini Adalah Ramadan Terakhirku
- May 15, 2018
- By Tatiek Purwanti
- 17 Comments
Love is everywhere
So much peace fills up the air
Ramadan month of the Quran
I feel it inside of me, strengthening my iman
But how I wish you’d be here with me all year around
(Ramadan by Maher Zain)
Tidak terasa sebentar lagi bulan Ramadan 1439 Hijriyah akan segera tiba. Waktu begitu cepat berlalu. Seakan baru kemarin kita menangis tersedu karena berpisah dengan bulan Ramadan tahun lalu. Seolah-olah baru beberapa saat saja kita melantunkan doa agar umur kita disampaikan pada Ramadan tahun berikutnya. Sekarang, saat-saat indah itu akan segera tiba. Segala puji bagi Allah Swt yang telah memberikan kesempatan sekali lagi bagi kita untuk memasuki gerbang bulan suci itu.
Saat menulis ini, Ramadan tinggal dua hari lagi. Doa saya terus terlantun agar umur saya disampaikan hingga nikmat berpuasa Ramadan tahun ini saya rasakan. Ya, siapa yang bisa menjamin panjang usia seseorang? Tiga orang kerabat saya yang Ramadan tahun lalu berpuasa, saat ini sudah terbaring abadi di pemakaman. Beberapa bulan yang lalu mereka dipanggil oleh Allah Swt sehingga Ramadan tahun lalu adalah Ramadan terakhir mereka. Duh, bagaimana jika hal itu terjadi kepada saya tahun depan? Apakah tahun ini akan menjadi Ramadan terakhir bagi saya?
Setiap pertemuan pasti berpasangan dengan perpisahan. Itulah sunatullah, ketetapan Allah Swt yang pasti terjadi. Seperti yang saya tuliskan di atas, kita akan sangat berat berpisah dengan Ramadan yang sebulan penuh dihadirkan Allah Swt dalam keseharian kita. Mengapa? Karena kita mencintai Ramadan, merasakan nikmat beribadah di dalamnya, dan merasa masih kurang menjalaninya. Karena kita cinta, maka kita bersedih saat harus kehilangan. Sebuah kewajaran pada sisi kemanusiaan kita. Kewajaran pada sisi seorang hamba yang memperoleh karunia berupa kesempatan mendulang pahala di bulan mulia.
Perpisahan dengan Ramadan akan terjadi selama-lamanya saat kita ditakdirkan menghadap-Nya. Jujur saja, yang saya takutkan bukan tentang kematiannya karena itu pasti dialami setiap makhluk yang bernyawa. Saya takut karena merasa masih banyak dosa. Saya takut jika beberapa Ramadan yang telah saya lalui ternyata tidak menghapuskan dosa-dosa saya. Saya memang memasuki Ramadan tapi keluar dengan tangan hampa. Menjadi hamba yang merugi karena dosa saya tidak diampuni. Astaghfirullah...
“Dari Ramadan ke Ramadan berikutnya menjadi pengampun dosa-dosa selama dia tidak melakukan dosa besar.” (HR. Ahmad)
Menyimak Ramadan Terakhir Rasulullah
Sebagai hamba Allah Swt yang biasa, kita pasti tidak diberikan tanda-tanda menjelang tutup usia. Kita tidak tahu Ramadan yang manakah yang menjadi Ramadan terakhir bagi kita. Sedangkan tanda-tanda perpisahan diperlihatkan oleh Allah Swt pada diri Rasulullah Saw di Ramadan terakhir beliau. Saat itu, ada yang tidak biasa pada bulan Ramadan tahun 10 Hijriyah. Malaikat Jibril mengetes bacaan Alquran Rasulullah dua kali, padahal pada Ramadan-Ramadan sebelumnya hanya sekali. Lalu, Rasulullah beri’tikaf pada dua puluh hari terakhir Ramadan. Padahal biasanya beliau melakukannya hanya di sepuluh hari terakhir saja.
Saat itu, para sahabat tidak memahami isyarat perpisahan itu. Mereka tidak menyadari bahwa pada Ramadan tahun berikutnya, Rasulullah tidak akan lagi bersama mereka. Bahkan pada bulan Zulhijjah saat Rasulullah berhaji wada’, para sahabat -selain Abu Bakar- masih saja belum menyadari hal itu. Rasulullah berkata, “Aku tidak tahu pasti, boleh jadi aku tidak akan bisa bertemu kalian lagi setelah tahun ini dengan keadaan seperti ini.”
Kita bisa belajar tentang melipat gandakan amalan dari peristiwa Ramadan tahun 10 Hijriyah itu. Ya, Rasulullah beribadah lebih banyak dari Ramadan sebelumnya. Maka bagi kita yang hanya bisa berharap-harap cemas akan jatah Ramadan terakhir kita, bukankah seharusnya memaksimalkan amal ibadah kita di bulan Ramadan? Sambil menulis ini, saya berniat akan memperbaiki kualitas amal ibadah saya di bulan Ramadan nanti. Ramadan ini harus lebih baik dari tahun sebelumnya karena siapa tahu ini adalah Ramadan terakhir saya.
Meraih 5 Sumber Kekayaan di Bulan Ramadan
Ramadan adalah bulan penuh sumber kekayaan dan kita diberi kesempatan oleh Allah Swt untuk meraihnya begitu memasukinya. Tapi untuk meraihnya, kita memang memerlukan persiapan di bulan-bulan sebelumnya agar terbiasa. Maka kesungguhan kita mempersiapkan diri sejak Rajab dan Sya’ban akan melatih kita siap bertempur saat Ramadan tiba. Alangkah beruntungnya orang-orang yang beriman yang mampu meraih kelima sumber kekayaan Ramadan berikut ini:
1. Kunuzu Alquran (Sumber Kekayaan Alquran)
Nama lain dari Ramadan selain Syahru Shiyam adalah Syahrul Quran atau bulannya Alquran. Sebagaimana yang tercantum pada awal surat Al Baqarah ayat 185:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).”
Lantunan kalamullah biasanya terdengar lebih sering di bulan ini. Bersahutan dari masjid ke masjid atau musala ke musala. Banyak pula yang membacanya di rumah saja. Alangkah syahdunya suasana Ramadan yang dihiasi ayat-ayat suci itu. Suasana tersebut membuat muslimin yang di luar bulan Ramadan jarang membaca Alquran, menjadi lebih rajin berinteraksi dengannya. Sudah lazim terjadi mereka meng-khatamkan bacaan Alquran di bulan Ramadan, bahkan lebih dari sekali.
Saya bertekad untuk bisa meng-khatamkan Alquran dua kali pada Ramadan kali ini. Di luar Ramadan saya terbiasa membaca setengah juz sampai satu juz sehari. Tinggal mengatur ulang jadwal harian dan mengefektifkan kegiatan selama Ramadan agar bisa menyelesaikan dua juz dalam sehari. Penyemangatnya adalah suami saya yang -Insya Allah- adalah pecinta Alquran, juga putri saya yang bertekad untuk ber-one day one juz. Sungguh saya tidak ingin menunda-nunda kesempatan bermesraan dengan Alquran, karena siapa tahu inilah kesempatan terakhir saya menikmati Ramadan.
2. Kunuzu Tarawih (Sumber Kekayaan Tarawih)
Ibadah khas yang mewarnai Ramadan adalah salat Tarawih. Makna dari tarawih adalah istirahat sejenak. Jadi salat tarawih adalah salat sunnah yang ditunaikan setelah beristirahat sejenak selepas melaksanakan sunnah bakdiyah Isya. Maka tujuan dari salat tarawih adalah mengistirahatkan tubuh, membersihkan hati, dan meninggikan jiwa. Boleh memilih 11 rakaat atau 23 rakaat asalkan tujuan salat Tarawih bisa dicapai. Tidak sekadar melaksanakan tapi bisa menikmati ketenangan yang ditimbulkannya. Karena pada dasarnya salat Tarawih adalah salat tahajjud yang ‘dimajukan’ waktunya pada bulan Ramadan.
Kekhasan dari salat Tarawih inilah yang menggembirakan bagi saya. Apalagi tahun ini insya Allah saya akan mencoba membawa serta si kecil ke musala untuk melaksanakan salat Tarawih berjamaah. Maksud saya tentu saja mengenalkan padanya akan suasana salat berjamaah. Ramadan tahun lalu belum bisa karena dia masih terlalu kecil. Strateginya, saya bergantian dengan ibunda saya untuk menjaganya. Kami akan salat bergantian nantinya. Pastinya saya jadi tidak full melaksanakan 23 rakaat tarawih di musala. Insya Allah bisa saya lengkapi di rumah jika si kecil sudah tidur.
Seorang muslimah lebih baik salat di rumah. Tentu saja tidak dilarang untuk pergi salat berjamaah di musala atau masjid, asalkan dia bisa menjaga batasan-batasan yang ditentukan oleh syariat. Bagi saya, salat tarawih akan terasa lebih afdhal jika dilaksanakan berjamaah. Sebagaimana awal mula salat tarawih ini terjadi karena para sahabat menyaksikan Rasulullah melakukan salat tahajjud di bulan Ramadan. Lalu mereka pun menjadi makmum dan Rasulullah mengimami salat tahajjud tersebut yang di kemudian hari disebut sebagai salat tarawih.
“Barangsiapa bangun malam untuk menjalankan salat pada bulan Ramadan, disertai iman dan karena ingin memperoleh perkenan (ridha) ilahi, dosanya akan diampuni.” (HR. Bukhari)
3. Kunuzul Fajr Ila Dhuha (Sumber Kekayaan Pagi hingga Dhuha)
Seorang muslim yang selesai salat Subuh lalu tetap duduk di tempatnya sampai waktu Dhuha untuk berzikir, pasti akan mendapatkan limpahan pahala yang sangat besar. Apalagi jika itu dilakukan di bulan Ramadan. Bagi saya, Ramadan memberi kesempatan bagus untuk itu karena kesibukan menyiapkan sarapan atau memasak di pagi hari teralihkan ke sore hari. Nikmat kesempatan untuk lebih fokus berzikir itu mulai saya dapatkan setelah saya memutuskan untuk ‘bekerja’ di rumah. Alhamdulillah…
Allah Swt Maha Baik. Tetap ada limpahan pahala yang sama bagi mereka yang harus bersegera melakukan aktivitas setelah salat subuh dan tidak memungkinkan untuk duduk berzikir sampai Dhuha. Rasulullah mencontohkan untuk mengucapkan kalimat thayyibah ini sebanyak tiga kali di waktu pagi: “Subhanallah, wabihamdihi adada khalqihi wa ridha nafsihi wa zinata arsyihi wa midada kalimaatihi.” Maka saya ingin rutin mengucapkan itu setiap pagi di bulan Ramadan ini. Semoga amalan ringan tapi berpahala besar itu bisa menjadi bekal baik saya.
4. Kunuzul Masajid (Sumber Kekayaan di Masjid)
Bulan Ramadan menjadikan keramaian masjid meningkat dari sebelumnya. Membuka peluang bagi kaum muslimin untuk berlomba memakmurkan masjid dengan berbagai aktivitas keislaman. Tidak hanya salat berjamaah tapi juga kajian-kajian seputar Ramadan yang menjanjikan kesejukan bagi hati yang merindukan nasihat dan ilmu. Keramaian yang mengingatkan akan sabda Rasulullah tentang salah satu golongan yang akan mendapat naungan dari Allah Swt di hari akhir yaitu para pecinta masjid.
Pada sepuluh hari terakhir Ramadan, biasanya masjid penuh oleh kaum muslimin yang ingin beri’tikaf. Tahun lalu saya tidak bisa melakukannya, semoga tahun ini bisa walaupun sepertinya tidak bisa full sepuluh hari. Tantangannya adalah letak masjid yang menggelar i’tikaf cukup jauh dari tempat saya, sementara suami saya yang bekerja di luar kota baru datang di akhir pekan. Saya tidak mungkin memaksakan diri. Saya tetap bisa mencurahkan kecintaan kepada masjid dengan beberapa kali salat tarawih di sana, bergantian dengan kehadiran di musala. Juga menghadiri beberapa kajian yang diselenggarakan. Insya Allah.
“Berilah kabar gembira kepada mereka yang berjalan dalam kegelapan ke masjid, bahwa mereka akan memperoleh cahaya yang sempurna di hari kiamat.” (HR. Abu Daud)
5. Kanzul Istighfar (Sumber Kekayaan Istighfar)
Ramadan adalah bulan ampunan. Ini adalah saat yang tepat untuk banyak-banyak memohon ampunan-Nya atas segala dosa yang telah kita lakukan. Saya sendiri bertekad untuk memperbanyak istighfar di bulan ini. Mengucapkan “astaghfirullah” sembari merenungi maknanya semoga bisa melunturkan dosa-dosa yang saya khawatirkan akan terbawa hingga akhir kehidupan.
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali Imran: 135)
Anas bin Malik mencontohkan waktu terbaik di bulan Ramadan untuk berdoa dan memohon ampunan yaitu menjelang berbuka puasa. Beliau biasanya memanggil anak dan cucunya untuk berdoa bersama di waktu itu. Pelajaran berharga bagi kita agar tidak sekadar mementingkan hidangan untuk berbuka dan malah melalaikan waktu mustajabnya doa tersebut.
Alangkah bahagianya saya jika bisa optimal meraih kelima sumber kekayaan Ramadan di atas sehingga saya pantas berpredikat hamba yang bertakwa. Kewaspadaan bahwa Ramadan ini adalah yang terakhir kali dalam hidup semoga bisa memacu semangat saya agar bisa istiqamah setelah Ramadan berlalu. Sulit memang karena iman ini biasanya berfluktuasi. Hanya rahmat Allah Swt yang bisa menyelamatkan saya. Duhai Allah, hamba memohon kasih sayang-Mu selalu. Aamiin.
Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadan 1439 Hijriyah.
Tulisan ini diikutsertakan dalam program Postingan Tematik Spesial Sambut Ramadan yang diselenggarakan oleh Blogger Muslimah Indonesia dengan tema: Jika Ini Ramadan Terakhirku
#PostinganTematik
#PosTemSpesialRamadan
#BloggerMuslimahIndonesia
#PostinganTematik
#PosTemSpesialRamadan
#BloggerMuslimahIndonesia
Sumber bacaan: Majalah Tarbawi edisi 72/ November 2003
Sumber gambar: pixabay