Kehamilan itu amazing! Tanyakan kepada pasangan yang sekian tahun menanti buah hati dan berakhir dengan dua buah garis merah di testpack, yang mungkin sebelumnya sudah berpuluh kali terbuang. Menang undian mobil pun -saya kira- akan kalah reaksi gembiranya dengan hasil positif itu. Sebuah peristiwa agung yang digambarkan di Alquran tentang perubahan dari nutfah-'alaqah-mudhghah, yang akan membuahkan zikir jika kita mau benar-benar merenunginya. Dari setetes air yang hina bisa menjelma menjadi makhluk yang indah dan menggemaskan siapa saja yang melihatnya. Belum lagi jika kita memikirkan tentang tiga peristiwa kehamilan yang 'tidak biasa' di Alquran, kita akan semakin merasakan ke-Maha Besar-an Allah Swt. Sangat di luar logika bahwa Maryam binti Imran bisa mengandung tanpa 'disentuh' seorang laki-laki. Juga kehamilan Hajar, istri Nabi Ibrahim As serta istri Nabi Zakaria As yang sebenarnya sudah tua dan mandul. Qaala kadzaalik-Allahu yaf'alu maa yasyaa'...
Tapi kehamilan bisa juga membuat yang menerima anugerah itu justru kalang kabut. Reaksi itu tak perlu dibayangkan, tapi pastinya itu terjadi dengan hasil akhir: bayi-bayi tak berdosa yang dibuang sembarangan. Atau bahkan sebelum berwujud bayi lucu, ia sudah dilenyapkan di klinik-klinik aborsi ilegal. Ironis! Sadis! Sebuah momen yang sebenarnya membahagiakan tapi justru menjadi saat-saat menyedihkan, berujung dosa, dan sangat mungkin pelakunya akan menyesal seumur hidupnya. Peristiwa di paragraf pertama dan kedua adalah sama, tapi alangkah berbeda penyikapannya. Tak lain dan tak bukan karena awalnya juga sudah berbeda. Yang satu adalah buah cinta dari pernikahan indah penuh berkah, sedang yang lainnya adalah karena diturutinya hawa nafsu durjana.
Saya bersyukur dijadikan hamba yang merasakan kehamilan dengan ridha-Nya, insya Allah. Kehamilan yang jika dibandingkan dengan yang pertama, ternyata ada bedanya. Jika dulu saya masih dalam posisi sebagai wanita bekerja saat mengandung Afra, maka pada the amazing moment yang kedua ini saya dari awal memilih untuk menjadi stay at home mom. Pilihan yang dalam pertimbangan saya dan suami, bisa menunjang ikhtiar agar segera hadir yang kedua. Alhamdulillah, berjarak satu setengah tahun dari waktu resign, hadirlah si janin kecil yang ditunggu-tunggu. Hal yang masih sama adalah pertanyaan dari sekeliling. Dulu, untuk mendapatkan Afra, kami harus menunggu tujuh bulan. Dan yang kedua ini -jika dihitung pasnya- maka kami harus lima tahun menunggu. Sejak awal tanpa alat kontrasepsi, hanya mengaturnya secara alami. Dan selama itu, pertanyaan datang bertubi-tubi. Duuh, siapa sih yang tidak ingin menambah momongan? Takdir tiap wanita kan berbeda, tapi kadang pertanyaannya diajukan tanpa pandang bulu. Alhamdulillah, saya termasuk yang woles dan jadi terpikir untuk berusaha tidak menanyakan itu kepada para ibu lain yang belum dikaruniai nikmat hamil, baik yang pertama atau anak yang selanjutnya. Karena saya yakin, dalam kondisi normal dan wajar, mereka pastinya ingin jadi seorang ibu atau mempunyai anak lagi. Berapa pun jumlah anak mereka, itu urusan masing-masing keluarga. Ga usah kepo! Doakan saja mereka.
Perbedaan yang selanjutnya adalah 'problem' kehamilan yang harus saya hadapi. Dulu saat Afra di dalam perut, saya was-was dan cukup kepikiran karena saat itu posisinya sungsang dari usia kehamilan tujuh bulan sampai menjelang sembilan bulan. Alhamdulillah, memasuki bulan kesembilan ia mau muter sesuai dengan posisi yang sebenarnya. Lega...
Nah, yang kali ini agak di luar dugaan. Ada flek darah, bahkan sampai menetes-netes saat memasuki pekan ke sepuluh kehamilan. Kaget dan takut! Apalagi saat itu, Jumat petang, si Abi masih dalam perjalanan pulang ke rumah. Sebelumnya saya memang merasakan sedikit capek, walaupun hanya menyapu lantai dan mencuci peralatan makan. Mencoba rileks -padahal sempat ingin nangis- dan langsung rebahan di atas tempat tidur. Esoknya, diantar suami ke Puskesmas yang jaraknya dekat dengan rumah. Lebih tentram karena tidak banyak antrian. Setelah dicek dan berdialog dengan bidan dan dokter yang berjaga di situ, ternyata saya memang harus bedrest. Indikasi awal keguguran, hiks. Jika sampai berlanjut, akan dirujuk ke Rumah Sakit. Tapi, karena sejak awal sudah dalam kondisi stay at home, tentu saja ini tidak begitu memberatkan saya karena tidak harus meminta izin cuti kerja. Jalani saja dengan enjoy dan tetap berpikir positif. Bedrest total dan meminum obat yang diresepkan. Sesuatu yang tidak saya pikirkan sebelumnya; meminum obat saat hamil. Maunya kan ideal, tanpa obat-obatan kimia selama kehamilan. Ah, perbedaan kondisi yang akhirnya tetap saja harus saya syukuri.
Alhamdulillah saat harus menjalani rehat itu, saya tetap bisa menjalani hobi. Yaps, apalagi kalau bukan membaca. Sebuah hobi yang tak mengharuskan saya keluar rumah, di dalam kamar pun jadilah. Mulai dari menuntaskan PR membaca buku, membaca ulang majalah bekas sampai mengikuti berita-berita via tab kesayangan. Banyak hal yang saya temui, banyak ilmu yang saya dapati. Dan salah satu yang berkesan adalah saat memelototi instagram, tak sengaja muncul dua orang pesohor. Mereka tampil begitu saja di beranda, mengabarkan perjalanan mereka ke Eropa. Seorang penulis yang juga ustadz -yang saya follow- dan seorang selebritis -saya gak follow dia, tapi entah koq beritanya nyelonong aja di beranda- yang hobi jalan-jalan.
Memang saya hanya bisa mengamati mereka dan pada akhirnya bergumam dengan kekata yang sama dengan judul tulisan ini: Alangkah berbedanya! Tepatnya, mengamati dan mencoba mengambil ibrah. Bahwa dua orang yang melakukan kegiatan yang sama, hasilnya bisa berbeda. Yang seorang, captionnya penuh makna di setiap tempat yang ia singgahi. Sedangkan yang satunya hanya terkesan hepi-hepi tanpa caption yang berarti. Sebenarnya memang tidak apple to apple sih, membandingkan mereka. Karena keduanya memang berasal dari 'dunia' yang berbeda. Tapi tetap saja saya keukeuh mencoba hadirkan sebuah kesimpulan: pentingnya ilmu. Karena ilmu, perkataan pun bisa menginspirasi sekitarnya, segala tindakan jadi bermutu. Seperti yang ditunjukkan sang ustadz itu.
Banyak hal lain yang sebenarnya saya temui sepanjang berpiknik via buku. Jika dijabarkan, tulisan ini akan tamat tahun depan, hehe. Jadi, saya akhiri saja sampai di sini.
🔸🔸🔸end🔹🔹🔹
*Tulisan yang tertunda finishingnya 😁 diakhiri saat si debay 28w. Insya Allah, cowok dan sehat 😍
Tatiek Ummu Hamasah Afra
0 comments