Hadiah Ulang Tahun yang Berharga untuk Afra



Umur anak sulung saya, Afra, bertambah satu setiap tanggal 7 Maret. Rasanya baru kemarin saya melahirkan dia, ehh tahu-tahu sekarang sudah sebelas tahun usianya. Orang-orang biasanya berkata, “Wah, anake wis perawan.” Artinya: wah anaknya sudah gadis. Saya langsung ingin menghitung jumlah uban di kepala, hehe.

Ada suasana yang berbeda pada tanggal 7 Maret 2018 yang lalu. Afra ‘merayakan’ ulang tahun di sebuah momen yaitu Olimpiade Matematika dan IPA (MIPA) tingkat SD/MI se-Kabupaten Malang. Ini adalah lanjutan dari lomba OSN tingkat kecamatan yang sebelumnya diikuti Afra. Setelah menjalani ‘masa karantina’ selama kurang lebih sebulan, Afra beserta tiga orang anak lainnya harus mewakili Kecamatan Pakisaji untuk berlomba di ajang ini bersama perwakilan 32 kecamatan lain yang ada di Kabupaten Malang. Sebuah kesempatan berharga untuk anak desa seperti dia. Alhamdulillah.


Dua piala yang diperoleh Afra di tingkat kecamatan

Baca juga: Anak Desa yang Berbahagia

Beberapa hari sebelum hari-H, saya memperoleh informasi dari pihak sekolah dan guru pembina di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) agar pihak orang tua ikut mendampingi Afra saat mengikuti Olimpiade tersebut. Tujuannya agar si anak merasa nyaman dan rileks saat berjuang.
    “Kita harus berangkat dari rumah jam 5 pagi lho, Mi,” kata Afra, senada dengan yang disampaikan oleh gurunya.
Saya yang awalnya berpikir tentang jadwal yang sepagi itu akhirnya memaklumi karena tempat penyelenggaraannya berada di Lawang. Itu adalah sebuah kecamatan yang terletak di bagian paling utara, berbatasan dengan Kabupaten Pasuruan. Biasanya sering terjadi kemacetan di sana sehingga berangkat lebih pagi adalah usaha untuk meminimalisir keterlambatan.

Setelah berunding dengan suami yang sedang berada di Surabaya, akhirnya saya lah yang ‘bertugas’ mendampingi Afra. Bagaimana dengan si adek Akmal? Eyang Utinya bersedia menjaganya, alhamdulillah. Maka ini adalah momen pertama kali saya berjauhan dengan Akmal dengan durasi yang cukup lama. Kami pun berangkat pagi-pagi sekali sesuai instruksi. Ada mobil yang menjemput kami, berisi dua orang guru dari sekolah Afra dan Ibu Kepala Sekolah-nya. Awalnya saya mengira mobil tersebut adalah taksi online, ternyata yang jadi sopirnya adalah mantan kepala desa saya yang merupakan kakak dari gurunya Afra, hehe. Gelap, sih. Ngapunten nggih, Pak.


Afra (kanan) bersama Zulma, perwakilan kecamatan Pakisaji dari SDN Kebonagung 06

Rombongan kami bergabung dulu dengan rombongan dari UPTD dan rombongan tiga peserta yang lainnya. Saya sempat berbincang-bincang dengan salah seorang ibu dari teman baru Afra. Ya, saat menjalani karantina sebulan lamanya, Afra tentu saja mendapat teman-teman baru yang berasal dari sekolah dasar lain. Uniknya, ada salah seorang temannya itu yang namanya sama dengan si adek yaitu Akmal. Wah, calon nama populer ini, hehe. Beberapa saat kemudian rombongan kami pun berangkat beriringan menembus pagi menuju sasaran, SDN Kalirejo 02, Lawang.

Perjalanan kami cukup lancar jaya, tidak sampai bermacet-macet lama. Baliho dan spanduk besar ucapan selamat datang  dipasang di jalan masuk sampai ke gerbang sekolah yang letaknya berdekatan dengan PT. Otsuka -produsennya Pocari Sweat- itu. Puluhan mobil sudah memenuhi lahan parkir yang disediakan panitia. Tampak grup drum band anak-anak sedang bersiap-siap tampil. Rombongan dari berbagai sekolah pun berdatangan, mulai memadati sekolah dasar yang lumayan luas kawasannya itu. Hmm, sudah lama saya tidak merasakan atmosfer seperti itu. Terakhir kali saya menghadiri keramaian yang hampir sama adalah saat ada pameran pendidikan di Stadion Kanjuruhan, saat saya masih bekerja di luar dulu.


Piala-piala ini dipajang di tengah lapangan, siap diperebutkan

Sayangnya, acara pembukaannya memakai ‘jam karet’. Rupanya Kepala Dinas Pendidikannya sedang ada kendala. Saat beliau dan rombongan datang, acara segera dimulai dengan tarian sambutan yang diiringi gending Jawa. Seingat saya itu adalah Kebo Giro, gending yang biasa digunakan saat ‘temu manten’ dalam tradisi Jawa. Dilanjutkan dengan drum band (saya lupa dari SD mana) yang merupakan juara se-Kabupaten. Uniknya, di tengah performance-nya, beberapa pemain drum band-nya menampilkan tari Topeng Bapang. Yups, itu adalah tari topeng khas Malang yang terkenal itu. Boleh juga tuh kreatifitasnya. Penampilan terakhir adalah aksi polisi cilik, mirip-mirip dengan aksi serupa di istana negara saat upacara tujuh belas Agustus-an tahun lalu. Baru deh setelah itu masuk ke upacara pembukaannya. Wah, saya tidak mengira jika ada rangkaian acara seperti itu menuju ke jam ujiannya.

Saat kumpulan balon dilepas ke udara sebagai tanda dimulainya Olimpiade, Afra dan peserta lain sudah bersiap di dalam kelas sekitar satu jam sebelumnya. Mereka mendapat pengarahan sekaligus dipersilakan sarapan di sana. Masing-masing kelas terdiri dari dua puluh dua peserta. Deretan kelas bagian barat untuk peserta Olimpiade IPA, sedangkan yang di bagian timur untuk Matematika. Begitu tes tulis dimulai, giliran bapak ibu guru pendamping beserta orang tua yang dipersilakan sarapan di tenda besar yang terletak di bagian selatan. Ternyata walaupun hanya jadi penonton, saya merasa lapar juga, hehe. Apalagi anak-anak yang sedang mengerjakan soal di dalam kelas sana, ya. Hmm, kerjakan saja dengan bahagia ya, Nak.


Kartu peserta Afra

Sarapan selesai ditunaikan. Lalu para guru dari berbagai penjuru Malang itu memanfaatkan waktu menunggu dengan saling sapa sana-sini. Rupanya di sana banyak teman lama yang bersua kembali. Reuni, deh. Saya tentu saja hanya berbincang dengan beberapa orang tua, kadang dimintai tolong para guru untuk memotret mereka yang reuni itu. Lha tengok kanan-kiri, tidak ada teman guru SD yang saya kenal dan hadir di sana. Ah, saya lupa tidak membawa buku saat guru dan kepala sekolah Afra berbaur dengan teman-temannya. Saat percakapan dengan mereka habis, lumayan sebenarnya jika saya bisa membaca buku sembari menunggu selama 90 menit itu.

Menit demi menit pun berlalu. Bel tanda selesai tes tulis akhirnya berbunyi. Para peserta pun keluar ruangan satu per satu. Saya dan guru-guru Afra menyambutnya. Wajah anak saya itu tampak biasa-biasa saja, hanya jilbabnya agak naik ke atas. Mungkin itu tanda ia selesai berpikir keras. Ternyata...
   “Bener kata Ummi, soal-soalnya tidak sesulit yang aku kira,” bisiknya santai. 
Saya hanya tersenyum. Ya, ia harus berlatih dengan soal-soal IPA yang cukup sulit selama karantina. Pernah saat soalnya dibawa pulang ke rumah, kening saya dan Abi-nya jadi berkerut-kerut karenanya. Saat itu saya bilang padanya bahwa lebih baik berlatih dengan soal yang sulit agar tidak kaget saat menghadapi tes yang sesungguhnya. Alhamdulillah, anak saya akhirnya bisa memahami maksud saya saat itu.

Tes tulis yang diikuti oleh 132 peserta (66 peserta IPA dan 66 peserta Matematika) itu nantinya akan menyisakan 12 peserta saja. Masing-masing mapel hanya ‘mengambil’ 6 peserta terbaik yang akan menjalani tes praktik sampai sore hari. Sekitar jam 11 siang, pengumuman itu baru dibacakan. Nama Afra tidak termasuk di dalam 12 anak yang disebutkan panitia. Saya memerhatikan ekspresi wajahnya, masih lempeng.
   “Gak papa, kalo aku gak lolos kita jadi bisa pulang lebih awal, Mi,” katanya.
  "Iya, sudah kangen adek nih rasanya,” jawab saya. Memang iya, sampai sesiang itu tidak menggendong si kecil rasanya aneh bagi saya.
  “Pencapaian kamu sudah bagus kok, Fra. Yang terbaik sekecamatan ya kamu itu,” kali ini ibu kepala sekolahnya yang mencoba menghiburnya.
Gurunya pun ikut menimpali dengan kata-kata motivasi yang hampir sama. Terima kasih, Cikgu!


Afra berpose bersama Bu Sholihah, guru agama dan Bu Endang, Kepsek

Kami segera melangkah keluar dari arena tersebut beberapa saat kemudian. Ada beberapa peserta yang terlihat menangis, persis seperti suasana eliminasi Hafizh Indonesia di televisi.
Sambil berjalan, anak saya itu tersenyum tipis dan berbisik,
   “Aku sudah kangen juga sama teman-teman di kelas, Mi. Kalau misalnya aku lolos trus karantina lagi, kapan aku ketemu mereka?”
Ya, ya. Karantina selama sebulan-an itu telah ‘mengambil’ kebersamaannya dengan teman-teman di sekolah. Afra harus belajar bersama calon peserta lainnya selama jam pelajaran di sekolahnya berlangsung. Tentu saja itu menyenangkan baginya karena ia hanya belajar tentang IPA saja. Ia juga bisa mengenal teman-teman barunya cukup baik. Tetapi rupanya ia sudah rindu bercanda dengan teman-teman di kelasnya yang lebih lama menemani belajarnya.

Hari ini, tepat sebulan peristiwa itu berlalu. Sayang rasanya jika saya tidak menuliskan kisah tentang hadiah ulang tahun Afra di sini. Secara hasil, Afra memang tidak maju ke babak selanjutnya. Tapi bagi kami sebagai orang tua, ia sudah memenangkan pelajaran baru di umurnya yang juga baru. Ia menyadari tentang arti kolaborasi saat di karantina. Ia belajar fokus saat memperdalam materi IPA yang disukainya itu. Ia tentu saja terus berdoa dan belajar tentang sebuah ketenangan saat menjalani proses di hari-H. Ia tetap tersenyum saat hasil akhir mengatakan bahwa masih ada langit di atas langit. Yang  dijalaninya adalah tes akademik, tapi ia sekaligus belajar tentang kecerdasan sosial, spiritual, dan emosional.

Syukurlah, Nak. Kamu dengan cepat bisa merenungkan ‘hadiah’ dari Allah Ta’ala pada hari itu. Perjalanan masih panjang. Tetaplah belajar dengan bahagia. Insya Allah, sebuah buku antologi yang Ummi tulis bersama 49 orang teman penulis yang lain akan membersamai belajarmu kelak. Ya, itu adalah antologi tentang 50 percobaan sains sederhana. Semoga buku itu segera terbit dan jadi hadiah indah yang lain bagimu. Aamiin.

Salam,

You Might Also Like

5 comments

  1. Hebatnya Mbak Afra...sebelas tahun usia tapi sudah sedemikian dewasa menyikapi arti sebuah pencapaian.
    Semoga terus bertumbuh jadi anak yang solehah, beradab dan berilmu ..Dan semoga Allah memberkahi usiamu. Aamiin:)

    ReplyDelete
  2. Subhanallah..Afra hebat.
    Sukses terus ya Naak

    ReplyDelete
  3. Pertama-tama, Bulik ucapkan selamat bertambah usia untuk Afra. Selalu jadi gadis kebanggaan orangtua dan terus bahagia ya, Nak. Selanjutnya, bulik ucapkan selamat atas kehebatannya. Menjadi pemenang memang menyenangkan dan membanggakan, tapi ketika mampu melalui setiap prosesnya, maka kamu berhak disebut anak hebat!

    ReplyDelete
  4. Lho pakisaji tah mbak? pakisaji mana mbak?
    selamat ulang tahun afra
    hebat hadiahnya
    semoga bisa sukses terus

    ReplyDelete
  5. Masya Allah, barakallah mba Afra..Hebat sekali..

    ReplyDelete