Film Iqro itu... Amazing!!!

78a77c081915ccd9febcc3407b048a66b075d6bd
Poster film Iqro. Sumber: film-iqro.com

"Cita-citaku menjadi astronot. Tahu kenapa? Aku mau naik roket dan melihat langsung semua benda-benda luar angkasa yang keren," jelas Aqila di depan kelas tentang cita-citanya.

Lha, ini dia! Film yang mbak Afra banget. Tentang sains dan motivasi untuk rajin mengaji. Mbak Afra suka pelajaran IPA atau sains. Tapi kadang absen mengaji di TPA pas lagi tidak mood. So, begitu melihat trailer film Iqro di bulan Desember 2016 yang lalu, langsung deh mengajukan 'proposal' ke si Abi sebagai kepala sekolah: nonton bareng di bioskop. Alhamdulillah, di-approve :-)

Mengajak anak nonton film di bioskop bagi sebagian orang tua mungkin enggak banget, bukan bagian dari ke-parenting-an. Jangankan mengajak anak, bahkan menonton film untuk diri sendiri yang bergenre religi di bioskop aja ogah. Bukan bagian dari dakwah, katanya. Karena baginya bioskop itu berkonotasi negatif: tempatnya orang pacaran dan juga bercampur-baur atau berikhtilat.

It's ok. Beda pendapat dan pilihan itu wajar. Bagi saya dan suami yang beberapa kali pergi ke bioskop, kami niatkan sebagai bentuk dukungan untuk film berkualitas dan bermuatan positif, khususnya film religi/Islami. Menurut kami, para sineas yang menciptakan itu sedang berdakwah dengan bahasa kaum. Yups, bahasa kaum kekinian itu adalah film. Mereka 'melawan' dengan menawarkan alternatif: film negatif dilawan dengan yang positif. Mendukung mereka tentu saja dengan menonton filmnya. Ini salah satu bentuk 'sedekah' yang asyik bagi saya: mengeluarkan uang dan mendapatkan hikmah sebagai balasannya.

Biasanya -yang kami saksikan- penonton film religi rata-rata adalah pasutri, kadang beserta anak-anak mereka, dan gadis-gadis berhijab. Ada juga beberapa pasangan muda-mudi. Apakah mereka pacaran? Wallahu a'lam. Siapa tahu mereka adalah pasutri muda. Jika pun pacaran, semoga pilihan mereka untuk menonton film religi itu mendatangkan hidayah. Dan problem ikhtilat biasanya kami minimalisir dengan menonton agak belakangan. Saat itu kondisi penontonnya sudah tidak sepadat di pekan perdana pemutaran filmnya.

Kebetulan mbak Afra memang anak yang suka menonton film, baik kartun atau pun religi, seperti yang pernah saya ceritakan di tulisan yang lalu. Dan menonton film Iqro akan menjadi pengalaman pertamanya pergi ke bioskop nanti. Karena biasanya ia hanya menonton film hasil download-an via laptop :-) Lalu bagaimana dengan adek bayi? Hmm... Dititipkan sebentar ke eyang utinya, dong! Walaupun bisa saja sih saya bawa. Seperti seorang seleb medsos yang membawa bayinya menonton film Iqro atau pun seorang teman saya yang membawa dua anaknya yang masih balita. Hasilnya? Mereka sama-sama tidak menonton filmnya secara utuh karena anak-anaknya menangis dan harus keluar gedung agar tidak mengganggu penonton yang lain. Nah, kejadian seperti itu yang ingin saya hindari.

Jeng... Jeng... Tanggal 26 Januari 2017 yang menjadi waktu perdana pemutaran film itu semakin dekat. Tak disangka eyang uti punya agenda sendiri pada tanggal 28-29 Januari: pergi ke Jember untuk jalan-jalan bersama beberapa kerabat sekalian menghadiri wisuda sepupu saya yang berkuliah di sana. Itu adalah hari Sabtu dan Ahad saat si Abi pulang dari Surabaya dan menjadi kesempatan kami melaksanakan planning di atas. Pastinya kami yang mengalah, dong. Biarlah eyang uti jalan-jalan dan kami menunggu rumah saja. Toh, masih ada Sabtu dan Ahad pekan depannya. Film sebagus itu pasti akan bertahan lama di bioskop. Sambil mengintip jadwal film Iqro yang ternyata hanya diputar di Mandala 21, Malang Plaza. Waah sayang sekali, gedung bioskop yang lain tidak menayangkan.

img_20170130_063033
Agak terhibur karena dibawain Suwar-suwir dan Edamame oven 😁

Jumat, tanggal 3 Februari 2017 saya kembali gugling jadwal di Mandala 21. Alangkah kagetnya karena film yang kami tuju untuk esok hari sudah tidak ditayangkan lagi. Lenyap hanya dalam beberapa hari? Berarti penontonnya sedikit, hiks. Pupus sudah harapan mbak Afra untuk melihat akting Aisha Nurra Datau, si pemeran Aqila. Mungkin di Surabaya masih tayang, tapi jika harus jauh-jauh ke sana, saya rasa tidak perlu. Sedih, deh jadinya.

Saya kemudian berpikir begini: mungkinkah film ini kurang promosi sehingga warga Malang tidak tahu? Atau memang film seperti ini bukan selera kebanyakan orang? Padahal menurut KH. Miftah Faridl, film Iqro ini termasuk yang tidak 'eksplisit' menunjukkan jati diri dakwahnya. Dakwah yang tidak terasa ayat dan haditsnya,  tapi substansinya Islami. Tapi tetap saja ternyata di Malang sini masih juga tidak laku :'(

Teringat sebuah film komedi remake yang berhasil bertahan di bioskop sampai sekitar tiga bulan dan menjadi film terlaris Indonesia sepanjang masa. So, masyarakat Indonesia ternyata lebih suka yang lucu-lucu. Persis sebuah lagu lawas anak-anak: "Indonesia negeriku, orangnya lucu-lucu." :-D Salahkah pilihan mereka? Tentu saja saya tidak ingin menyalah-nyalahkan pilihan orang. Mungkin mayoritas masyarakat kita memang sangat-sangat butuh tertawa di tengah kondisi negeri yang seperti ini, agar sedikit lupa pada permasalahan. Tapi saya masih terus berharap agar suatu saat ada film religi atau film kepahlawanan yang bisa menandingi kepopuleran film komedi yang saya sebut di atas. Ini hanya pendapat saya saja: pilihan tontonan menunjukkan kualitas seseorang atau masyarakat, yang berpengaruh pada kualitas suatu bangsa.

Pengobat Kecewa Afra: Amazing!!!

Saya yang jauh-jauh hari berniat menuliskan resensi film Iqro tentu saja tidak bisa melaksanakannya. Hanya bisa berharap agar film ini segera ditayangkan di televisi saat Lebaran nanti. Biasanya saat Lebaran memang ada penayangan sepekan film religi, sesuai dengan suasana yang terjadi. Lalu kenapa jadi menulis panjang lebar begini? Hehe... Alhamdulillah ada solusi untuk anak perempuan saya itu agar tak lagi bersedih. Apa itu? Membaca buku berjudul "Amazing!!!" bareng emaknya.

Amazing!!! (Pake triple tanda seru) adalah seri buku anak tentang hal-hal yang menakjubkan yang bersumber dari Alquran dan hadits, terbitan Al Qudwah Publishing. Dari empat seri yang diterbitkan, mbak Afra hanya punya tiga seri. Dan yang mirip-mirip film Iqro adalah yang berjudul "Amazing!!! Cerita-cerita Menakjubkan Tentang Keajaiban Langit", ditulis oleh mbak Asri Wulantini. Jika film Iqro punya tagline: Petualangan Meraih Bintang, maka di buku ini ada bab berjudul " Gemerlapnya Bintang-Bintang".

img_20170222_004521
Buku Amazing!!!

Tokoh di dalam buku ini adalah Zahra beserta ayah bundanya. Zahra, gadis kecil cerdas yang selalu ingin tahu tentang hal-hal yang ada di langit. Termasuk tentang kerlap-kerlip bintang yang dijadikan Allah Ta'ala sebagai penghias langit.

Sesungguhnya Kami telah menghias langit dunia (yang terdekat), dengan hiasan bintang-bintang. [QS. Ash Shaffat:6]

Lalu bintang juga dijadikan sebagai petunjuk arah mata angin via rasi bintang. Rasi bintang Crux/Layang-layang/Gubuk Penceng menunjukkan arah selatan. Rasi bintang Ursa Major/Beruang Besar menunjukkan arah utara. Rasi bintang Scorpions/Kalajengking menunjukkan arah timur. Dan arah barat ditunjukkan oleh adanya rasi bintang Orion/Pemburu. Dan mbak Afra pun manggut-manggut saat saya bacakan itu beserta contoh gambarnya. Saya tidak bisa menujukkan langsung di langit karena akhir-akhir ini sering mendung, bahkan hujan sehingga bintang-bintangnya tidak tampak.

Alhamdulillah buku ini membantu sekali mengalihkan rasa kecewanya. Selain bab bintang, ada juga bab tentang: "Indahnya Cahaya Bulan", " Hangatnya Sinar Matahari", "Uniknya Gumpalan Awan", " Dahsyatnya Kilatan Petir", "Berkahnya Air Hujan", dan " Indahnya Bias Pelangi". Saya sendiri banyak diingatkan tentang dunia astronomi yang sudah terlupa, menambah pengetahuan tentang hal yang belum saya ketahui, juga tadabbur ayat Alquran sambil belajar dengan anak. Jika ada yang kurang dari buku ini, itu adalah kualitas penjilidannya :-) Beberapa lembar halamannya sudah terlepas.

Akhirul kalam, hanya bisa berharap agar segera beredar lagi film religi untuk anak-anak yang sekualitas film Iqro. Tak sekedar agar impian mbak Afra ke bioskop segera terwujud, lebih luas lagi ini adalah tantangan bagi para sineas muslim untuk berdakwah secara kreatif sesuai dengan passion mereka.


Pakisaji, tengah malam, 22 Februari 2017

~Nulis resensi gado-gado~ 😊

Tatiek Ummu Hamasah Afra

You Might Also Like

0 comments