Menikmati Social Distancing bersama 'Bilal: A New Breed of Hero'


Sejak tanggal 15 Maret 2020 kemarin, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo mengimbau segenap lapisan masyarakat agar lebih memusatkan kegiatan di dalam rumah. Ya, social distancing. Ini adalah strategi pembatasan interaksi dengan orang lain dalam rangka mencegah penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) yang sedang menggemparkan dunia.

Alhasil, sekolah dan kampus diliburkan, PNS bisa melakukan Work from Home, dan kegiatan semacam Car Free Day ditiadakan sampai akhir bulan ini. Di perusahaan tempat suami saya bekerja pun dibuat sistim rotasi agar tidak semua karyawan masuk kerja. Intinya, jika tidak perlu-perlu amat untuk pergi, lebih baik di rumah saja. Hestek populer di jagad twitter mewakili hal ini: #DiRumahAjaDulu

Untuk ibu rumah tangga seperti saya, imbauan social distancing ini tidak sulit untuk dilakukan. Lha wong memang keseharian saya lebih banyak di rumah. Walaupun sebenarnya ada agenda pameran buku di Kota Malang yang ingin saya kunjungi di awal pekan ini, sih. Tapi sebagai warga negara yang baik, patuh, dan tidak sombong, saya menahan diri untuk tidak pergi dulu.

sumber: Ig @kumparan

Ada banyak hal yang bisa kita lakukan bersama keluarga selama imbauan social distancing ini diberlakukan. Inilah saat yang tepat untuk lebih memperkuat bonding antar anggota keluarga. Kita bisa lebih banyak ngobrol dan melakukan kegiatan bersama di dalam rumah tanpa harus menunggu hari Minggu tiba. Rindu piknik? Di halaman rumah pun jadi! Kuncinya: usir rasa bosan saat berada di rumah dengan cara terbaik kita.

Nah, salah satu agenda saya bersama suami di awal pekan kemarin adalah nonton film bareng di rumah. Cukup lama kami tidak melakukannya karena biasanya kami menonton film sendiri-sendiri. Suami saya apalagi. Dia mah menonton film sesempatnya saja karena dia akan lebih memilih mengurus tanaman bonsainya saat hari libur. Kali ini kami kompak untuk menonton film animasi yang tertunda terus untuk kami saksikan yaitu Bilal: A New Breed of Hero.

'Bilal: A New Breed of Hero', Film Animasi Uni Emirat Arab 'Rasa Disney'


Dari judulnya -walaupun teman-teman yang muslim belum menonton- pasti paham kalau film ini berkisah tentang salah satu sahabat Rasulullah yang cukup terkenal: Bilal bin Rabah. Selain para Khulafaur Rasyidin, sosok Bilal bin Rabah termasuk yang mudah diingat: berasal dari Habasyah/Ethiopia, awalnya adalah budak, dan menjadi pengumandang azan pilihan Rasulullah.

Karena kami menonton daring di rumah via home theater (baca: laptop yang dihubungkan dengan loudspeaker 😛), pastinya film animasi ini bukan film baru. Film ini pernah ditayangkan di jaringan bioskop Indonesia pada tanggal 15 Mei 2019. Tepatnya saat bulan Ramadan tahun lalu. Sebelumnya, film ini berhasil masuk ke pasar Amerika pada tanggal 2 Februari 2018.

Source: rottentomatoes.com

Jika hanya menyaksikan trailernya tanpa membaca informasinya, pasti banyak orang mengira bahwa Bilal: A New Breed of Hero ini adalah film animasi besutan Disney atau rumah produksi lain di Hollywood sana. Lha penampakannya sekualitas Tangled atau Frozen, sih. Tapi itu salah! Film animasi ini asli buatan Uni Emirat Arab yang rilis pertama kali pada 9 Desember 2015 pada saat Dubai Film Festival. Wah, ternyata butuh waktu lama bagi film ini untuk menembus Hollywood dan akhirnya sampai di sini.


Jadi, Bilal: A New Breed of Hero ini adalah film animasi dengan biaya paling mahal yang pernah dibuat di Uni Emirat Arab. Tepatnya, untuk memproduksi film ini dibutuhkan sejumlah 250 orang animator, dengan proses produksi selama 8 tahun, dan menelan biaya sebesar USD 30 juta atau sekitar Rp 433 miliar. Masya Allah! Indonesia sanggup?

'Social Distancing' pada 'Bilal: A New Breed of Hero'


Lho, kok ada social distancing-nya? Hehe, ini istilah saya sendiri, sih. Social distancing ala Bilal: A New Breed of Hero terjadi karena adanya perbedaan golongan di Mekah yang membuat segolongan manusia merasa lebih agung dari yang lainnya. Karenanya, golongan budak tidak bisa sembarangan bergaul dengan golongan pembesar atau orang kaya. Kedua golongan ini harus berjarak! Ini adalah sebuah potret kesenjangan sosial yang sengaja diciptakan dan ingin terus dilestarikan.

Hamama dan Bilal kecil

Dikisahkan, Bilal hidup tentram bersama Hamama -ibunya- dan Ghufaira -adik perempuannya- di sebuah desa di kawasan Habasyah. Walaupun sudah tak berayah, Hamama melimpahi Bilal dan Ghufaira dengan kasih sayang dan didikan penuh prinsip kebaikan. Bilal pun tumbuh menjadi anak yang percaya diri dengan mimpinya untuk menjadi seorang prajurit yang kuat. Salah satu ucapan Hamama yang terus diingat Bilal adalah "Untuk menjadi seorang laki-laki yang hebat, engkau harus hidup tanpa belenggu."

Umayya, majikan Bilal yang angkuh

Bagi Bilal, ucapan ibunya yang awalnya indah itu akhirnya hanya tinggal kenangan. Dia harus hidup dalam belenggu kemiskinan sebagai seorang budak bersama Ghufaira pasca sebuah peristiwa berdarah di desanya. Ibunya dibunuh oleh kawanan prajurit dari Bizantium, lalu Bilal dan Ghufaira pun dijual ke Arab sebagai budak. Mereka akhirnya menjadi budaknya Umayya (Umayyah bin Khalaf), salah seorang pembesar Quraisy yang kaya raya dan disegani.

Bilal mengalahkan Safwan

Suatu hari, Bilal yang saat itu masih remaja membela Ghufaira yang hendak dirundung oleh Safwan (Shafwan bin Umayyah), anak dari majikannya yang sebaya dengannya. Safwan yang saat itu memegang anak panah berhasil dikalahkan oleh Bilal yang bertangan kosong. Kejadian itu sampai ke telinga Umayya. Bilal dihukum cambuk, sementara Safwan dimarahi ayahnya yang merasa terhina: bisa-bisanya anaknya kalah oleh seorang budak.

Bilal merasa bahwa nasibnya tidak akan pernah berubah. Ghufaira pernah menyarankan agar Bilal membuat permohonan pada para berhala -yang diletakkan di sekitar Ka'bah- dengan mempersembahkan sekeping uang dirham. Semua orang di Mekah melakukannya dengan harapan agar keinginan mereka dikabulkan oleh para berhala. Bilal sama sekali tidak meyakini hal itu. Tapi untuk melawan tradisi, dia tidak tahu caranya.

Saad, si pemanah jitu

Dalam keseharian, Bilal bersahabat dengan Saad (Saad bin Abi Waqqash) yang pandai memanah. Saad adalah orang merdeka yang mendorong Bilal agar lebih sering menunggang kuda yang dijaganya. Sebagai ajang latihan, gitu. Selama ini Bilal lebih sering menuntun kuda itu. Membeli kuda sendiri? Hoho, mana mampu? Tapi Saad berkata, "Butuh lebih dari sekadar uang untuk menjadi mahir yaitu sebuah tekad yang kuat."

Abu Bakr, bijak dan penuh ketenangan

Suatu hari, Bilal bertemu dengan Abu Bakr (Abu Bakar Ash-Shiddiq) yang bisa melihat sisi baik Bilal saat Bilal memberi makanan pada seorang anak kecil yang kelaparan. Mereka berbincang di sekitar Kabah. Abu Bakr yang berwajah teduh itu berkata dengan bijak bahwa Ka'bah sebenarnya dibangun bukan untuk 'ajang pemalakan' via para berhala yang disebar para pembesar Quraisy. Ka'bah seharusnya adalah tempat dimana manusia bisa hidup berdampingan dan sejajar untuk kemudian menghamba hanya pada Satu Pencipta.

Abu Al Hakam, 11-12 sifatnya dengan Umayya

Saat itu Nabi Muhammad mulai melakukan dakwahnya tentang kesetaraan hidup manusia yang membuat banyak penduduk Mekah mengikutinya. Tentu saja sosok Rasulullah tidak ditampakkan. Hanya lewat perbincangan antara Abu Al Hakam (Abu Jahal) dan Umayya serta para pembesar Quraisy lainnya. Bilal mendengar perbincangan itu dan mulai timbul banyak pertanyaan di benaknya.

Soheib, budak pemberani sahabat Bilal

Di hari berikutnya, Bilal berani membela Soheib (Suhaib bin Sinan Ar-Rumi), seorang budak yang ahli sebagai pandai besi yang juga sahabat Bilal. Saat itu Soheib dan beberapa budak dicambuk oleh Abu Al Hakam dan prajuritnya karena para budak mengambil air dari sebuah sumur. Tiba-tiba datanglah Hamza (Hamzah bin Abdul Muthalib) memukul Abu Al Hakam. Hamza berkata, "Sejak kapan sumur ini tidak berlaku untuk semua orang? Sekarang aku menilai berhala dari perilaku para pemujanya. Kebrutalanmu hari ini menunjukkan apa yang menjadi keyakinanmu. Jadi, lawan aku atau pergi dari hadapanku!"

Hamza, berjuluk Sang Singa Allah

Rangkaian peristiwa itu kemudian menjadi titik balik kehidupan Bilal. Dia akhirnya berani memilih dan melawan 'social distancing' yang berlaku padanya dengan mengikuti jejak Rasulullah. Konsekuensinya memang berat, tidak hanya hukum cambuk. Bilal dihukum oleh Umayya di hadapan orang banyak: dijemur di pasir panas dan dadanya ditindih batu besar. Bilal tak gentar dan ucapannya dikenang sepanjang masa, "Ahad... Ahad... Ahad." Ya, tak ada lagi belenggu yang bisa menghalanginya, tepat seperti doa ibunya.

Bilal, Pahlawan Kesetaraan Penuh Inspirasi


Nah, tentu saja di film ini ada beberapa hal yang tidak pernah saya jumpai saat membaca kisah Bilal pada shirah sahabat. Misalnya, Ghufaira adalah sosok tambahan untuk memperkuat alur cerita. Sedangkan Hamama sebenarnya tidak mati terbunuh, melainkan sejak awal sudah menjadi budak di Mekah. Begitu pula peristiwa saat Hamza memukul Abu Al Hakam, sebenarnya itu terjadi karena Hamzah bin Abdul Muthalib marah karena Rasulullah disakiti. Juga adegan saat Bilal kembali ke Mekah dengan amarah karena mengira adiknya terbunuh. Padahal saat itu kaum muslimin sudah hijrah ke Madinah. Ini adalah adegan rekaan, untuk memperkaya alur cerita. Apalagi? Nonton sendiri, deh. Hehe...

Ya, walaupun diangkat dari kisah nyata, sah-sah saja untuk menyelipkan hal-hal rekaan seperti di atas. Ini adalah film animasi yang berusaha dikemas secara profesional: dalam waktu 105 menit saja harus bisa ditangkap pesannya dengan baik oleh seluruh dunia. Saya kira film yang meraih predikat The Best Inspiring Movie pada momen Animation Day saat Festival Film Cannes 2016 ini cukup berhasil melakukannya.

Sosok Ali bin Abi Thalib dalam adegan Perang Badar

Oh ya, walaupun ini adalah film keluarga, ratingnya adalah PG-13 alias Parents Strongly Cautioned. Sebaiknya tidak ditonton oleh anak di bawah usia 13 tahun dan saat menontonnya harus ada pendampingan orang tua. Di sini memang ada umpatan, adegan pemukulan, juga adegan peperangan saat terjadi Perang Badar. Kalau versi saya sih: sebelum menyaksikan film ini, anak-anak sudah harus dipahamkan dahulu tentang kisah Rasulullah dan para sahabatnya.

Latar tempat yang keren saat Bilal berbincang dengan Abu Bakr

Menyaksikan film animasi Bilal: A New Breed of Hero ini membuat saya terharu sekaligus bangga. Sahabat Rasulullah ini jelas bukan tokoh pahlawan fiktif. Dia layak jadi teladan bagus untuk semua orang, tidak hanya umat Islam saja. Dimulai dari sering berpikir, bertemu dengan orang-orang yang tepat, dan kemudian berani mengambil risiko untuk sebuah perubahan besar dalam hidupnya. Keadilan dan kesetaraan adalah milik semua orang, hadiah berharga dari Sang Maha Cinta.

"Percaya atau tidak, Bilal. Majikanmu adalah seorang budak juga. Majikannya adalah keserakahan, majikan terburuk sepanjang masa." (Abu Bakr, Bilal: A New Breed of Hero)


Selamat menikmati social distancing.


Salam,
Tatiek


Credit pict: Ig @bilalmovie

You Might Also Like

9 comments

  1. Aku itu gemes bunsay ama orang-orang yang bandel itu. Di suruh di rumah eh malah jalan-jalan. Terus gemes juga ama orang yang bilang gini "tenang aja kan mati mah udah takdir" Tpi tanpa dianya berusaha dulu. Masalahnya mending klo dia aja yang mati, terus klo matinya dengan cara nyebarin orang penyakit gimana. Gemes kan "maaf ya aku curcol bun huhuhu

    ReplyDelete
  2. Wah aku ketinggalan zaman yaa baru tau film ini. Bagus nih buat anak sekaligus emaknya, tapi menurutku film apapun kalau ditonton sama anak emang harus dipahami betul dulu sama ortunya yaa

    ReplyDelete
  3. Nontonnya via apa mbak? Yuni tu suka kisah-kisah begini. MashaAllah.

    ReplyDelete
  4. Wah, aku masih gagal nih nonton Bilal ini. Padahal pengen banget. Download dimana, mbak?

    ReplyDelete
  5. Keren banget idenya, Mbak. Anak-anak pasti nikmati kegiatan ini, plusnya pasti dapat makna yang ada dalam film. Beneran ya, jadi ibu harus kreatif...

    ReplyDelete
  6. Reveiewnya keren, jadi pengen nonton juga. Nemu filmya di mana, mba? Bisa di download jugakah?

    ReplyDelete
  7. Iyaa, ih jadi mau download juga. Nonton di mana filmnya, mba?

    ReplyDelete
  8. Makasih reviewnya mbak. Ini pilihan yang bagus untuk mengisi waktu di rumah. Aku masukin list nonton sama anak-anak.

    ReplyDelete