Tersebutlah seorang pemuda dari Yaman yang hidup pada masa Rasulullah. Pemuda yatim paling miskin di desanya yang tinggal bersama ibunya yang buta dan lumpuh. Uwais amat mencintai ibunya dan setiap hari melayani keperluan ibunya tanpa ada keluh kesah. Suatu ketika, ia mengamati orang-orang di desanya yang baru tiba dari perjalanan jauh, tiba dari Madinah. Yang ia temui adalah wajah-wajah penuh suka cita dan kehidupan mereka yang semakin berkah dan bahagia. Uwais mencari tahu apakah gerangan penyebabnya. Ternyata penyebab perubahan besar orang-orang itu karena bertemu dengan Rasulullah. Uwais berdecak kagum. Demikian luar biasanya pengaruh seseorang bernama Muhammad itu. Dan sejak saat itu ia mulai jatuh cinta dan membangun mimpi; bertemu dengan Rasulullah. Walau pun ia sendiri tidak tahu bagaimana memulainya. Karena ada jarak jauh terbentang antara Yaman dan Madinah sejauh 500 kilometer. Dan bagaimana mungkin ia meninggalkan ibu yang sangat dicintainya dengan kondisi yang seperti itu?
Sang ibunda rupanya mengerti keinginan putranya dikarenakan setiap hari Uwais menyebut-nyebut Rasululullah jika mereka sedang berbincang.
"Pergi dan temuilah Rasulullah, anakku. Tapi jangan terlalu lama karena engkau tahu sendiri bagaimana kondisi ibumu ini," ujar sang ibu kemudian.
Legalah hati Uwais mendapatkan restu dari ibundanya itu. Ia berjanji akan segera kembali setelah menuntaskan rindu bertemu dengan Rasulullah. Dan berjalanlah Uwais Al Qarni melewati gurun pasir dan jalanan sejauh 500 kilometer itu. Menembus panasnya siang dan dinginnya malam, di bawah ancaman binatang buas dan para perampok yang mengintai setiap saat. Ia lakukan itu karena cinta dan rindu yang memenuhi dadanya.
Sampailah ia di Madinah. Uwais mencari-cari dan bertanya letak rumah Rasululullah. Maka didapatinya rumah itu, diketuklah pintunya. Yang membuka adalah ibunda Aisyah.
"Wahai pemuda, siapakah engkau dan darimana asalmu?"
"Aku adalah Uwais Al Qarni dari negeri Yaman. Aku ingin bertemu dengan Rasulullah, bunda," jawabnya penuh harap.
Betapa terkejutnya bunda Aisyah menyaksikan kegigihan pemuda dari negeri nun jauh yang akhirnya sampai di depan pintu rumahnya itu. Namun Uwais Al Qarni harus menanggung kesedihan karena orang yang dicarinya saat itu sedang pergi berperang yang tidak diketahui secara pasti kapan kembalinya. Uwais tidak mungkin menunggu terlalu lama karena ia sudah berjanji kepada ibunya untuk pergi sebentar saja. Maka pulanglah Uwais Al Qarni ke Yaman dengan rindu yang masih terpendam. Menempuh jarak yang sama dengan keberangkatannya. Masya Allah.
Uwais kembali dengan selamat ke desanya dan kembali mengabdi merawat ibunya seperti sedia kala. Bahkan saat ibunya berkeinginan untuk menunaikan ibadah haji, Uwais Al Qarni menggendong ibunya ke Mekkah, pergi dan pulang! Labbaik Allahumma labaik! Dan tentu saja kecintaannya pada Rasulullah tidak pernah pudar.
Sekembalinya Rasulullah dari medan perang, ibunda Aisyah menceritakan kedatangan pemuda Yaman itu. Maka dikumpulkanlah beberapa sahabat utama. Rasulullah berkata bahwa pemuda Yaman bernama Uwais Al Qarni itu adalah seseorang yang tidak terkenal di bumi namun terkenal di langit! Rasulullah memerintahkan para sahabat untuk mencarinya dan jika bertemu, Rasulullah menyuruh untuk memintakan doa istighfar. Dengan izin Allah, doa Uwais akan dikabulkan. Ciri paling bisa dikenali dari Uwais adalah ada tanda putih di telapak tangannya. Betapa kagum para sahabat atas keistimewaan pemuda yang disebut Rasulullah itu.
Sampai dengan Rasulullah wafat, beliau belum pernah bertemu dengan Uwais lagi. Pencarian terhadap Uwais tertunaikan pada masa kekhalifahan Umar bin Khaththab r.a. Beliau yang menghadang sendiri setiap kafilah dagang dari Yaman yang masuk Madinah. Ternyata ada Uwais di antara mereka yang saat itu sedang menjaga ternak. Saat Khalifah Umar memeriksa telapak tangan Uwais, didapatinya tanda putih itu. Umar sangat bersyukur atas pertemuan itu dan segera memohon untuk didoakan agar Allah mengampuni. Semula, Uwais merasa tidak pantas dan justru meminta Umar untuk mendoakannya. Sampai akhirnya Uwais pun bersedia mendoakan Umar tapi menolak bantuan harta dari beliau. Uwais ingin tetap bersahaja dan tidak dikenal orang.
Uwais Al Qarni, anak yang berbakti dan hamba Allah yang taat itu, sampai akhir hayatnya tidak bisa bertemu Rasulullah. Tapi ia mencintai Rasulullah sepenuh jiwanya dan dicintai juga oleh Rasulullah. Keistimewaan Uwais Al Qarni ditunjukkan Allah SWT pada saat ia meninggal dunia. Ribuan orang berebut ingin memandikan, mengkafani dan menguburkan. Ia memang tidak terkenal di antara para penduduk bumi, tapi sangat terkenal di kalangan 'penduduk langit'.
*seperti yang dikisahkan oleh Kang Nugie Al Afghani dalam teatrikal FEMT Malang, November 2014
0 comments