[Puisi] Mawar-mawar untuk Sahabatku

  • September 19, 2017
  • By Tatiek Purwanti
  • 2 Comments

PhotoGrid_1505694443305

“Sebentar lagi ia akan hadir di sini.”
Kulihat pendar-pendar berpijar
Mata beningmu berbicara mimpi-mimpi
Tentang pangeran rupawan pengulur bunga-bunga mawar
Berbilang masa kamu nanti datangnya
Dalam pada itu aku
lebih dulu mengayuh bahtera sakinahku

Menit-menit terlampaui
Aku dan kamu memandang punggung kukuh
pangeranmu yang beranjak pergi
Kamu membisu, aku merengkuh
bahumu yang tergugu lawan duka kecewa
Sebentuk undangan, setangkai mawar kuning
terulur padamu sebelum pangeran berlalu

Bulan-bulan terlewati
Tak kudapati sosok sabar tegarmu lagi
Hanya gundukan tanah basah memerah
di hadapanku kini
Ah, air mataku hanya tidak tahu
Kamu bukan pergi, bukan
Kamu bahkan menunggu sepenuh damai, segenap rindu
Sang pangeran impian nan sebenar diciptakan
Ia yang bukan pengulur mawar-mawar kuning lagi
Kuyakin ia kan ajakmu berlari-lari
Di antara hamparan taman mawar merah merekah
Di teduhnya Firdaus mewangi, memesona indah

Malang, 10 September 2017

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

'Behind the Scene':
Puisi di atas terinspirasi karena kepergian seorang sahabat. Ia pergi sebelum sempat mewujudkan impiannya: menjadi pengantin. 😢 Memang seperti inilah hidup: jodoh dan maut akan berlomba menghampiri manusia sesuai titah Yang Maha Perkasa. Dan sahabat saya itu, insya Allah akan bertemu dengan jodohnya kelak di surga. Aamiin.

Nah, dalam puisi di atas, saya menyebutkan tentang mawar kuning. Tidak seperti mawar merah yang menandakan sebagai bunga pengikat asmara, mawar kuning adalah lambang persahabatan. Jadi, jika ada pemuda yang memberikan Anda sekuntum atau bahkan buket mawar berwarna kuning, maka Anda sudah bisa mengartikannya sendiri.

Lalu apakah sahabat saya itu mengalami kejadian persis seperti yang ada di dalam puisi di atas? Biarlah itu menjadi rahasia kami. 😢 Miss u so much, dear...

Tentang kematian yang datang sebelum jodoh menjelang, saya teringat pada sebuah cerita pendek. Judulnya adalah "Lancang Kuning Berlayar Petang." Sebuah cerpen yang pernah dimuat di Annida, hasil karya Uni Novia Syahidah Rais. (Lagi-lagi menyebutkan keduanya 😊) Kebetulan, puisi saya dan judul cerpen ini sama-sama ada kata "kuning"-nya, juga berkisah tentang hal yang hampir sama.

IMG_20170918_232733
 
Lancang Kuning berarti perahu yang berwarna kuning. Pasti kita sudah banyak mengetahui tentang lagu daerah dari Riau itu kan? Di dalam cerpen itu, si perahu kuning diibaratkan manusia. Sedangkan "Berlayar Petang" adalah kiasan untuk umur yang pendek. Karena menurut lirik aslinya, si Lancang Kuning itu akan berlayar di malam hari. Maksudnya, pada umumnya manusia akan menutup mata selamanya di usia tua.

"Lancang Kuning Berlayar Petang" adalah sebuah pengecualian, bahwa kematian tidak memandang usia. Diceritakan, tokoh Melani yang merupakan seorang gadis beretnis Cina, menghadap Tuhannya di usia belia. Peristiwanya berlangsung tidak lama setelah ia memeluk Islam. Sebuah kondisi yang sebenarnya akan memuluskan langkahnya untuk bisa berjodoh dengan Nizam, seorang pemuda Melayu. Tapi takdir berkata lain tentang mereka. Melani pergi, sama seperti sahabat saya itu.

Maka, mari persiapkan diri. Kita yang sudah bersua dengan jodoh kita sebenarnya juga akan bernasib sama: terpisahkan. 😭 Karena kasih sayang Allah Ta'ala lah, maka kita masih diberi kesempatan untuk menikmati indahnya cinta di dunia. Juga masih diberi waktu untuk mencium semerbak mawar-mawar itu.



Selamat bermuhasabah,

Tatiek Ummu Hamasah Afra











You Might Also Like

2 comments

  1. Puisi yang canti, bikin air mata saya pun menitik...
    Terkirim Al Fatihah untuk sahabat yang berada di surga yang indah..:)

    Terima kasih sudah diingatkan Mbak Tatiek, ...

    ReplyDelete
  2. Saya sangat kehilangan dia. Speechless. Akhirnya lahir puisi ini. Aamiin yaa Rabb. Semoga kelak kami jumpa lagi di surga-Nya 😊

    ReplyDelete