Superstories, 100 Kisah Teladan untuk Generasi Harapan
- September 28, 2019
- By Tatiek Purwanti
- 12 Comments
Ketika rindu pada si kakak yang berada di pondok mulai menggebu, salah satu yang saya lakukan adalah menulis tentang kebersamaan kami yang telah lalu. Ya, we time saat bersamanya memang menghadiahkan banyak cerita. Sungguh asyik rasanya saat diingat-ingat dan diulas kembali. Rindu sedikit terobati, sekaligus menghasilkan goresan pena yang menyehatkan hati.
So, rindu itu memang berat, Mak! Rindu pada anak jelas lebih berat dari rindunya Dilan pada Milea. Sebelum itu terjadi pada teman-teman, para Emak sekalian, sungguh manfaatkan kebersamaan kalian! Ambil kesempatan sebanyak-banyaknya untuk bisa ber-we time bersama anak. Tidak harus selalu keluar rumah karena berdua-duaan bersamanya di dalam "istana kita" juga adalah momen yang pasti akan berharga.
Nah, salah satu momen berharga saya bersama Afra adalah saat saya mulai membacakan buku untuknya. Kira-kira, usianya 3.5 tahun waktu itu. Golden moment-nya adalah menjelang tidur, walaupun dia juga cukup antusias saat kami melakukannya di luar itu.
Bagian belakang buku |
Kemarin saya membongkar-bongkar perpustakaan kecilnya dan menemukan salah satu buku paling lama yang dimilikinya. Judulnya adalah "Superstories for Little Muslims", dengan tagline "100 Kisah Super Pembangun Karakter Ananda". Seingat saya, buku itu saya beli saat ada agenda Malang Islamic Book Fair, saat Afra berusia sekitar 5 tahun.
Ini dia info tentang bukunya:
Judul: Superstories for Little Muslims
Penulis: Ariany Syurfah
Penerbit: Sygma Publishing
Terbit: April 2009
Tebal buku: vi + 202 halaman
Ukuran buku: 18,5 x 26 cm
ISBN: 978-979-055-011-7
Dari segi fisik buku, sampul buku ini pas untuk anak karena hard cover sehingga tahan sobek. Terbukti, sudah sepuluh tahun berlalu tapi sampulnya tetap kokoh. Hanya saja, ujung-ujung buku tetap "runcing" sebagaimana buku konvensional lainnya. Agak berat juga, sehingga kurang pas untuk dipegang batita.
Buku lama penuh kenangan berharga |
Ya, bukan "runcing" yang bisa melukai, sih. Batita juga boleh jika hanya sekadar pegang tapi sebaiknya dengan pengawasan orang tua. Seperti si adek yang kemarin-kemarin juga memegang buku tersebut tapi sekilas saja. Karena sebenarnya buku ini memang diperuntukkan bagi anak berusia 7-12 tahun.
Afra memang masih 5 tahun saat itu tapi dia pengen punya, hehe.
Sudah sobek bagian depannya 😁 |
Nah, bagian dalam bukunya berisi kertas glossy dengan ilustrasi yang full color. Masing-masing kisah "dijatah" satu halaman di sebelah kiri, ditambah gambar untuk memperkuat pesan yang ingin disampaikan yang berada di sebelah kanannya. Sebuah perpaduan yang cukup bagus menurut saya.
Mengoptimalkan IQ, EQ, dan SQ Lewat Buku
Tercetak logo kecil di sampul buku, "Membangun IESQ Ananda" dan begitulah tujuan penulis buku ini yang menghadirkan 100 kisah teladan di dalam bukunya. Anak-anak tidak cukup hanya memiliki kecerdasan intelligent, yang biasanya diukur dalam capaian nilai akademik di sekolah. Anak-anak juga harus dioptimalkan kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritualnya.
Kisah-kisah singkat dalam buku ini berasal dari Alquran, hadits, beragam kitab para ulama, dan beberapa buku rujukan yang tersebut di daftar pustaka. Kisah singkat itu cukup karena jadi lebih mudah diingat oleh anak-anak. Ibaratnya, buku ini adalah "kumpulan cerpen", bukan novel.
Dengan bahasa sederhana yang cukup mudah dipahami, setiap kisah dalam buku ini diakhiri dengan "Pesan Super" yaitu intisari/hikmah yang bisa ditarik dari masing-masing kisah. Ada juga tambahan ilmu berupa "kata baru" yang terdapat dalam kisahnya lalu dijelaskan apa artinya.
Misalnya, ada kisah berjudul "Doa yang Dikabulkan" yaitu kisah tiga ulama pada zaman Nabi Daud 'alaihissalaam. Saat itu terjadi kekeringan pada sebuah kota akibat kemarau yang panjang. Beragam cara sudah dilakukan para penduduk tapi tetap tak ada hasilnya.
Akhirnya, para penduduk mendatangi tiga orang ulama yang dikenal sangat taat kepada Allah Swt. Ketiganya pun berdoa dengan sungguh-sungguh agar Allah Swt menurunkan hujan. Alhamdulillah, hujan akhirnya turun melalui doa dan usaha tiga orang ulama tersebut.
Nah, di sinilah IQ, ES, serta SQ terbangun melalui kisah yang dibacakan oleh orang tua atau saat anak mulai membaca sendiri bukunya. Anak jadi memahami bahwa bumi memerlukan air agar tanaman yang dibutuhkan manusia tumbuh subur. Anak jadi mengerti bahwa kita harus menolong sesama dengan apa yang kita bisa, seperti yang dilakukan oleh tiga ulama itu. Juga, anak akhirnya menyadari bahwa hujan itu bisa turun atas izin Allah Swt semata.
Lalu, cerita favorit Afra yang mana?
Hehe, sepertinya hampir semua cerita disukainya. Namun ada satu cerita yang sepertinya membekas di benaknya dan diaplikasikan dalam tutur katanya. Mungkin saat itu Afra sudah berumur 7 tahun. Saat itu, saya pernah mengambilkan makanan yang agak banyak di piring makan Afra.
"Kebanyakan nih, Mi!" kata Afra.
"Gak pa-pa. Biar kenyang," jawab saya.
"Jangan kenyang-kenyang lah. Nanti Rahasia Iblis," sahutnya.
Ups. Astaghfirullah. Salah deh, saya.
Rupanya dia teringat salah satu kisah berjudul "Rahasia Iblis" saat Nabi Yahya digoda oleh iblis sehingga beliau makan agak kenyang, lalu jadi malas mengerjakan salat. Itu baru "agak kenyang", lho. Lha gimana kalau kenyang beneran?
So, ayo ber-Ketofastosis Lifestyle agar tidak banyak makan. Lho? Jadi ngiklan 😆 Hahaha, maapin yak!
Back to the laptop!
4 Tips untuk Orang Tua agar Tujuan Buku Ini Tercapai
Berikut ini 4 tips untuk kita sebagai orang tua saat membacakan atau mendampingi anak membaca buku ini. Tentunya bisa diterapkan pada buku yang lain juga.
1. Jadikan membaca buku sebagai waktu yang berkualitas antara anak dan orang tua.
Mengalokasikan waktu itu harus! Jauhkan gawai dari tangan kita, lanjut dengan memusatkan perhatian pada isi bukunya. Jika masih dalam taraf membacakan, gunakan intonasi yang jelas dan penuh semangat. Lebih bagus lagi jika kita bisa mengubah-ubah suara sesuai dengan karakter tokoh yang sedang dibacakan.
Alhamdulillah, saya sendiri bisa menirukan suara beberapa hewan, nenek-nenek, lelaki dewasa, dan juga suara anak kecil. Ini membuat si anak jadi lebih antusias menyimak, lho.
2. Minta anak untuk melakukan re-telling.
Ya, re-telling atau menceritakan kembali adalah sebuah cara untuk mengetahui apakah anak menguasai jalannya kisah dan pesan yang disampaikan di dalam buku.
Tentu saja tidak harus sama persis dengan kata-kata di dalam buku karena ini bukan tentang hapalan. Ini tentang pemahaman. Gantian, deh. Orang tuanya yang didongengin, hehe.
Dokumentasikan saat si anak melakukan re-telling, beri apresiasi, dan bila perlu beri hadiah kecil untuknya. InsyaAllah, ini akan semakin membuatnya bersemangat mencintai buku.
3. Diskusikan isi kisah dalam buku dengan anak.
Jika anak belum bisa melakukan re-telling, jangan dipaksa. Ajak saja berdiskusi tentang isi kisah di dalam buku dengan terlebih dahulu kita yang memancing dengan berbagai pertanyaan ringan. Serius tapi santai saja.
4. Terapkan isi buku dalam kehidupan sehari-hari.
Nah, kalau ini sih sudah pada tahap memahami dan menjalani. Anak yang sudah memahami isi buku, biasanya akan menghubungkan kejadian sehari-hari dengan pesan yang terdapat di dalam buku. Applicable sekali dan ini patut disyukuri.
Alhamdulillah, kerinduan pada si kakak sudah sedikit terobati dengan ulasan tentang buku lama ini. Buku yang tak lama lagi akan saya bacakan pada si adek yang saat ini berusia 3 tahun. Barangnya boleh lama tapi manfaatnya tetap ada. Terbukti, buku adalah investasi berharga.
Hmm... sepertinya, saya akan melanjutkan lagi agenda membongkar-bongkar buku lama Afra. Just read about them here!
Salam,
Postingan ini diikutsertakan dalam program One Day One Post (ODOP) September 2019 by Estrilook Community.
#ODOPDay8