Ketika Anak Saya Belajar dari Sepotong Pizza


A slice pizza a day, keeps the sadness away. 
(anonymous)

Saya setuju dengan quote di atas. Ya, bahwa sepotong pizza dapat menghilangkan kesedihan yang melanda. Itu terjadi pada anak sulung saya, Afra. Umurnya saat itu sekitar tujuh tahun. Dia benar-benar penasaran dengan iklan sebuah brand pizza terkenal yang wara-wiri di televisi. Bintang iklannya pandai sekali, terlihat lahap menyantap makanan khas Italia itu. Menyebabkan putri saya merengek meminta pizza yang serupa. Olala!

Saat itu, pizza yang dijual di restoran waralaba itu tergolong mahal bagi keluarga kecil saya. Lagi pula jarak restorannya jauh dari rumah. Hmm, solusi satu-satunya adalah dengan membawa anak saya ke arena pasar malam di ibukota kabupaten. Jarak tempuhnya lebih dekat. Di sana ada penjual pizza ‘tiruan’ yang harganya cukup terjangkau untuk kantong kami.

Penjual pizza itu menempati sebuah tenda. Mejanya penuh dengan bahan-bahan pizza yang ditata di rak-rak kecil. Ada oven berukuran kecil berikut kompornya yang diletakkan di sisi meja. Tidak banyak pembeli saat saya memesan satu kotak pizza. Sekitar dua puluh menit kemudian, kotak tipis berisi pizza hangat sudah berpindah ke tangan saya.

Saat kotaknya dibuka, mata putri saya mengerjap senang. Penampakan pizza-nya lumayan mirip dengan yang diinginkan Afra. Paprika hijau, jagung manis, bawang bombay, sosis, saus tomat, dan keju parut -bukan mozzarella tentunya- berselingan menghiasi permukaan pizza. Afra menyantapnya dan hilanglah kesedihannya. Alhamdulillah.


Source: pexels 

Sejak saat itu, pizza menjadi salah satu penganan yang disukainya. Agar tidak sekadar makan, saya mengajaknya mengamati kotak pizza yang berbentuk bujur sangkar. Lalu di dalamnya ada pizza yang berbentuk lingkaran. Sementara potongan pizza ibarat segitiga, jika lengkungannya dipotong menjadi lurus. Iseng-iseng sambil ber-matematika ria, deh.

Pizza ‘tiruan’ yang semula menjadi solusi, pastinya akan berubah menjadi masalah baru jika anak saya meminta dibelikan lebih sering. Saya jadi teringat masa kecil, di mana orang tua saya mengajari untuk tidak banyak jajan di luaran. Sebisa mungkin, ibu saya membuatkan cemilan untuk anak-anaknya. Itu rumus yang cocok untuk keluarga saya yang sederhana: hemat. Selain itu, higienitas makanan tentunya lebih dapat dipastikan. 

Ada sebuah kebetulan yang indah. Saat saya berinisiatif membuat pizza sendiri, saat itu beredarlah resep pizza teflon di sejumlah akun facebook. Nah, ini dia! Bahan baku dan cara membuatnya tergolong mudah. Memanggangnya tidak harus memakai oven pula. Untuk saya yang hanya memakai oven saat membuat kue kering lebaran bersama ibu, ini tentu sebuah kemudahan tersendiri. Ya, memasak sederhana dan praktis adalah ciri khas saya. Saat itu hingga saat ini, hehe…

Inilah resepnya : 

Pizza Teflon


Bahan:

100 gram tepung terigu protein sedang atau tinggi
27 gram susu bubuk (1 sachet)
½ sdt garam
½ sdt baking powder
½ sdt fermipan
1 sdm minyak goreng
90 ml air hangat
Mayonais rasa keju
Sosis secukupnya, potong-potong
Margarin secukupnya

Cara membuat:

1. Campur tepung terigu dengan susu bubuk, garam, baking powder, dan fermipan sampai rata.

2. Tambahkan air hangat sedikit demi sedikit. Aduk memakai sendok kayu. Tambahkan minyak goreng. Aduk lagi sampai rata.

3. Hasil akhir adonannya memang lengket, tidak kalis seperti dough pizza pada umumnya. Tutupi adonan menggunakan serbet basah dan diamkan selama kurang lebih 30 menit agar mengembang.



4. Siapkan teflon yang memiliki tutup. Lebih bagus memakai marble fry pan dengan tutup kaca. Oles permukaannya dengan margarin. Letakkan dough pizza, ratakan dengan spatula yang diolesi margarin tipis agar tidak lengket.

5. Beri mayonais di atas permukaan dough, ratakan. Tambahkan sosis yang telah dipotong-potong dan dicampur dengan saus sambal, tekan sedikit agar menempel agak dalam. Taburi keju parut.



6. Tutup teflonnya dan panggang di atas api yang kecil. Selama memanggang, jika uap air mulai mengembun agak banyak, lap bagian dalam tutup dengan serbet bersih. Begitu seterusnya sampai pizza matang, kurang lebih 30 menit.



7. Angkat dan sajikan selagi hangat. Bagian bawah pizza terasa crunchy, sementara atasnya lembut dan gurih.




Catatan:

Topping pizza bisa dikreasikan sesuai selera. Misalnya: campuran daging, jagung manis, bawang bombay, paprika, merica, dan garam yang ditumis. Lalu diatasnya ditaburi dengan keju seperti biasanya. 

Yang menggembirakan, pizza teflon yang saya buat itu hasil akhirnya sesuai dengan yang saya harapkan. Padahal biasanya, saya mengalami kegagalan saat mencoba sebuah resep pertama kali. Saat itu, saya memakai topping lengkap seperti pizza ‘tiruan’ yang saya sebut di atas. Alhamdulillah… Langsung deh Afra dan Si Abi menyerbu pizza sederhana tapi dibuat dengan sepenuh cinta itu. Selanjutnya, pizza teflon menjadi salah satu cemilan kesukaan keluarga saya. Mammamia!

Membuat pizza juga menjadi salah satu momen cooking class di rumah yang menyenangkan bagi anak saya. Pelan-pelan, saya melibatkan Afra dalam proses pembuatannya. Biasanya dia mendapat tugas memarut keju dan memotong-motong sosis. Setelah pizza-nya matang, dia akan ikut berbangga karena menjadi salah satu ‘chef’-nya. Hal itu dikisahkan pada teman-temannya di sekolah saat pizza teflon buatan kami dibawanya sebagai bekal. 

Selain belajar tentang sebuah proses, saya juga mulai mengenalkan Afra pada hal unik terkait makanan yang berasal dari Italia itu. Saya katakan padanya bahwa ada semangat cinta tanah air pada sebuah pizza. Ada tricolore atau warna bendera Italia, yaitu merah, putih, dan hijau. Merah berasal dari saus tomat, putih dari keju mozzarella, dan hijau dari daun basil. Itu adalah sebuah jejak sejarah yang dibuat oleh Raffaele Esposito, sang pembuat pizza di Napoli, Italia. Pada bulan Juni tahun 1889, ia mempersembahkan sebuah pizza dengan tricolore itu untuk Ratu Margherita, permaisuri Kaisar Umberto I.

Source: pexels

Saya juga menambahkan cerita tentang sejarah masuknya pizza ke Indonesia pada tahun 1980-an. Itu berawal dari pizza yang dijual oleh restoran waralaba yang berasal dari Amerika, yang saya sebutkan di awal tulisan ini. Saya katakan pada Afra bahwa kesuksesan waralaba itu berawal dari sikap pantang menyerah pendirinya, Carney bersaudara. Mereka sempat mengalami kebangkrutan tapi terus berinovasi dan hasil kreasinya pun mendunia. Saya pun menghubungkan kisah itu dengan keseharian seorang pelajar yang harus belajar keras untuk masa depan.

Nah, saya pernah membuat resep pizza sangat sederhana yang saya sertakan dalam sebuah buku antologi resep masakan. Ini penampakannya. Sepertinya paling sederhana di antara resep yang lainnya. 😉



Saat itu, Afra mengajak untuk membuat Pizza. Padahal hanya ada mayonais keju dan sosis di kulkas sebagai calon topping. Sedang tanggal tua, hiks. Tidak ada bawang bombay, saus tomat, paprika, keju, dan daging. But, why not? Saya mengiyakan ajakannya. Sambil membuat adonan, saya katakan padanya tentang sebuah kesederhanaan dan kreatifitas. Apapun bahan yang ada, dipakai saja. Dan dia tetap suka seperti biasanya.


Salam,



*Tulisan ini terdapat dalam buku antologi "Kisah Rahasia dalam Resep Favorit Keluarga" yang diterbitkan oleh JA Publishing, Mei 2019



You Might Also Like

4 comments

  1. Anak-anak juga penyuka pizza, Mbak. Setuju bahwa harga pizza itu bikin ihiks ihiks, apalagi di masa sekarang yang aku lebih memilih berhemat. Ternyata bisa ya bikin pizza tanpa oven? Suka mati gaya nih membuat cemilan karena nggak ada oven. Paling banter bikin jajan pasar aja karena cukup pakai panci kukusan.

    Aku ijin nyontek resepnya ya, Mbak. Anak-anak pasti suka kalau diajak turut serta ke dapur.

    ReplyDelete
  2. wah seru banget bisa bikin pizza sendiri, saya aja belum bisa hihi. kereeen. mba ternyata kita satu buku ya, saya juga punya resep andalan di buku itu looh, hihi.

    ReplyDelete
  3. Lihat resep di sini jadi ingin ikut buat pizza juga, deh!
    Bahannya mudah didapat dan cara membuatnya juga gampang.
    Keluarga pun bisa makan pizza yang terjamin kebersihannya ya, Mbak

    ReplyDelete
  4. Mbak Tatiek, ini pizzanya menggoda sekali...
    Aku pernah bikin sendiri, pertama terlalu lembek, kedua terlalu keras terus kapok duh..kwkwwk
    Aku mau coba resep Mbak Tatiek ah, kan anak-anak juga doyan pizza

    ReplyDelete