[Resensi] Antologi Flash Fiction “Tuhan Telah Berbaik Hati”
- December 24, 2017
- By Tatiek Purwanti
- 1 Comments
Tuhan telah berbaik hati. Sri tahu itu. Tetapi perempuan paruh baya itu
belum puas menikmati kebaikan dari Tuhan. “Satu jantung lagi, Tuhan. Biarkan
mereka hidup lebih lama.”
Empat kalimat di atas adalah blurb yang terdapat di
bagian belakang buku antologi berjudul “Tuhan Telah Berbaik Hati”. Buku
tersebut berisi kumpulan flash fiction 200 kata, merupakan hasil lomba menulis
flash fiction yang diadakan oleh Mazaya Publishing House pada bulan Juli 2017
yang lalu. Seluruh peserta harus menulis flash fiction sebanyak 200 kata, tidak
boleh kurang atau lebih. Saya ikut berpartisipasi di dalam buku antologi
setebal 172 halaman ini. Walaupun tidak menjadi juara, it’s okay.
Alhamdulillah, menjadi kontributor pun sudah lega. Maka inilah buku antologi
ketiga saya yang akan saya kupas isinya :)
Lalu apa itu flash fiction? Mengutip
mondayflashfiction.com, ini adalah model cerita cepat yang disajikan singkat,
padat, dan memiliki akhir cerita yang dipelintir (twisted ending).
Selain tidak sepanjang cerpen, unsur flash fiction hanya terdiri atas konflik
dan klimaks saja. Maka, sebuah flash fiction bisa dibaca habis hanya dalam
waktu kurang dari lima menit karena jumlah katanya yang biasanya kurang dari
1000 kata.
Ada yang menyebut flash fiction ini adalah nama lain dari fiksi
mini, tapi ada juga yang berpendapat bahwa ada beda pada keduanya. Dari
beberapa sumber yang saya baca, bedanya terletak di ending-nya. Seperti yang
tersebut di atas, flash fiction berakhir dengan twisted ending sementara itu
fiksi mini biasanya happy ending. Hal ini masih debatable, sih. Yang jelas,
flash fiction adalah sebuah hal baru bagi saya yang sebelumnya hanya mengenal
cerpen. Eh, ternyata ada yang lebih pendek lagi.
Alhasil, Yaumil Rachman keluar sebagai juara pertama dan judul flash fiction-nya pun dipakai sebagai judul buku. Blurb yang tersebut di atas, ditambah dengan penampakan gambar jantung yang diplester tentu saja memancing rasa penasaran saya. Maka saat pertama membaca bukunya, saya langsung menuju ke halaman 167 dimana “Tuhan Telah Berbaik Hati” berada.
Flash fiction ini mengisahkan tentang Sri dan suaminya
yang selama tujuh tahun sabar menanti kehadiran sang buah hati. Ia tetap
bersyukur dan beranggapan bahwa Tuhan tetaplah Maha Baik. Sampai akhirnya bayi
yang dinanti mereka pun tiba. Bukan hanya satu tetapi malah kembar. Sungguh ia
bersyukur, Tuhannya benar-benar Maha Baik. Walaupun sebenarnya Sri mempunyai
permintaan lagi yang mustahil tercipta karena dua janinnya sudah hadir ke
dunia.
Ternyata dua orang anak laki-lakinya itu terlahir sebagai bayi kembar siam yang berhimpitan dadanya, hanya mempunyai satu jantung! Twist ending-nya dapet banget. Selesai membacanya, saya pun tersenyum: pantes nih dinobatkan sebagai jawara. Awal membaca blurb-nya saya berpikir kalau Sri ini semacam makhluk pemangsa organ tubuh atau apa gitu, hihi. Lha pake minta jantung segala. Setelah membaca ceritanya, saya baru paham bahwa Sri ini manusia biasa :D
Ternyata dua orang anak laki-lakinya itu terlahir sebagai bayi kembar siam yang berhimpitan dadanya, hanya mempunyai satu jantung! Twist ending-nya dapet banget. Selesai membacanya, saya pun tersenyum: pantes nih dinobatkan sebagai jawara. Awal membaca blurb-nya saya berpikir kalau Sri ini semacam makhluk pemangsa organ tubuh atau apa gitu, hihi. Lha pake minta jantung segala. Setelah membaca ceritanya, saya baru paham bahwa Sri ini manusia biasa :D
Selain blurb-nya diambil dari juara pertama, ada juga penggalan flash fiction-nya juara favorit
2 yang berada di belakang buku. Judulnya cukup unik: “Cerita Pendek dalam
Cerita Pendek tentang Cerita Pendek” karya Mareza Sultan Ahli Jannah. Tokoh di
dalam flash fiction ini adalah tokoh di dalam cerita yang diciptakan oleh si
penulis. Ia bisa berpendapat ini-itu tentang adegan yang dituliskan tentangnya.
Misalnya, ia merasa senang saat sang penulis mengisahkan si tokoh sedang jatuh
cinta. Lalu si tokoh tersebut berbalik protes saat penulisnya ‘menakdirkan’ ia
patah hati. Protesnya lebih keras lagi saat si penulis membuat ceritanya sudah
habis. Hehe, ini namanya ada fiksi di dalam fiksi. Kreatif!
Flash fiction di
dalam buku ini disusun berdasarakan abjad judulnya. Cerita saya yang berjudul
“Bertemu Khadijah” ada di halaman 20, agak awal karena berawalan huruf ‘B’. Cerita ini terinspirasi dari sebuah kejadian nyata
yang saya ‘olah’ sedikit. Berikut kisah selengkapnya:
Bertemu Khadijah
Oleh: Tatiek Purwanti
“Kamu memang
pintar berbisnis,” puji suaminya.
Khadijah
berkali-kali mendengar pujian itu. Istri pintar berdagang adalah istri ideal
masa kini, bukan?
Khadijah senang sekaligus sedih mendengarnya. Senang,
karena akan ada tambahan uang belanja. Sedih, karena suaminya justru tidak
kunjung berubah. Ada pesanan datang, empat puluh porsi gado-gado, untuk arisan
ibu-ibu PKK hari Minggu.
Setelah mengalami
PHK dan berkali-kali gagal berdagang, suaminya seperti patah arang. Sementara
kebutuhan hidup tidak bisa digugat. Khadijah, ibu guru TK itu, bisa saja
berpuasa. Tapi tak tega ia mendengar rengekan dua anaknya.
Khadijah
berjualan apa saja. Craft, kue yang
dititipkan di kantin sekolah, dan yang paling laris adalah gado-gado. Hanya di
rumah, dari mulut ke mulut. Pembeli datang setiap hari. Pesanan datang silih
berganti. Belum ada dana untuk menyewa lapak di food court pinggir jalan raya sana.
Selepas
memuji, suaminya beranjak pergi. Selalu begitu. Waktunya dihabiskan di kolam
pemancingan di desa sebelah. Mendinginkan pikiran, katanya. Toh penghasilan
istrinya disamping mengajar, lumayan untuk kebutuhan sebulan.
Segera dibuka!
Warung Siomay, Batagor, Gado-gado
Free Wi-Fi
Gratis makan saat launching
Brosur berikut
voucher makan gratis menyebar di kampungnya. Setelah itu kondisi tidak lagi
sama. Pembelinya berangsur bak hilang ditelan bumi.
“Bunda
Khadijah, bisakah aku bertemu denganmu di surga nanti?” bisiknya pedih.[]
Jumlah keseluruhan flash fiction
di buku ini ada 86 judul, masing-masing mendapatkan jatah dua halaman. Tentu
saja saya tidak bisa mengulas semuanya yang memang bagus dan punya keunikan sendiri-sendiri. Misalnya, “Gadis
Kecil dan Perempuan yang Menatapnya” karya Mbak Dwi Rahmi W di halaman 52. Ini berkisah tentang seorang
gadis kecil pemulung sampah yang terlibat percakapan dengan seorang perempuan yang
tidak memberi respon kepadanya, hanya diam dan menatap saja. Kira-kira kenapa,
ya? Ternyataaa... si gadis kecil sedang berbicara dengan poster perempuan yang
tertempel di dinding sebuah teras. Perempuan di dalam poster itu adalah RA.
Kartini, sedangkan si gadis namanya juga Kartini. Ide tokoh dengan nama
sama-nya mirip punya saya, hehe.
Beberapa nama penulis terasa familiar bagi
saya karena nama mereka sering saya jumpai di grup Ibu-ibu Doyan Nulis (IIDN).
Ada Mbak Dian Restu Agustina, teman pertama yang saya kenal di IIDN, yang
menulis flash fiction berjudul “Menjemput Rezeki”. Ini menceritakan tentang
kecurigaan Narti karena suaminya, Karyo, tiba-tiba sering pergi pagi dan pulang
larut malam. Narti curiga jika suaminya berselingkuh. Oh, no! Ternyataaa... ada
teman Narti yang menginfokan bahwa Karyo justru bekerja lebih giat sepulang
kerja dari kantornya dengan menjadi driver ojek online.
Ada juga Mbak Febri
Purwantini yang menulis “Cinta Lelaki Matahari”, Mbak Emmy Herlina dengan “Cinta
yang Mendua”, Mbak Vita Suwarno menulis “Got Back My Love”, Mbak Geger Siska –nama
penanya Gieska- menulis “Kaya Hati”, Mbak Lia Soeparno menulis “Kotak Besi” dan
“Pepper”, Mbak Susi Hendarti menulis “Mengembara Tanpa Raga”, Mbak Nonny
Ranggana –memakai nama pena Niranggana- hadir di buku ini dengan dua flash
fiction-nya, “Beban” dan “The Room Maid” dan yang terakhir Mbak Kinanti WP,
founder-nya grup kepenulisan “KamAksara” menulis “Terpesona Setengah Mati” di
buku ini. Mungkin ada nama-nama lain yang terlewat. Remind me, please.
Membaca
flash fiction itu asyik karena kita akan mendapat pesan dan hikmah dalam waktu
singkat. Maka membaca kumpulan flash fiction seperti yang terdapat di buku ini mengajak saya
untuk bertamasya dan berkeliling, menemui beraneka cerita singkat tapi
bermakna. Buku ini adalah buku edisi pertama, ada buku edisi kedua yang memuat kumpulan
flash fiction hasil dari lomba yang sama. Ada dua flash fiction saya di buku
kedua, insya Allah akan saya ulas juga segera.
Info Buku:
Judul buku: Tuhan Telah Berbaik Hati
Penulis: Yaumil Rachman, Mareza Sultan Ahli Jannah, dkk (Finalis lomba menulis flash fiction 200 kata tingkat nasional 2017)
Penerbit: Mazaya Publishing House
Cetakan: ke-1, Oktober 2017
Tebal: 172 halaman
ISBN: 978-602-6362-58-2
1 comments
Keren mbak ceritanya, sukses selalu ya mbak dan semoga bukunya laris manis membawa manfaat dan berkah.AMiin
ReplyDelete