5 Bahasa Cinta Agar Si Kakak Tetap Dekat dengan Bunda
- December 30, 2017
- By Tatiek Purwanti
- 23 Comments
Kehadiran anak
kedua selalu memberi warna baru bagi sebuah keluarga. Bagi kedua orang tua, kegembiraan
segera menghampiri karena bertambah satu lagi penyejuk mata. Repot dan capek
itu pasti, tapi seakan terbayar dengan sosok imut menggemaskan yang tangisnya bak nyanyian paling merdu sedunia. Namun bagi si kakak, biasanya ada
perasaan lain selain gembira. Jika sebelumnya seluruh perhatian tercurah
kepadanya, maka kasih sayang orang tua harus dibagi juga untuk adiknya. Di
sinilah ada masalah yang umum muncul yaitu kecemburuan si kakak pada adiknya.
Begitu juga yang
terjadi pada Afra, si sulung saya yang saat ini berusia sepuluh tahun. Saya dan
suami baru dikaruniai anak kedua saat Afra berusia sembilan tahun atau setahun
yang lalu. Ternyata di usia segitu pun Afra tetap ada rasa cemburunya, lho.
Walaupun cemburunya itu sudah tidak ‘seheboh’ dulu. Saat ia berusia enam tahun, ia pernah sampai menangis
gara-gara kami bertanya begini: “Mbak
Afra mau enggak punya adik?”. Berlanjut kepada penolakan saat kami
mengajaknya menengok bayi tetangga. Ia tidak mau ditanyain tentang adik lagi :) Saat itu saya masih seorang working mom yang notabene quantity time bersamanya kurang. Sepertinya ia tidak ingin waktu kebersamaan kami lebih berkurang lagi karena kehadiran adik bayi.
Afra dan adiknya, Akmal |
Afra
bersikeras agar ia punya adik saat kelas tiga SD saja. Saya pun hanya garuk-garuk kepala, hehe. Berlanjut dengan penjelasan sedikit demi sedikit padanya bahwa adik bayi itu bukan pesaing baginya. Qadarullah,
adiknya lahir saat ia naik kelas empat SD dan saya sudah dalam posisi sebagai stay at home mom. Ia tidak lagi menolak kehadiran
adiknya, justru sangat bahagia. Kebersamaan kami sekeluarga jadi semakin penuh gelak tawa. Tapi di balik itu seakan ia berpesan: adik sekarang jadi pangeran, tapi aku ini tetaplah sang puteri. Ya, di fase menjelang aqil baligh-nya sekarang
ia tentu saja tetap butuh perhatian kami.
Maka agar tetap
terjalin kedekatan dengan si kakak, saya menggunakan bahasa cinta. Ada lima
bahasa cinta yang akan saja jabarkan di sini. Lalu, apa itu bahasa cinta? Bahasa
cinta adalah ungkapan secara verbal atau bahasa tubuh kepada anak agar ia merasa
bahwa kita sebagai orang tuanya mencintainya. Jadi ini merupakan salah satu
cara berkomunikasi yang sesuai dengan ‘bahasa anak’ sehingga anak pun dapat
menangkap sinyal-sinyal cinta yang kita sampaikan.
1. Sentuhan Fisik
Sejak Afra kecil,
saya selalu membiasakan untuk memeluk dan menciumnya. Ia pun menjadi terbiasa
dan tak segan untuk memulai duluan jika saya kadang lupa atau kurang
frekuensinya dalam sehari. Begitu juga saat berjalan beriringan, saya terbiasa
menggandeng tangannya atau merangkul pundaknya. Saat adiknya lahir, jika saya
mencium adiknya dan Afra berada di dekat kami, saya pun segera memeluk dan
mencium ia juga. Semata agar ia merasa bahwa kebiasaan saya menyayanginya tidak
berubah, masih seperti sedia kala.
Semakin besar, tantangan
dunia luar yang dihadapi Afra pun kian beragam. Mulai dari pelajaran di
sekolah, pergaulan di sekolah, teman sepermainan di rumah, dan kebersamaan
dengan teman-teman mengajinya. Jika di rumah ada saya dan si Abi yang terus
berusaha memahaminya, di luar rumah pasti ada saja kendala.
Maka ia perlu
kata-kata positif sebagai penyemangat, seperti:
- Ummi bangga pada Mbak Afra.
- Hasilnya sudah bagus, kok. Yang penting sudah berusaha.
- Mbak Afra sudah berbuat baik, pasti nanti temannya baik juga.
- Jangan menyerah. Sedikit lagi, Nak!
3. Waktu Berkualitas
Idealnya ada
waktu berkualitas semacam ‘we time’ untuk saya dan Afra. Realitanya, ‘we time’
tersebut kadang tidak terwujud setiap hari pada keluarga LDR seperti kami. Ya,
si Abi yang bekerja di luar kota baru ada di rumah setiap Jumat malam. Maka tak
banyak waktu yang bisa saya sisihkan agar bisa khusus berdua saja dengan Afra. Bertiga dengan adiknya akhirnya adalah pilihan 'we time' yang niscaya. Saya berusaha total di situ
yaitu tanpa gadget di tangan.
Menemani Afra membaca bukunya |
Nah, jika ada kesempatan untuk ber-‘we time’, itu akan saya manfaatkan sebaik-baiknya. Misalnya saat si adik tidur, saat si adik diajak oleh Eyang Utinya, dan saat si adik bermain dengan si Abi. Saya bisa menemani Afra belajar secara ‘privat’, menemani ia membaca buku-bukunya, menonton film kesukaannya, memasak bersama, dan berbelanja berdua.
4. Memberi Hadiah
Selain perhatian
dalam bentuk sikap, saya juga berusaha mewujudkannya dengan memberinya hadiah.
Tidak harus yang mahal, yang sederhana pun jadi lah. Misalnya saat ia berprestasi
di sekolahnya atau berbuat baik pada temannya, akan ada hadiah buku baru
untuknya. Sebagai anak yang doyan membaca, dihadiahi buku adalah salah satu
hadiah terindah baginya. Atau saat ia rajin membantu pekerjaan di rumah, ada es
krim lezat yang membuat matanya berbinar ceria. Tentu saja saya juga berusaha
memberi pemahaman bahwa hadiah itu bukan tujuan dari perbuatan baik yang dilakukannya.
Pesan saya: jika diberi terimalah, jika tidak ya jangan meminta. Sejauh ini ia memahaminya.
5. Memberi Pelayanan
Bentuk perhatian yang lain adalah pelayanan di saat yang tepat. Maksud dari pelayanan ini tentu saja bukan untuk memanjakannya. Karena di usianya yang sekarang, justru Afra mulai banyak belajar tentang kemandirian. Tapi ada saat-saat dimana ia tetap butuh pelayanan saya yaitu di saat sakit. Ini bagi saya adalah sebuah momen ujian yang mendekatkan. Ya, sakit adalah sebuah masalah tapi menjadikan kedekatan kami jadi bertambah.
Bentuk perhatian yang lain adalah pelayanan di saat yang tepat. Maksud dari pelayanan ini tentu saja bukan untuk memanjakannya. Karena di usianya yang sekarang, justru Afra mulai banyak belajar tentang kemandirian. Tapi ada saat-saat dimana ia tetap butuh pelayanan saya yaitu di saat sakit. Ini bagi saya adalah sebuah momen ujian yang mendekatkan. Ya, sakit adalah sebuah masalah tapi menjadikan kedekatan kami jadi bertambah.
Alhamdulillah,
sejauh ini Afra belum pernah sakit yang berat. Sakit yang biasa dideritanya
adalah sakit panas dan demam. Saya berusaha tetap tenang dan mengukur dulu suhu
tubuhnya dengan termometer. Jika suhu tubuhnya masih di bawah 38.3 derajat
celcius, saya memberinya minum air putih banyak dan menyuruhnya beristirahat
total. Tapi jika suhunya di atas itu, saya pun memberikan kompres hangat di
ketiaknya dan memberinya obat turun panas dan demam.
Tempra Syrup rasa jeruk untuk Afra, Tempra Syrup rasa anggur untuk Akmal |
Pilihan saya untuk
meredakan panas dan demam Afra adalah Tempra Syrup yang mengandung paracetamol.
Jika adiknya yang berusia 16 bulan meminum Tempra Syrup rasa anggur, maka untuk Afra adalah Tempra Syrup rasa jeruk atau Tempra
Forte. Nah, Tempra Forte ini memang diformulasikan khusus untuk anak yang
berusia 6 tahun ke atas.
Lalu mengapa saya
memilih Tempra Syrup untuk anak-anak
saya? Selain karena tidak mengandung alkohol, Tempra Syrup ini juga aman di
lambung, sehingga jika harus meminumnya saat perut kosong pun tidak menjadi
masalah. Di dalam kemasan Tempra Syrup ini terdapat gelas takar yang menunjukkan ukuran
5 ml, 10 ml, dan 15 ml. Misalnya dosis untuk Afra adalah 5 sampai 10 ml dan
diminum selama tiga kali sehari. Ya, dosis tepat
(tidak menimbulkan over dosis atau kurang dosis) membuat saya sebagai ibu lebih
tenang. Sebelum meminumkannya kepada anak, Tempra Syrup ini pun tidak perlu dikocok,
larut 100 %. Akhirnya bahasa cinta kelima yaitu memberi pelayanan kepada Afra
menjadi lancar jalannya. Alhamdulillah.
Bercengkerama bertiga. Senangnya :) |
Bagi saya, anak
pertama adalah anugerah yang menjadikan saya berpredikat sebagai seorang ibunda. Sebagai
seorang ibu muda saat itu, kesalahan pola asuh pada anak pertama pastinya
pernah saya lakukan. Maka menjadi ibu pembelajar adalah sebuah proses berkesinambungan bagi saya, apalagi sudah dikaruniai yang kedua. Keberadaan si kakak tetaplah istimewa
bagi saya. Semakin besar ia, semakin beragam ilmu baru yang saya dapatkan karena mendampinginya. Terima kasih, Afra.
I will always love you :)
Salam cinta,
Artikel
ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh Blogger Perempuan Network dan Tempra.
Bahan Bacaan:
Buku "Jadilah Sahabatku, Nak" oleh Farida Nur 'Aini
23 comments
Senangnya sudah lengkap punya anak laki-laki dan perempuan ya mba.
ReplyDeleteAlhamdulillah, Mbak. Tapi dapet yang kedua lama. Kami harus bersabar selama 9 tahun :)
Deletesemoga Afra terus bisa jadi kakak yang baik yaaaa.....sehat selalu Afra dan dede nya
ReplyDeleteAamiin, terima kasih doanya Mbak :)
DeleteSemoga terus terjalin kasih sayang antara aduk dengan kakak yaa
ReplyDeleteAamiin yaa Rabb. Terima kasih :)
DeleteMasing-masing anak memang memiliki ceritanya sendiri ya mba. Semoga kita selalu diberi kekuatan utk jadi ibu yang terbaik. Sukses terus!
ReplyDeleteBetul, setiap anak itu unik. Aamiin, terima kasih doanya :)
DeleteSemoga kak Afra sehat selalu dan jadi anak sholehah, Amiin
ReplyDeleteAamiin yaa Rabb. Terima kasih doanya ya, Mbak :)
Deletewah senangnya ya kak afra disayang terus sama bunda :)
ReplyDeleteHehe, iya. Walaupun udah ada adik pastinya ya tetep disayang :)
Deletesenangnya bisa selalu bercengkrama bersama anak-anak di rumah ya mba, semoga sehat-sehat selalu.
ReplyDeleteAlhamdulillah, iya senang. Terima kasih atas doanya ya :)
DeleteAnak pertama ngajarin banyak hal ya mbaak, makasih sharingnya. Dan aku baru tau ada Tempra utk 6 thn ke atas. .
ReplyDeleteSehat2 utk kakak adik yaa
Betul, Mbak. Dari anak pertama saya belajar tentang memberi cinta seutuhnya dan hal2 menakjubkan lain. Iya, tempra forte tuk 6 th ke atas :)
DeleteWaktu berkualitas yang sedang saya usahakan agar tetap terjaga mbak, semoga anak2 selalu sehat ya
ReplyDeleteSemoga usahanya menghadirkan waktu berkualitas terwujud ya, Mbak. Aamiin, terima kasih doanya :)
Deletekak arfa sehat terus ya, jadi kakak yang pinter, kaka arfa tetep disayang bunda kog
ReplyDeleteRalat dikit, namanya Afra :D
DeleteTerima kasih atas doanya :)
Assalammualaikum Bunda. Salam kenal ya. Saya sering mendengar tentang nama Bunda. Karena sering menang. Akhirnysa saya yang baru belajar menulis n ngeblog ini, jadi penasaran ama tulisan Bunda. Tulisan bunda bagus dan puitis. Jadi, bkin saya belajar juga. Terima kasih 🙏
ReplyDeleteWa'alaikumussalaam warahmatullah. Salam kenal juga, Bund :) Alhamdulillah jika tulisan saya bermanfaat bagi Bunda. Tapi kalo soal sering menang, tidak juga hehe. Sering kalah kok. Tapi menulis bagi saya bukan melulu tentang kompetisi, tapi memang sudah hobi :) Semangat, Bunda!
ReplyDeleteWa'alaikumussalaam warahmatullah. Salam kenal juga, Bund :) Alhamdulillah jika tulisan saya bermanfaat bagi Bunda. Tapi kalo soal sering menang, tidak juga hehe. Sering kalah kok. Tapi menulis bagi saya bukan melulu tentang kompetisi, tapi memang sudah hobi :) Semangat, Bunda!
ReplyDelete