Mewaspadai Predator Anak yang Kian Marak


Awal Maret 2017 yang lalu, desa kami dihebohkan oleh sebuah kasus penangkapan predator anak bernama Mudofir. Ia adalah seorang karyawan di sebuah usaha rumahan yang tega mencabuli anak majikannya, tapi perbuatan itu segera diketahui oleh ibu korban alias majikannya sendiri. Tak ayal, si pelaku segera diamankan oleh pihak kepolisian. Kejadian ini segera menimbulkan kehebohan yang lain karena ada ‘kejutan’ lanjutannya. Ternyata si pelaku telah berbuat serupa terhadap 4 anak kecil yang lain tapi tidak ketahuan. Yaa Rabbi...

Kejadian itu meninggalkan rasa ngeri di benak para orang tua di desa kami. Ancaman dari para predator anak sudah sedemikian dekatnya. Sebelumnya saya hanya menyaksikan kejadian-kejadian yang sama di berita  televisi atau portal berita online. Misalnya saat penangkapan predator anak di Jakarta International School dulu. Tapi kini, lokasi kejadiannya hanya berjarak 3 RT dari tempat tinggal saya. Si pelaku bukan penduduk asli desa kami, jadi motif perbuatan atau kebiasaannya tidak teramati sebelumnya.
Berita tentang kasus predator anak didesa kami

Selain ngeri, tentu saja para orang tua merasa marah. Anak-anak yang seharusnya dilindungi dan mendapat limpahan kasih sayang justru dijadikan pelampiasan nafsu binatang mereka. Ya, predator adalah julukan yang tepat bagi para pedofil karena awalnya itu adalah sebutan untuk binatang yang memangsa binatang yang lain. Pedofilia, sebuah kelainan psikoseksual yang mereka idap itu memiliki kecenderungan seksual terhadap anak-anak. Mengutip situs National Geographic, biasanya pedofil akan memangsa anak-anak yang dikenalnya. Modusnya mulai dari memaksa, mengancam, membohongi, menipu, atau dengan cara halus seperti membujuk dan memberi iming-iming hadiah.

Wah, jadi harus lebih waspada, nih. Walaupun tidak harus selalu curiga dengan orang dewasa yang dekat dengan anak kita, sih. Agar tidak parno, berikut ini beberapa ciri khas seorang pedofil:
  • Memiliki fantasi atau keinginan seksual terhadap anak-anak.
  • Seorang pedofil lebih suka dan lebih nyaman ditemani oleh anak-anak.
  • Umumnya ia adalah orang yang terkenal di kalangan anak-anak di sekitar tempat tinggalnya.
  • Walaupun tidak selalu, pedofil umumnya adalah pria bertipe maskulin dan berusia sekitar 30-an tahun.

Faktor yang Menyebabkan Seseorang Menjadi Pedofil

1. Kelainan Otak dan Perbedaan Neurologis

Menurut para ahli ada perbedaan dalam struktur otak mereka yaitu pada bagian frontocortical, jumlah materi abu-abu, unilateral, bilateral lobus frontal dan lobus temporal dan cerebellar.

Kelainan otak pada pedofil inilah yang mendorong ia melakukan tindakan bejat tersebut. Kita yang normal masih bisa membedakan dan menahan diri, tapi mereka tidak. Ya, biasanya pedofil memiliki tingkat kecerdasan yang lebih rendah dibandingkan manusia pada umumnya. Sehingga ia memilih korban pelampiasan yang berusia jauh lebih muda darinya. Kelainan otak tersebut bisa terjadi sejak bayi atau dalam kandungan ketika otak sedang terbentuk. Bisa juga karena mereka pernah menderita luka di kepala yang cukup parah saat masih kecil, terutama sebelum usia enam tahun.

2. Faktor Lingkungan

Seorang anak yang pernah mengalami pelecehan seksual saat belia dan traumanya tidak disembuhkan, maka ia akan tumbuh dengan perilaku seksual menyimpang. Ini adalah sebuah ‘guncangan’ dalam bentuk lain yang mempengaruhi perkembangan otaknya. Salah satu jalan berpikirnya adalah ia ingin menunjukkan perlawanan dan merasa kuat saat dewasa. Dulu saat masih anak-anak ia tidak berdaya saat ‘dikerjain’, maka kini saatnya ‘membalas dendam’ dan membuktikan. Duh, ‘lingkaran setan’ yang harus diputus, nih.

3. Tumbuh Kembang Anak

Ini berkaitan dengan dua faktor sebelumnya, dimana kelainan otak ‘alami’ maupun karena trauma bisa menghambat tingkat berpikir anak sehingga ia memiliki tingkat Intelligence Quotient (IQ) yang lebih rendah dari anak lain. Nah, kita sebagai orang tua diingatkan bahwa IQ tetap penting walaupun bukan yang terpenting. 

Anak-anak kita, harapan ummat dan harapan bangsa yang harus dijaga

Hukuman untuk Pedofil

Para pedofil yang berbuat kejahatan seksual tentu saja harus dihukum sesuai peraturan yang berlaku. Apalagi ada di antara mereka yang tega membunuh korbannya. Masih ingat kasus Angelin, anak kecil cantik dari Bali yang malang itu? 😭  Untuk yang sesadis itu, hukuman mati pantas bagi para pedofil.

Berderet sanksi sudah menunggu, seperti yang tertuang dalam peraturan berikut ini:
  • Undang-Undang No 23/2002 tentang Perlindungan Anak yang sudah direvisi melalui UU No 35/2014.
  • Undang-Undang No 11/2012 tentang Sistem Peradilan Anak.
  • Undang-Undang No 10 Tahun 2012 tentang Pengesahan Protokol Opsional Konvensi Hak-Hak Anak tentang Penjualan Anak, Prostitusi Anak, dan Pornografi Anak.
  • Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2014 tentang Gerakan Nasional Antikejahatan Seksual Terhadap Anak.

Dikaji juga pemberian hukuman kebiri kimiawi yaitu metode suntik untuk mengendalikan dan mengurangi libido seksual para pedofil. Metode ini sudah diterapkan di banyak negara seperti Polandia, beberapa negara bagian di Amerika Serikat, Korea Selatan, Denmark, dan Swedia.  Sepanjang yang saya ketahui, masih ada pro kontra juga terkait ini karena biaya kebiri kimiawi ini lumayan mahal untuk sebuah hukuman yaitu berkisar antara tujuh ratus ribu sampai satu juta rupiah sekali suntikan. Padahal masa efektif suntikan tersebut hanya bertahan satu sampai tiga bulan.

Jangan Sampai Anak Kita Menjadi Korban

Berikut langkah-langkah pencegahan agar anak kita jangan sampai menjadi korban. Nauzubillah…

  • Dimulai dengan senantiasa memperbaiki kedekatan kita kepada anak sehingga kita lah yang dipercaya oleh anak, bukan orang lain. Beberapa pedofil memanfaatkan kelengahan orang tua yang kurang memperhatikan anak-anak mereka. Lalu mulailah mereka melancarkan bujukan dan rayuan mautnya.
  • Ajari anak untuk berpakaian sopan sejak dini, baik di dalam atau di luar rumah. Memakai kaus dalam dan celana pendek saja? Noway! Ajari juga tentang sentuhan berbahaya yang tidak boleh dilakukan orang lain kepadanya.
  • Batasi untuk mengekspose anak di media sosial. Ya, kadang kala maksud orang tua untuk menunjukkan kelucuan anak di media sosial bisa menjadi bumerang. Masih ingat dengan jaringan pedofil yang hobi mengumpulkan foto anak-anak yang memakai kaus singlet saja? Mungkin fisik anak tidak disentuhnya, tapi relakah kita jika anak kita dijadikan obyek fantasi seks mereka? Bukan tidak mungkin jika pelakunya berjarak dekat, si anak akhirnya dijadikan sasaran.
  • Dan yang tidak kalah penting tentu saja adalah doa. Kita hanyalah orang tua biasa yang pada dasarnya sangat kurang ilmu dan selalu berharap bimbingan Allah untuk menjaga amanah-Nya itu. PR kita memang berat di akhir zaman ini, tapi insya Allah kekuatan doa akan menguatkan kita.

Pedofilia sebenarnya bisa diobati jika pengidapnya menyadari kecenderungan negatif itu dan mau berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Ia harus segera mencari psikolog atau psikiater untuk menjalani psikoterapi dan mendapatkan resep obat untuk penyakit seksual abnormalnya itu. Bimbingan dari para ustaz juga perlu untuk mengisi kekosongan jiwanya dan menyadarkannya akan perbuatan dosa itu. Ya, karena Islam sebenarnya telah memberi jalan untuk menyalurkan hasrat di jalan yang halal melalui lembaga pernikahan. Itulah jalan fitrah yang indah. Semoga kita sekeluarga senantiasa berada di atas fitrah itu dan selamat dunia akhirat. Aamiin.

Salam,





Tulisan ini diikutsertakan dalam program Postingan Tematik bulan Februari 2018 oleh Blogger Muslimah indonesia

Referensi:
national geographic.com
republika.co.id

Sumber gambar: pixabay






You Might Also Like

12 comments

  1. Jika ada anak yang jadi korban predator seksual, memang sebaiknya didampingi terus-menerus ya, Mbak. Agar di kemudian hari ia tidak menjelma menjadi predator juga. Na'udzu billahi min dzalik...

    ReplyDelete
  2. serem juga ya kejadian itu deket sama rumahnya :( harus ekstra merhatiin anak biar ngga terjerumus atau jadi korban para predator anak

    ReplyDelete
  3. aiih...pedofil ada di dekat kita yaa..serem banget mbak. Benar2 harus deh kita membekali anak dengan pendidikan seks sejak dini. Bukan masalah tabu, tapi perlindungan sejak awal ya

    ReplyDelete
  4. Ngeri ya mbak apalagi di sekitar kita, bikin was was

    ReplyDelete

  5. Iya, Mba. Semoga keluarga kita terhindar dari hal-hal demikian.

    ReplyDelete
  6. Ya Rabb... serem banget..

    ini salah satu yang bikin saya waswas kalau anak saya main ke tetangga :(

    ReplyDelete
  7. ih, ngeri bacanya mbak. ya allah...semoga kita dan anak-anak selalu dilindungi dari perilaku menyimpang tersebut.

    ReplyDelete
  8. ngeri banget ya, jikalau korban yg tidak dibantu malah bisa jadi korban kedepannya.. hal ini malah menambah jenis populasi para penyimpang

    ReplyDelete
  9. makin parno sekarang kalau ada yg dekat-dekat dg anak. bawaannya jadi curigaan :(

    ReplyDelete
  10. ngeri Mbak..nggak hanya di kota besar ya..duh! Kasihan anak-anak yang jadi korban. Semoga ini makin meningkatkan kewaspadaan kita sebagai orang tua untuk lebih peduli dengan sekitar dan menjaga anak-anak kita.

    ReplyDelete
  11. Semoga anak anak kita selalu dilindungi oleh Allah

    ReplyDelete