Soulmate, Untaian Cerita tentang Belahan Jiwa
- February 25, 2019
- By Tatiek Purwanti
- 18 Comments
Judul buku: Soulmate
Jenis Buku: Antologi Cerpen Bertema Pernikahan
Penulis: Tim Nubar (Nulis Bareng) Pernikahan
Terbit: September 2018
Penerbit: AE Publishing
Jumlah halaman: vi + 281 halaman (A5)
ISBN: 978-602-5915-25-3
Pernikahan adalah salah satu peristiwa besar dalam kehidupan seseorang, selain kelahiran dan kematian. Setiap manusia normal pasti ingin memasuki pintu gerbangnya. Fitrah manusia berbicara bahwa setiap diri pasti rindu untuk menemukan pasangannya; belahan jiwanya.
Berjuta rasa saat seseorang berusaha menemukan sang belahan jiwa impian. Kadang mudah, kadang berliku jalannya. Saat akhirnya berjumpa, hidup pun terasa penuh warna. Ajaran Islam menyebutkan bahwa muslim yang telah menikah berarti telah menggenapkan separuh agamanya. Oh, indahnya...
Namun, cerita belum berakhir. Awal pernikahan laksana permulaan sebuah bahtera yang berlayar mengarungi samudera. Ombak dan badai pasti menyertai. Gulungan dan terjangan mereka biasanya direspons secara tidak sama dan akhirnya membuahkan cerita tentang rumah tangga yang berbeda-beda pula.
Maka memperbincangkan pernikahan itu tak akan ada habisnya. Itulah yang membuat saya tertarik untuk bergabung dengan Tim Penulis Nubar (Nulis Bareng) Pernikahan AE Publishing. Sebelumnya, saya sudah pernah mengikuti Nubar di penerbit yang sama dengan tema berbeda pada antologi Serpihan Rindu dan You are My Hero.
Kali ini, PJ sekaligus editornya adalah Mbak Anjar Lembayung, penulis novel Arimbi itu lho. Ini adalah sebuah kesempatan yang baik bagi saya untuk berbagi kisah tentang pernikahan dalam bentuk cerita pendek. Berbekal sedang menjalani, pernah membaca kisah serupa, dan mendapat curhatan teman; let's go!
Soulmate, demikian judul buku antologi ini. Sampulnya so sweet; ala drakor gitu, ya. 🙂 Ini menjadi buku antologi saya yang ke-13. Di dalamnya ada 32 cerita pendek hasil goresan pena para penulis yang berasal dari beragam profesi dan berasal dari berbagai penjuru negeri ini.
Simak dulu yuk, blurb-nya berikut ini:
Jodoh atau belahan jiwa merupakan kehendak Tuhan kepada siapa akan mempertemukannya. Namun, benarkah pasangan kita dalam ikatan pernikahan adalah belahan jiwa kita? Lalu bagaimana jika guncangan pernikahan memaksa kita berpisah dengan pasangan? Akankah dia masih bisa kita sebut sebagai belahan jiwa?
Banyak sekali cara Tuhan mempertemukan kita dengan belahan jiwa kita. Namun, tak jarang pula Tuhan merenggutnya dengan mudah. Entah itu melalui hadirnya orang ketiga, ketidakpercayaan dan curiga, atau bahkan maut. Yang pasti, ikatan pernikahan itu suci dan kita wajib berusaha mengukir setia dan bertahan bila badai menerjang bahtera yang kita kendalikan.
❤️❤️❤️
Saat-saat Bertemu Belahan Jiwa
Hadirnya jodoh sebagai perwujudan belahan jiwa melalui berbagai cara. Ada yang menyambut datangnya dengan pengorbanan luar biasa sampai harus kehilangan takhta. Seperti pada cerpen The Royal Wedding karya Ning Rizky yang mengambil latar pernikahan agung keluarga kerajaan Inggris. Di situ tokoh Evelyne berkisah tentang kakek buyutnya yang lebih memilih seorang janda sebagai calon istrinya daripada harus menjadi raja.
Terkadang kekuatan cinta memang lebih hebat daripada kekuasaan monarki. (halaman 2)
Rochanah dalam cerpennya yang berjudul Mahasiswaku, Pemilik Tulang Rusukku berpesan bahwa jodoh bisa saja datang dari sekitar kita. Ada perbedaan usia? Tidak menjadi sebuah masalah yang berarti. Dari judulnya pasti teman-teman bisa sedikit menebak jalan ceritanya, ya.
Manusia yang merencanakan, Allah yang menentukan. Ibu sama aku mungkin kurang lebih terpaut empat tahun. Aku pikir kalau memang jodoh, insyaallah dipermudah.(halaman 28)
Mungkinkah sepasang manusia menikah tanpa didahului rasa cinta? Jrux Kuning dalam cerpennya yang berjudul Sebuah Rahasia yang Kelak Akan Kaubaca menjawab: mungkin.
Ketika aku memutuskan untuk menikah dengan seorang lelaki bernama Langit, semua terjadi bukan karena cinta. Kami berdua bertemu dari sebuah luka dan rasa tak percaya pada sesuatu yang bernama cinta. Kami hidup dengan hati yang tak lagi utuh. (halaman 44)
Tokoh aku dan Langit akhirnya belajar bahwa pernikahan adalah tentang tanggungjawab kepada Tuhan, kepada keluarga besar, dan kepada lingkungan. Cinta? Sangat bisa diusahakan tumbuhnya seiring kebersamaan mereka.
Bertahan, Berpisah, dan Terpisah
Sebagaimana disebutkan pada paragraf kedua blurb di atas, beberapa cerpen di dalam buku ini bercerita pula tentang upaya bertahan saat badai menerjang bahtera pernikahan. Cerpen saya yang berjudul After Pottery Wedding termasuk diantaranya.
Adalah tokoh Prita yang memilih bertahan di tengah problem finansial yang bermula dari kesalahan suaminya, Mario. Ujian hidup yang kemudian membuahkan doa dari anak mereka, Elsa.
“Ya Allah, sebentar lagi aku bersekolah SD. Semoga Mamaku di rumah lagi seperti dulu, tidak usah kerja lagi. Biar bisa antar jemput aku sekolah. Semoga Papaku cepat sembuh. Biar Papa saja yang kerja. Aamiin.” (halaman 187)
Lain halnya dengan tokoh Rei dalam cerpen milik Himekazeera, Love isn't Your Passion, yang harus berpisah dengan istrinya, Alby. Kecintaan Rei pada pekerjaan telah membutakan, bahkan mengalahkan cinta dan kehangatan yang seharusnya menjadi napas keluarga kecil mereka.
"Rei, apa kamu pikir karena kita berada pada bidang yang sama, memiliki mimpi yang sama, misi yang sama... cukup untuk membentuk keluarga utuh? Kamu seharusnya belajar, Rei. Saat itu aku begitu mencintaimu, berusaha memahamimu. Tapi bagaimana dengan kamu? Bahkan saat anak kita meninggal, kamu tidak di sana." (halaman 21)
Tetapi, masih ada kesempatan untuk bersatu lagi bagi dua orang yang memutuskan berpisah. Seperti kisah Reuni Padmarini dan mantan suaminya, Bagas. Sebenarnya Bagas sudah hampir menikah lagi, tapi hatinya ternyata memilih untuk kembali. Semua demi puteri mereka dan berawal dari reuni keduanya. Cerpen berjudul Reuni ini adalah tulisan sang editor buku ini, Anjar Lembayung.
Malam itu, mungkin Tuhan mendengar doaku. Keinginanku mempertahankan bahtera yang sempat karam seolah-olah menemukan titik terang begitu derap suara langkah cepat itu terdengar, membuka pintu ruang tamu dengan tergesa. (halaman 278)
Kalau disuruh memilih, cerpen favorit saya adalah Siyah Gul Terakhir karya Feresha Ray, proofreader buku ini. Selain memakai POV 2, cerpen ini juga berlatar kebudayaan Turki dengan alur cerita yang memukau. Nah, siyah gul adalah mawar hitam alami yang hanya bisa tumbuh di kawasan Halfeti, Turki.
Di sinilah kau berada kini. Di depan gundukan tanah yang menjadi pekuburanku, pembaringan terakhirku. Aku masih bisa melihatmu, menjagamu tanpa pernah kautahu, meski tak pernah bisa kusentuh kau dengan kedua tanganku. Setangkai siyah gul kauletakkan di pusaraku, berbalut kata-kata cinta yang terucap... (halaman 269)
Hiks, sedih. Pernikahan antara Yagmur (aku) dan Huri (kau) harus berakhir karena takdir kematian memisahkan mereka. Begitulah. Seringkali belahan jiwa tidak lama berada di sisi, tak sampai menua bersama.
Cerpen-cerpen lain yang tidak saya sebutkan secara spesifik pun tidak kalah menarik. Masing-masing menghadirkan kisah tentang romansa dengan belahan jiwa, kenangan indah dengan mereka yang nyaris menjadi pasangan hidup, luka yang tercipta karena ada hati yang mendua, maupun kehidupan rumah tangga sehari-hari yang kadang terlihat biasa namun sebenarnya penuh pesan berharga. Jangan sesekali meremehkan kejadian sederhana yang kita alami dengan si dia, ya.
Ada cerpen yang alurnya menarik dari awal sampai akhir dan memakai diksi yang bagus, ada pula yang sederhana saja. Ini memang bukan kumpulan cerpen hasil lomba tapi bisa dipastikan isi bukunya minim typo dan semuanya ditulis sesuai dengan tema yang disepakati.
Buku untuk Kita Semua
Buku antologi ini cocok dibaca oleh mereka yang tengah menanti datangnya belahan jiwa, yang baru saja bertemu dengannya, dan yang sudah bertahun-tahun mengarungi bahtera rumah tangga seperti saya.
Selepas membacanya, saya menemukan banyak pelajaran tentang kehidupan pernikahan. Sama dengan yang kerap kali saya tuliskan bahwa pernikahan adalah garis start sebuah babak kehidupan baru, bukan garis finish. Kita harus terus belajar di dalamnya agar menjadi pasangan terbaik yang bisa menentramkan pasangan kita. Sampai kapan? Sampai takdir Allah yang memisahkan.
Salam,