Tahun 2018 adalah tahun dimana saya begitu bersemangat mengikuti berbagai proyek antologi. Sadar diri bahwa saya banyak ketinggalan, saya bertekad menebus ketertinggalan itu. Alhasil, hingga saat ini sudah ada 20 buku antologi saya yang terbit, baik melalui lomba atau event nulis bareng. Insya Allah, masih ada lagi 4 buku antologi saya yang dalam proses terbit.
Beberapa buku antologi tersebut sudah pernah saya tuliskan di blog ini, beberapa yang lain belum. Termasuk diantaranya adalah 3 buku antologi puisi saya yang diterbitkan oleh Forum Aishiteru Menulis (FAM) Indonesia, Kediri.
Buku antologi puisi saya yang terbit di FAM Indonesia untuk kali pertama berjudul Pesan Cinta untuk Sahabat. Ini adalah proyek nulis bareng, jadi bukan sebuah lomba. Tapi menurut penyelenggaranya tetap ada seleksi, sih. Buku ini menjadi buku antologi saya yang ke-5.
Dari judulnya, teman-teman pasti bisa menebak bahwa buku antologi puisi tersebut berisi pesan-pesan untuk sahabat atau teman dekat. Ya, selalu ada cerita menarik dan mengesankan di balik hubungan kita dengan mereka yang dekat dengan kehidupan kita. Maka lahirlah 2 puisi saya berikut ini...
Senja, Pagi, dan Arti Hadirmu
Oleh: Tatiek Purwanti
Mengapa banyak manusia memuja senja?
Kudapati ia bertahta pada judul-judul roman
Pada bait-bait puisi rindu dan jatuh cinta
Jadi inspirasi luapkan berderet-deret perasaan
Padahal senja bagiku adalah sendu
Karena tak kulihat lagi rinai tawamu
Padahal senja adalah permulaan kesedihan
Karena kita terpisah jarak, berjauhan
Hanya kamu yang tertakdir mengerti
Bahwa aku lebih mencinta, mendamba pagi
Mentari menyapa, kita pun bersua ceria
Menyimak lagak gerak, titah petuah mereka
Para pahlawan tanpa tanda jasa
Dan kelas kita seketika menjelma
bak satu ruangan mewangi di surga
Kadang aku malas, sering berbuat tak jelas
Tapi segera aku bergerak lagi bergegas
Kamulah yang menarikku, damai merangkulku
Kamu yang sediakan jemari tanganmu
Untuk kugenggam erat, jadi penguat
Hanya kamu yang mampu, duhai sahabat
Siluet senja kini membayang kembali
Istanaku masih sunyi sepi tiada berisi
Wajah ayah bundaku masih tersimpan di sana
Di antara deru kemacetan tengah kota
Hatiku kembali kaku membeku
Peluk senyum mereka sungguh kurindu
Ah, cepatlah hadir kembali wahai pagi
Agar sosok sahabatku segera berdiri di sisi
Padanya kulabuhkan keluh sepiku
Entah apakah hingga akhir waktu
Malang, 11 September 2017
Kita Berbeda untuk Bersama
Oleh: Tatiek Purwanti
Kaleng keriput bekas minuman
Menggelinding jadi bulan-bulanan kakimu
Tersuruk sempurna ia di sudut lapangan
Selalu begitu kau luahkan marahmu
Nada-nada cadas terluncur padamu
Memaksa aku raih kata sepakat darimu
Kau mematung, aku lekas berlalu
Selalu begitu kutumpahkan kecewaku
Dua cerita di antara ratusan kisah kita
Dua anak manusia coba satukan rasa
Kau dan aku sungguh jauh beda
Mungkin bak bumi dan satelit alaminya
Kau nyaman dengan diam tenangmu
Aku merasa ada dengan riuh celotehku
Kini kita telah menang atasnya
Merangkai simpul-simpul sahabat di antara
hati-hati damai kita
Kita memang berbeda untuk bersama
Kita belajar dari eloknya taman bunga
Beraneka puspa itu ciptakan harmoni
Justru karena mereka berwarna-warni
Malam ini, dengarkan tanyaku
Kita kah sahabat selamanya itu?
Malang, 11 September 2017
Saat itu, saya cenderung suka menulis puisi panjang-panjang seperti di atas. Kalau sekarang, saya lebih nyaman menulis puisi yang agak pendek. Sah-sah saja sebenarnya karena jenis puisi baru memang tidak terikat dengan aturan panjang-pendek lirik dan bait.
Dilihat dari isinya, dua puisi saya tersebut adalah Puisi Deskriptif yang masuk dalam kelompok Puisi Impresionistik. Sebagai pengingat, Puisi Impresionistik adalah puisi yang mengungkapkan suatu kesan (impresi) penyair/penulis terhadap suatu hal. Ya, kesan saya terhadap kisah persahabatan.
Nah, lahirnya buku antologi puisi tersebut membuat saya saat itu ingin mengikuti lagi dua proyek antologi puisi yang lainnya. Insya Allah, akan saya bagikan puisi-puisi saya pada tulisan saya selanjutnya.
Saya menyukai puisi, baik membaca atau menuliskannya. Tapi saya merasa belum ahli dan ingin terus belajar tentang puisi. Bagaimana dengan teman-teman?
Salam,
15 comments
auto hub sahabat. Puisinya keren mbak.
ReplyDeleteSuka Mbak sama puisinya. Diksinya sederhana, tapi maknanya dalem.
ReplyDeletewoww, buku antologi ke5? mantap banget Mbak.
ReplyDeletepuisinya juga bagus banget deh, salut :)
Keren nih, bisa nulis puisi. Kalau saya, angkat tangan kalau disodori puisi.
ReplyDeletekeren mbak. Pengen nulis puisi tapi tak pandai dalam merangkai kata puitis. sukses selalu mbak dengan proyek buku antologinya ya
ReplyDeleteBagus Mbak puisinya. Saya juga senang membaca dan menulis puisi.Tapi untuk menulis..saya masih minim ilmunya. Pengen belajar lagi 😊
ReplyDeleteTernyata selain jago buat cerpen/novel mbak Tatiek juga jago bikin puisi ya. Keren banget puisinya mbak. Saya kalau puisi angkat tangan deh, hehe
ReplyDeleteMembuat puisi itu susah-susah gampang. Namun, jika mau belajar pasti bisa. Selamat ya mba bukunya sudh banyak terbit dan terus berkarya
ReplyDeleteKeren mba Tatik
ReplyDeleteAk ora isobikin puisi hishhh :(
Mantul puisinya..
ReplyDeleteSy nyerah deh klo bikin puisi, apalagi permainan diksi.
Biki seringnya datar b, heheh.
Keren ba,
Antologi sy 4 belum terbit2 ba, pdhl udh ngarep banget, hiks hiks
Sesekali saya juga buat puisi, Mbak, tapi entah masuk jenis puisi apa.
ReplyDelete*perlu terus belajar
Lanjutkeun mb...hehe semua bisa mah mb Tatiek. Keren puisinya mb...
ReplyDeleteMbak Tatiek hebat walau sudah Ibu Ibu tpi masih produktif ikutan antologi mana sudah 20an lagi. Semangat terus ya mbak!
ReplyDeleteBarakallah mbak. Udah launching lagi nih bukunya. Kereeen
ReplyDeleteKereen Mbak. Saya hanya bisa nulis artikel dan sedikit fiksi kalau nulis puisi, ampyun dah ah...
ReplyDelete