Menulis dan Seutas Tali

Ilmu itu buruan, dan tulisan adalah talinya

Maka ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat

Adalah kedunguan engkau memburu kijang

Lalu engkau biarkan ia lepas di antara hamparan

(Imam Syafi’i)

Ada berbagai-bagai tempat untuk kita memburu ilmu. Di lembar-lembar literatur ada ilmu. Di hamparan kehidupan nyata ada ilmu. Di pengalaman pahit atau manis ada ilmu. Di tengah berbagai informasi melimpah ada ilmu. Memburu ilmu seperti dimaksud Imam Syafi’i menegaskan sebuah proses dari memilih, memilah, lalu mengambil mana yang benar-benar berguna dan bermanfaat bagi bertumbuhnya pengetahuan kita. Berburu selalu punya kata kunci: ketepatan.

Pada masa Imam Syafi’i, di mana tradisi menghapal masih sangat kuat, ia telah menjelaskan pentingnya mentransformasikan pengetahuan ke dalam tulisan. Maka tulisan, di masa itu, barangkali tidak menjadi pengingat lupa, tapi tulisan merupakan sarana sangat berharga bagi terjadinya proses pewarisan ilmu-ilmu luhur yang sangat fundamental. Di mana seorang guru, menulis sendiri maupun disalin perkataannya oleh para muridnya, telah membuat kita bisa menikmati begitu banyak karya-karya rujukan dari para ulama-ulama besar di masa lalu. Maka Imam Syafi’i tercatat sebagai penulis pertama buku paling penting dalam bidang usul fiqih, Arrisalah.

Maka, mencintai ilmu dan pengetahuan, perlu dilengkapi dengan mencintai menulis. Apalagi bila kita bukan generasi yang hidup dengan tradisi menghafal. Di era dunia digital, di mana teknologi begitu memudahkan kita untuk saling terhubung, kita mungkin tidak kekurangan alat untuk mengikat ilmu dengan tulisan. Ada begitu banyak ‘tali’; seperti keyboard atau keypad yang menyertai kemana saja kita pergi. Kita hanya perlu memastikan, bahwa yang kita tulis adalah sesuatu yang bermanfaat.

Source: Tarbawi

You Might Also Like

0 comments