Taman Contong Kepanjen: Ketika Ban Bekas Naik Kelas
- January 28, 2019
- By Tatiek Purwanti
- 17 Comments
Keberadaan taman kota sebenarnya bukan sebuah hal yang baru. Sejak dahulu, taman yang terletak di lingkungan perkotaan itu menjadi andalan sebagai paru-paru kota. Rerimbunan hijau di dalamnya adalah sebuah harapan akan melimpahnya oksigen dan terserapnya karbondioksida.
Polusi? Semoga lekas menjauh pergi.
Kota yang identik dengan deretan bangunan beton juga memerlukan penyejuk. Baik sejuk secara hawa atau pandangan mata. Siapapun akan merasakan kesejukan saat berada di bawah naungan pepohonan. Pun hijaunya tanaman sungguh membuat mata ingin berlama-lama menatapnya.
Selain dua fungsi ekologis taman kota di atas, masih ada lagi fungsi sosialnya yaitu taman kota sebagai tempat rekreasi dan berkumpulnya warga. Setuju dong, ya. Taman kota adalah salah satu destinasi wisata kekinian yang banyak dicari karena biasanya berbiaya murah meriah.
Nah, kali ini saya akan menceritakan sebuah taman kota di daerah saya. Tepatnya ia terletak di Kepanjen, ibukota Kabupaten Malang. Namanya Taman Contong. Dalam Bahasa Jawa, contong artinya wadah berbentuk kerucut.
Pada saat saya masih kecil dulu, para penjual kacang rebus atau kacang goreng membungkus kacang yang dijualnya dengan kertas koran yang berbentuk contong itu. Teman-teman yang se-zaman dengan saya pasti 'ngeh' dengan contong ini, ya.
Saya sendiri belum tahu kenapa Taman Contong disebut demikian. Mungkin karena letaknya di pojokan dan bentuk lahannya memanjang, lalu mengecil di ujungnya. Kadang, penamaan suatu tempat kan karena mirip dengan sesuatu, gitu.
Taman Contong ini adalah lahan sempit yang terletak di sebelah barat stasiun kereta api Kepanjen. Luasnya hanya sekitar 439 meter persegi. Semula, taman tersebut kurang terawat sehingga sedikit mengganggu pemandangan. Duh, padahal letaknya strategis karena berada di tengah kota.
Untungnya banyak pihak yang terdorong untuk bergerak. Adalah Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Sumedang Bersatu dan Komunitas Nabuh Bareng-Bareng Band (Nababa Band) yang mengawalinya. Aksi mereka tentu saja disetujui dan didukung oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Malang. Ini nih contoh kerja sama yang baik antara masyarakat dan pemerintah daerah. Sip.
Hasilnya, Taman Contong menjadi lebih bersih dan menarik. Tidak ada lagi sampah berceceran seperti sebelumnya karena tempat sampah telah tersedia. Paling-paling yang berserakan adalah dedaunan yang nantinya disapu oleh petugas kebersihan.
Bangku taman dan bagian bawah batang pohon pun dicat warna-warni sehingga menimbulkan kesan ceria. Di bagian selatan -yang mengarah ke jalan utama- tersedia ayunan, sarana bermain yang digandrungi anak-anak. Sederhana, tapi cukup manis menurut saya.
Yang paling menarik tentu saja penampakan replika berbagai hewan yang sebagian sudah nampak di atas. Ada katak, burung, gorila, kadal raksasa, kalajengking, naga, dan dinosaurus yang dicat berwarna-warni. Mereka semua terbuat dari ban bekas!
Unik dan cantik. Pembuatnya tentu berjiwa seni tinggi. Tidak mudah untuk membentuk ban-ban bekas itu menjadi 'sosok baru' yang tak biasa. Umumnya, ban bekas didaur ulang menjadi tempat sampah yang sering kita temui di sepanjang jalan.
Di dunia maya ada sih berbagai project DIY yang menggunakan ban bekas. Tapi saya sendiri belum pernah menemukan yang hasil akhirnya berbentuk replika hewan-hewan lalu dipajang untuk umum. *Colek saya kalau ada, ya.
Selain itu, daur ulang ban bekas seperti yang terdapat pada Taman Contong pastinya sebagai bentuk peduli lingkungan. Sampah ban bekas tidak dibiarkan mencemari tanah tapi justru diolah sehingga menghasilkan benda-benda Indah.
Penasaran. Maka saya, suami, dan Akmal menyempatkan diri untuk mampir ke Taman Contong beberapa waktu yang lalu. Tidak lama, karena saat itu mendung menggantung cukup tebal. Tapi saya cukup senang bisa menyaksikan sendiri perubahan Taman Contong yang sekarang.
Akmal -walaupun saat itu minta gendong- terlihat antusias mengamati hewan-hewan tiruan itu. Tidak terlihat takut. Sama dengan beberapa anak yang saat itu mengunjungi Taman Contong dengan orang tua mereka. Tampak riang gembira.
Ya, sebuah kegembiraan sederhana. Betapa kami, warga Kabupaten Malang ini, ingin juga memiliki taman kota sebanyak yang dimiliki warga Kota Malang. Kalau bisa sih lebih banyak jumlahnya. 🙂 Mengingat Kabupaten Malang adalah Daerah Tingkat II dengan wilayah paling luas di Jawa Timur setelah Kabupaten Banyuwangi. Boleh dong punya mimpi.
Bagaimana dengan taman kota di daerah teman-teman? Sudah banyak atau masih sedikit?
Salam,
Postingan ini diikutsertakan dalam program One Day One Post bersama Estrilook Community.
#ODOPEstrilookCommunity
#Day11