Menikmati Kopi di Zaman Kiwari


Coffee is the gasoline of life.
-Unknown

Bicara tentang kopi adalah bicara tentang sejarah. Ya, karena kopi adalah salah satu komoditi perkebunan yang paling banyak diperdagangkan sejak dahulu secara legal. Keuntungan yang menggiurkan dalam perdagangan kopi itu dimanfaatkan dengan baik oleh Belanda yang saat itu menjajah Indonesia.

Belanda mulai menanam pohon-pohon kopi di Batavia. Berlanjut dengan meluaskan areal perkebunan kopi di Bogor dan Sukabumi pada abad ke-17 dan 18. Sejak saat itulah, kopi menjadi teman akrab anak bangsa hingga hari ini. 

Saat ini, Indonesia merupakan negara penghasil kopi terbesar ke-4 di dunia. Di atas Indonesia ada Brasil, Vietnam, dan Kolombia. Luas perkebunan kopi secara nasional sekitar 1,24 juta hektar, terbagi atas 933 hektar perkebunan Robusta dan 307 hektar perkebunan Arabika. Hasil perkebunan kopi yang diekspor membuahkan devisa terbesar ke-4 untuk Indonesia setelah minyak sawit, karet dan kakao.

Kopi dan Sejarah Hidup Saya

Kopi juga memiliki nilai sejarah yang menempati sebagian hati saya. Sekitar tahun 80-an, kakek dan nenek yang tinggal dekat rumah adalah petani. Beliau berdua menanam pohon kopi di sebagian ladang dan kebun mereka. Saya sering ikut memanen kopi. Kadang menyesap-nyesap biji kopi yang sudah berwarna merah. Lupa sih rasanya :)

alamtani.com

Jadi, sejak kecil saya akrab dengan bau kopi yang disangrai oleh nenek. Saya ingat, nenek mencampurkan irisan kelapa dalam bijih kopi yang disangrai dengan menggunakan wajan kreweng. Beliau mengolah kopi itu di atas luweng, tentu saja bahan bakarnya adalah kayu. Hmm... harum dan khas sekali baunya. 

Nenek juga menumbuk sendiri biji kopi yang telah disangrai itu di sebuah lumpang. Duk...duk... duk! Bertalu-talu sampai kopinya menjadi bubuk halus. Terakhir, kopi itu masih diayak lagi agar benar-benar menjadi bubuk kopi halus. Lalu, bubuk kopi itu disimpan dalam sebuah toples kaca. Siap diseduh setiap hari.

unsplash.com

Saya tentu saja belum tertarik meminumnya. Hanya sesekali mencicip sedikit saat kakek menuangkan kopi panasnya di atas tatakan gelas. Huh, sedikit pahit. Bukan minuman untuk anak-anak, nih.

Saya baru jatuh cinta pada kopi saat kelas 5 SD. Sekitar tahun 1992. Saat itu, saya mulai bertugas menyuguhkan kopi untuk Bapak setiap beliau pulang kantor. 

"Nih, Bapak bawain M*x Creamer. Ini kalau dicampurkan ke kopi, nanti kopinya jadi berwarna coklat dan rasanya jadi gurih," ucap Bapak suatu hari.

Itulah kali pertama saya mengenal krimer. 'Bubuk ajaib' yang membuat saya jadi menyukai kopi. Tidak meminumnya setiap hari, sih. Namanya anak-anak, minuman kesukaan saya dulu adalah seduhan susu kental manis. Pastinya saat itu belum ada ribut-ribut tentang kandungan susunya.

Saya baru benar-benar menyukai kopi hitam saat sudah bekerja. Biasanya, saya menyeduhnya saat jam makan siang hampir berakhir, di kantin perusahaan. Efeknya: segar kembali! Yeah, coffee was the gasoline of my life.

Kopi adalah Sahabat Penulis?

Teman-teman penulis atau blogger boleh mengiyakan atau menolaknya. Ya, ya. Persahabatan antara penulis dan kopi tentu saja tidak mutlak. Setidaknya itu berlaku untuk saya sendiri. Juga untuk banyak penulis yang pada biodatanya menyebut diri mereka adalah pecinta atau penikmat kopi. Sounds familiar, right?

Nah, izinkan saya bicara eh... menulis tentang persahabatan antara kopi dan penulis. Kopi memang tidak memberikan energi, tetapi meminum segelas kopi dapat menunda efek lelah yang melanda otak kita. Otak 'cling', proses kreatif menulis dan menuangkan segala isi kepala pun lancar jaya.

unsplash.com

Kafein yang terkandung di dalam kopi-lah yang menghalangi kinerja adenosine, sebuah senyawa dalam sel otak kita. Jika adenosine terikat dengan receptor di otak, aktivitas sel-sel tubuh kita pun melambat. Ngantuk, deh. 

Saat kafein masuk ke sistem saraf melalui saluran darah dan akhirnya mencapai otak, receptor akan sibuk 'menghadapi' kafein dan tidak menggubris si adenosine. Perintah adenosine agar kita mengantuk pun... lewaaat. Ngantuk hilang, konsentrasi pun datang. Deadline pun diterjang. Hehe...

Ada teman yang bilang, "Minum kopi gak ngefek tuh buatku. Tetap aja ngantuk!"

Entah apa sebab seseorang bisa 'kebal kopi' seperti itu. Ada yang tahu? 

Nah, saya sendiri punya trik agar kopi yang saya minum punya efek meningkatkan konsentrasi. Saat ada niat menulis atau menyelesaikan bacaan di malam hari, saya sempatkan untuk merebahkan tubuh sejenak di siang hari. Lima belas menit pun jadilah.

unsplash.com

Malam harinya, saya dapati aroma kopi yang menenangkan sekaligus rasanya yang khas. Ya, segelas kopi hitam sekali sehari atau saat ingin lebih berkonsentrasi adalah kunci!

Berkenalan dengan DeKofie

Di zaman kiwari ini, hadirnya berbagai kopi dalam kemasan sachet merupakan bentuk kreatifitas dalam industri kopi. Banyak yang menyebutnya 'kopi-kopian' karena kandungan kopinya sedikit sekali. Tapi banyaknya brand yang menjual produk ini menunjukkan bahwa kopi jenis ini juga banyak diminati.

unsplash.com

Pun dengan banyak kafe yang menjadikan kopi sebagai sajian andalan dalam bentuk Espresso, Americano, Cappuccino, Latte, Mocha Latte, Machiato, dan Affogato. Tentu saja ini menjadikan kopi lebih 'berwarna' sehingga bisa kopi bisa dinikmati siapa saja dengan berbagai variannya.

Nah, ada yang tak kalah kreatif, nih. Namanya DeKofie. Produk Usaha Kecil Menengah (UKM) Sejahtera Sentosa dari Malang ini menyajikan kopi dalam bentuk selai kopi dan cokelat kopi. Unik, nih! Itulah komentar saya saat kali pertama mengenalnya. 


Bagi saya, sarapan tak harus nasi. Kadang saya sekeluarga sarapan buah atau roti tawar. Berbagai varian selai pernah saya coba sebagai olesan roti tawar. Sekarang ada pilihan baru: selai kopi DeKofie. Menyantap roti tawar pun menjadi sensasi tersendiri.

Selai kopi dan cokelat kopi DeKofie terbuat dari bubuk kakao, kopi murni Robusta, gula, dan margarin. Tak heran jika rasa kopinya cukup kuat, ada campuran gurih, dan tidak terlalu manis. Mirip-mirip rasa 67% dark chocolate yang ditambah gula sedikit saja. 

Saat kali pertama membuka jar selai kopi, tekstur selainya masih agak padat. Beberapa menit kemudian, teksturnya menjadi mirip margarin yang biasa kita oleskan di atas roti tawar itu. 



Ternyata efek tidak mengantuk juga saya rasakan setelah menyantap dua helai roti tawar yang diolesi selai kopi DeKofie. Mantap! Lanjut nulis, yuk! Seperti halnya saat meminum segelas kopi, saya memilih untuk secukupnya saja mengkonsumsi selai kopi DeKofie ini.

Selanjutnya, cokelat kopi DeKofie. Wah, ini enak juga. Walaupun bagi penyuka cokelat manis, rasa cokelat kopi ini mungkin tidak sesuai ekspetasinya. Hei, bukankah sebenarnya yang bagus untuk kesehatan adalah cokelat murni? 



Jadi, jika cokelat dan kopi berkolaborasi, akan kita dapatkan manfaat yang baik untuk tubuh. Seperti tersebut di atas, kopi membuat kita lebih berkonsentrasi. Sementara itu cokelat mengandung antioksidan dan bisa mempelancar tekanan darah seseorang. Nah, ini namanya ngemil bermanfaat.



Yuk, ah cobain! 
Kalau mampir ke Malang, bisa langsung ke outlet DeKofie di Jalan Maninjau Raya No.125 Sawojajar, Kota Malang.
Atau bisa pesan via online melalui WhatsApp 081931566296 (Erny)
Instagram: @dekofie.id


Salam,






Postingan ini diikutsertakan dalam program One Day One Post bersama Estrilook Community.
#ODOPEstrilookCommunity
#ODOPJanuary2019
#Day6


Sumber:
https://www.indonesia-investments.com
https://majalah.ottencoffee.co.id

You Might Also Like

15 comments

  1. Keknya aku pas nih kalau menikmati roti dengan selai DeKofie ini. Secara aku penikmat kopi dengan segala variasi..
    Oh ya, dulu Mbahku juga nanam kopi, Mbak Tatiek...Enggak banyak sih cuma di kebun belakang rumah. Jadi aku tahu juga jadinya pohon dan proses pengolahan kopi yang sederhana.
    Dan untuk kopi sebagai penghilang kantuk aku juga setujuuu. Tapi ini enggak ngefek lho sama suamiku..sama kayak kasus beberapa orang. Minum ngopi enggak ngefek lagi. Entah kenapa...

    ReplyDelete
  2. Kayaknya saya tuh mbak termasuk orang yang meskipun udah ngopi gak ngaruh tuh ngantuk ya tetep ngantuk hehe, sama juga mba pertama kali saya kenalan sama kopi pas saya umur 5 tahun deh suka sembunyi2 nyeruput kopinya si abah hahah. Ampe dedeknya aja saya makan hahaha.. insyaAllah nih mbak bulan februari ak berencana ke Malang mudah2an aku bisa mampir nih ke dekofie

    ReplyDelete
  3. Whaa unik juga nih, kayanya baru ini aku lihat kopi dibuat selai. Tapi aku sendiri gak suka kopi sih jadi mau digimnanain juga gak suka.

    ReplyDelete
  4. Aku salah satu penikmat kopi. Kopi hitam adalah pencipta mood yang baik. Di lidah memang pahit, tapi di perut lebih terasa adem, di otak terasa lebih segar dalam berpikir.

    Selai kopinya bikin penasaran banget. Gimana kalau menulis sambil ditemani roti bakar isi selai kopi?

    ReplyDelete
  5. wow aku enggak terlalu suka kopi sebenernya, hanya doyan es kopi susu itupun minumnya setahun sekali wkwk. Tapi aku galfok sama yang selai. Kok bisa ya? jadi pengen coba selai kopi hehe. Makasih infonya mba ~

    ReplyDelete
  6. Wah kalau di rumahku, bisa-bisa ludes dalam dua hari tuh mba selai sekaleng heheheh... Nampak enak yaaa sama roti tawar dan teh anget. Dudududu.. Mantaaffff

    ReplyDelete
  7. Aku gak ngerti mba kenapa orang bisa kebal dengan kopi. Yang pasti aku salah satunya. Tapi aku orangnya suka coba2 hal baru dan beda. Kalo aku ke Malang, pasti deh beli de Kofie 😊

    ReplyDelete
  8. aku penikmat kopi. apalagi sejak sering berkumpul dengan uMKM yang bergerak di kopi. makin banyak varian kopi yang kuminum

    ReplyDelete
  9. Saya nggak kuat sama kopi mbak, langsung kringat dingin, paling

    ReplyDelete
  10. Wah, ada produk baru. Sayang, lambung saya kurang bersahabat dengan kopi. Walaupun, saya suka aroma kopi, tapi tidak berani minum kopi. Kalau selai kopi, kira-kira bersahabat tidak untuk yang lambungnya sensitif?

    ReplyDelete
  11. wah aku bkan penggemar kopi tapi kalau ada selainya kayaknya jadi pingin nyoba

    ReplyDelete
  12. Ada selai kopi juga, ya mbak? Varian produk De Kofie ini.
    Wahh mayan lah ya, beli sepaket kopi bubuk n selainya.
    Cuzz ah kalo ke Malang. Sawojajar deket kantor kami yg di Malang itu. ��

    ReplyDelete
  13. Kisahnya sangat melekat ya mba. Saya juga dulu tidak suka kopi..baru nyoba ngopi pas SMA. Kayanya saya perlu nyoba produk ini

    ReplyDelete
  14. cerita si penikmat kopi yang menarik ditambah dekofie yang selalu menemani..waah jadi pengen cepat-cepat beli selainya nih..heheh.. makasih infonya..

    ReplyDelete
  15. Dulu juga saya sering nyicipin kopi yang baru selesai digiling. Baunya wangi meski rasanya pahit. Tapi sekarang lagi berusaha mengurangi kopi meski susah banget.

    ReplyDelete