Family Time di Festival Literasi Kabupaten Malang
- January 27, 2019
- By Tatiek Purwanti
- 14 Comments
Ceritanya, pada bulan Januari 2019 ini saya mencoba mengikuti lagi One Day One Post (ODOP) yang diselenggarakan oleh Estrilook Blogger Squad (by Estrilook Community). Walaupun tertinggal jauh, sih. Lanjut aja lah... Karena ini saat yang tepat untuk mengulik hal yang belum sempat saya tuliskan di blog. Salah satunya adalah saat saya sekeluarga mengunjungi Festival Literasi Kabupaten Malang 2018.
Saya awalnya tidak tahu tentang jadwal Festival Literasi yang diadakan pada tanggal 18 sampai 22 November 2018 yang lalu. Setelah ada info yang dibagikan via salah satu grup WA yang saya ikuti, barulah saya ngeh bahwa di daerah saya ada agenda bagus semacam itu.
Ya, daerah saya -Kabupaten Malang- tentu saja kalah semarak jika dibandingkan dengan Kota Malang terkait dengan agenda literasi yang terbuka untuk umum. Minimal yang saya tahu, Islamic Book Fair -yang padat talkshow- selalu diadakan di kota. Belum lagi berbagai seminar literasi di kampus-kampus yang notabene letaknya memang di kota.
So, Festival Literasi Kabupaten Malang bagi saya adalah agenda berharga yang harus dihadiri. Sekalian family time. Saya segera mengontak suami... and he said yes.
Festival Literasi Kedua
Ternyata, Festival Literasi ini memang baru dua kali diselenggarakan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kabupaten Malang. Pantesan kok saya jarang mendengarnya. Tempatnya masih sama, di Aula Puri Pahargyan milik Rumah Makan Bojana Puri, Kepanjen. Aula ini memang sering disewa untuk berbagai acara, mulai dari pameran sampai resepsi pernikahan.
Pas ini! Selain agendanya cocok, letaknya juga tidak terlalu jauh dari rumah saya. Hanya sekitar lima kilometer saja. Cuzz... Saya, suami, dan kedua anak saya pun cukup naik motor saja menuju ke sana di hari pertama festival.
Sebentar saja kami pun sampai. Tidak terlalu banyak kendaraan yang diparkirkan di halaman aula. Terdengar suara seorang pembicara dari dalam. Pasti sedang ada talkshow, pikir saya. Sebelum masuk aula, kami pepotoan dulu di booth yang tersedia.
Pengunjung masih sedikit saat saya sekeluarga masuk ke dalam aula. Mayoritas terpusat di deretan kursi di depan panggung. Dari jauh tampak dua orang pembicara di sana. Sementara itu, stand bazar buku peserta festival yang berpartisipasi tampak berderet menempati pinggir ruangan.
Menyimak Pak Nurudin
Setelah meminta tolong suami untuk 'mengawal' Afra dan Akmal, saya segera bergabung dengan para peserta talkshow yang sudah duduk rapi sebelumnya. Kedua anak saya itu pun asyik berkeliling stand bersama Si Abi.
Walaupun saya ternyata terlambat datang, it's okay. Saya tetap masih bisa menyimak sebagian ilmu tentang dunia literasi yang terlihat asyik dibahas. Pembicaranya adalah Pak Nurudin, seorang dosen dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang juga narablog dan penulis buku yang cukup produktif.
Pak Nurudin menceritakan tentang latar belakang buku-buku yang ditulisnya. Bukunya yang berjudul Tuhan Baru itu dihasilkan karena hobinya ngeblog. Paling ideal sih: ngeblog - nulis buku - difilmkan, katanya. Seperti Raditya Dika, tuh. *Kapan kita tiru, nih? 😉
Selain itu, Pak Nurudin menuangkan materi mata kuliah yang diampunya dengan 'bahasanya sendiri' via buku yang ditulisnya. Begitu juga dengan hasil-hasil penelitiannya yang kemudian lahir dalam bentuk buku dengan kemasan yang lebih mudah dipahami oleh umum.
Menurut beliau, tulisan yang baik adalah tulisan yang menyesuaikan siapa pembacanya. Kalau bukunya ditujukan untuk khalayak ramai, hindari penggunaan istilah-istilah yang terlalu ilmiah. Sebaiknya menggunakan bahasa ilmiah populer. Di situlah nanti bisa dinilai apakah seorang penulis itu cukup komunikatif atau kaku.
Ada satu lagi yang menarik, nih. Menurut beliau, seorang penulis buku dan penulis artikel itu seharusnya rajin membaca novel atau cerpen! Berdasarkan pengalamannya, membaca keduanya bisa menjadikan gaya tulisan lebih renyah, enak dibaca, dan tidak njelimet. *Setuju! 🙂
By the way, maafkeun. Materi beliau tidak bisa saya ceritakan semua karena di tengah talkshow ternyata Si Kecil menghampiri: mengajak saya berkeliling. Namanya emak rempong sih, ya. Alhasil, saya keluar 'barisan' dan hanya bisa mendengarkan talkshow-nya dari jauh.
Mengakrabkan Anak dengan Buku
Aku rapopo. Tujuan utama saya dan suami pergi ke Festival Literasi memang agar anak-anak kami akrab dengan buku dalam sebuah acara. Buku tuh sepenting itu: dipajang untuk diburu banyak orang, diborong untuk dibawa pulang, dan dijadikan teman baik di rumah nanti. Pun buku-buku adalah bintang karena dibahas panjang lebar seperti pada talkshow saat itu.
Karena tujuan itu pula, saya dan suami mengalah dengan hanya membeli masing-masing satu buah buku. Jatah untuk anak-anak kami biarlah lebih banyak. Alhamdulillah, mereka senang, dong.
Seperti halnya IBF, para peserta Festival memang hadir dari berbagai penerbit. Ada 12 penerbit nasional, termasuk Gramedia. Karena tujuan Festival Literasi ini adalah untuk meningkatkan minat baca masyarakat, banyak dijual buku dengan diskon cukup besar.
Ya, masyarakat kita (sebagian) masih terhalang rajin membaca buku karena menilai buku itu masih mahal. Daripada beli buku, mending beli beras. Maka menghadirkan buku-buku diskonan adalah salah satu solusi. Buku-buku diskonan itu memang terbitan lama tapi ilmu dan info di dalamnya tetap masih relevan dan mencerahkan.
Saya berharap Festival Literasi seperti ini lebih sering lagi diadakan. Salut karena sepanjang Festival juga digelar lomba Majalah Dinding (Mading) untuk tingkat SMP dan SMA, lomba menggambar dan mewarnai tingkat TK dan SD, serta pameran produk-produk unggulan.
Kalau IBF di Kota Malang bisa tiga kali setahun, Festival yang ini boleh lah dua kali dalam setahun. Siap menunggu kabar. 🙂
Salam,
Postingan ini diikutsertakan dalam program One Day One Post bersama Estrilook Community.
#ODOPEstrilookCommunity
#ODOPDay10
14 comments
Familiy time yang sungguh-sungguh bermanfaat yaaaa, datengnya ke festival literasi hehehe :D Keren mbaaa :D
ReplyDeleteCakep nih family time-nya. Anak-anakku sepertinya nggak akan betah berada di ruangan tertutup seperti itu. Pasti mudah bosan. Tipsnya apa Mbak bisa membawa anak menikmati kegiatan edukatif seperti itu? Soalnya aku kemana-mana biasa bertiga aja sama mereka. Kalau aku duduk dan mereka jalan-jalan sendirian, ngeri dibawa orang euy, qiqiqiqiqi ...
ReplyDeletebagus banget festivalnya bun, saya kalo IBF kek gini mau banget dateng hehe ~
ReplyDeleteKeren nih. Di sini kayaknya belom pernah ada festival literasi
ReplyDeleteWah seneng nih family time sekalian borong buku diskonan, apalagi kalau pas dengan yang dicari, dapet ilmu pula.
ReplyDeleteFamily time yang asik banget ini mah Mbak. Saya juga kalau ada diskonan sana anak2 suka lebih semangat berburunya.
ReplyDeleteAku kalau ada pameran buku kadang enggak belok dulu, habis nanti beli terus masih plastikan beberapa lama karena belum kebaca..hiks. Yang diskonan itu Mbak Tatiek, begitu menggoda hahaha
ReplyDeleteDan setuju lebih baik penulis itu baca fiksi dan non fiksi sehingga nahasa enggak kaku.
Seneng ada festival literasi seperti ini..Biar buku makin dekat ke masyarakat
Ngumpul bareng keluarga yang bermanfaat. Saya juga suka mengajak anak-anak ke toko buku. Karwna memang kesukaan anak anak ke toko buku
ReplyDeleteIya sih, kalau di kota besar acara kayak gini memang sering. Kalau di kota kecil seperti kampung halamanku di Magetan ya jarang. Makanya minat baca juga nggak naik-naik. Aku biasanya kalau ke bazar malah jarang beli, cuma lihat2 aja. Kecuali yang emang lg butuh baru deh dibeli. Soalnya biasanya jadi kalap trus numpuk drleh di rumah
ReplyDeleteBener banget mba, dengan banyak membaca dan mempelajari karya fiksi, kita bisa makin terlatih untuk showing, nggak sekedar nulis doang kayak paperwork ehehehe. Btw itu ada bukuku nggak di pameran?
ReplyDeleteWaw, keren, Mbak. Jadi rindu datang ke IBF lagi seperti dulu. Nanti kalau ada even beginian lagi kabar-kabar ya, Mbak...
ReplyDeleteFestival Literasi, keren banget.
ReplyDeleteTapi saya lebih tergoda sama stand bukunya, apalagi kalau diskonan hehehe
Saya juga hobbi baca novel, emang terasa sih kalau baca novel itu bisa menambah perbendahraan diksi.
Hlaa mbak, acara ini buat umum kah? Tolong colek saya, ya, kalo ada lagi, he.
ReplyDeletewah asyik ya bisa main ke festival literasi. aku dulu juga suka nongkrong di perpustakaan berjam-jam.
ReplyDelete