Mr. Mac: Sore Berkesan di Sebuah Restoran


Sore masih belia ketika saya sampai di sana: Mr. Mac Resto Malang, cabang ketiga. Ya, masih sekitar jam 14.43 WIB. Saat itu hari Jumat, 28 Desember 2018. Saya menapakkan kaki di area parkirnya yang lumayan luas untuk menjajarkan sepeda motor. Ada beberapa kuda besi yang terparkir di pojok kanan.

Saya mengedarkan pandangan ke sebelah kiri. Ada baliho besar ber-background merah, berisi promo di malam pergantian tahun nanti. Gratis jagung bakar dan ada live music, katanya. Wah, sebuah konsep acara yang tepat karena khas anak muda sekali. Sebuah promo yang pas untuk outlet yang baru dibuka pada tanggal 7 Desember 2018 yang lalu.


Sementara itu di dalam restoran, terlihat empat orang pelanggan dan seorang driver ojek online tampak menunggu pesanan. Tidak tampak teman-teman saya dari komunitas Emak Blogger Malang di situ. Sepertinya saya yang datang paling awal, nih. Atau mungkin sudah ada teman-teman yang menunggu di lantai dua?


Ya, anak tangga menuju lantai dua terlihat juga dari area parkiran itu. Saya putuskan untuk bertanya di grup WhatsApp. Eh, beberapa detik kemudian Mbak Fauziah Rachmawati -biasa disapa Mbak Zie- datang. Beliau adalah salah satu penanggung jawab acara hari ini. 

Kami pun segera masuk ke dalam restoran, disambut ramah oleh salah seorang waitress berseragam merah. Ternyata di sana sudah ada istri pemilik restoran. Mbak Zie berbincang sebentar dengan beliau yang disapa dengan 'Bu Mac'. Saya bertanya-tanya dalam hati: unik sekali namanya. ^^

Instagramable dan Sebuah Nostalgia

Beberapa saat kemudian terdengar jelas suara azan dari seberang. Sudah masuk waktu salat Ashar. Ya, di sebelah barat Mr. Mac Resto ini ada Pesantren Mahasiswa Al Hikam yang didirikan oleh KH. Hasyim Muzadi Allahuyarham. Setelah bertanya letak musalla yang ada di lantai dua, saya bergegas menuju ke sana.

Saya mendapati lantai dua Mr. Mac Resto Malang yang luas. Seperti halnya di lantai satu, banyak spot instagramable di sini. Toilet dan musalla cukup mudah ditemukan, ada di sebelah kiri. Ada tiga ruangan kamar mandi: dua ruangan kamar mandi untuk pengunjung pria dan wanita, sedangkan yang paling kanan untuk berwudhu. 

Teras di lantai dua

Saya memasuki kamar mandi bagian tengah yang diperuntukkan bagi pengunjung wanita. Cukup bersih, kok. Sayangnya belum ada gantungan di dalam kamar mandi itu. Mungkin belum dipasang ^^ Alhasil, sling bag saya tetap harus menempel di badan. Nah, musalla-nya mungil dan cukup bersih juga, berukuran sekitar 2 x 3 meter.


Selesai salat, beberapa teman blogger tampak duduk menunggu di lantai dua itu. Saya menyalami mereka, beberapa orang baru saya tahu wajahnya saat itu. Maklum, biasanya hanya bertegur sapa di WAG. Satu per satu, para blogger berdatangan. Sambil menunggu acara inti dimulai, kami dipersilakan mencicipi sepotong ayam goreng, nasi, dan segelas es teh.


Wah, saya seperti diajak bernostalgia. Ayam goreng Mr. Mac ini pernah menemani hari-hari saya saat masih menjadi Working Mom di Kepanjen dulu. Saat itu, tahun 2011-2014, outlet Mr. Mac di Kepanjen lumayan terkenal karena (sepertinya) menjadi favorit banyak keluarga. Anak sulung saya suka sekali dengan es krim cone yang juga menjadi andalan outlet pertama Mr. Mac Resto itu.

IG: @mrmac.resto
Setelahnya, saya hampir tidak pernah mampir lagi ke Mr. Mac Resto. Eh, sekarang berkesempatan mencicipi fried chicken yang crunchy itu. Masih enak seperti yang dulu. Porsi nasinya juga pas untuk ukuran perut saya. Tapi, untuk ukuran pecinta pedas, sambal yang disajikan kurang hot, sih.

Selesai icip-icip, acara inti pun dimulai. Mas Endrita Agung, Ketua Malang Citizen, menjadi pembawa acara sekaligus moderator. Praktis ^^ Lalu, Sang Pembicara adalah pemilik dari Mr. Mac Resto Malang yang baru saya tahu sosoknya saat itu. Mulailah beliau berkisah tentang perjuangannya membangun bisnis kulinernya.

Tentang Keberanian Memulai dan Memetik Hasil

Sang owner bernama Pak Machrus, berasal dari Surabaya. Beliau pernah bekerja sebagai karyawan di sebuah restoran Jepang yang berlokasi di Delta Plaza Surabaya, dari tahun 1988 sampai tahun 1994. Pada tahun 1995, beliau resign dari pekerjaannya tersebut dan mulai membuka usaha sendiri.

Berbekal keahliannya di bidang penyajian beverage pada pekerjaan lamanya, Pak Machrus mulai berjualan minuman STMJ (Susu Telur Madu Jahe) dan roti bakar. Saat itu, STMJ memang sedang booming. Tapi ternyata bisnis kuliner pertamanya itu tidak berjalan mulus. Hasil berbincang dengan temannya, seharusnya ada penerapan planning, doing, checking, acting yang tepat saat memulai dan menjalankan usaha.

Mas Endrita (kiri) dan Pak Machrus (kanan)

Pak Machrus mulai berpikir untuk berpindah tempat usaha. Karena sejak kecil bercita-cita ingin hidup di Malang, beliau memberanikan diri untuk berhijrah ke Kota Malang. Saat itu, beliau belum punya motor. Bahkan modal awalnya adalah tiga barang pinjaman, yaitu: kompor dan kulkas milik mertua dan piring-piring milik adiknya. Pak Machrus ngekos di gang Kabupaten (belakang Ramayana Malang), sementara istri dan anaknya tetap tinggal di Wonokromo, Surabaya.

Pada tanggal 15 Oktober 1995, Pak Machrus mulai berjualan fried chicken dengan menyewa sebuah stand di Siswa Food Center. Ini adalah food court yang terletak di depan Toko Buku Siswa, di sebelah timur alun-alun Malang. Selama sebulan, beliau membuka stand-nya sebelum pukul 8 pagi dan tutup jam 10 malam. Laris manis! Sehingga di bulan berikutnya beliau bisa mempekerjakan seorang karyawan.

Omzet penjualan terus meningkat. Ditambahnya lagi seorang karyawan. Penambahan karyawan itu juga diiringi dengan etos kerja yang baik sehingga stand fried chicken milik Pak Machrus tersebut dikenal sebagai yang paling rajin. Sampai-sampai, sang Bos Toko Buku merasa salut dengan sistem kerja Pak Machrus dan dua karyawannya itu.

Karyawati Mr. Mac Resto sekarang
IG: @mrmac.resto

Saat bulan puasa tiba, stand fried chicken itu paling siap melayani orang-orang yang hendak berbuka puasa di situ. Sebelum azan berkumandang, piring-piring sudah siap, berikut mangkuk cuci tangannya. Display ayam gorengnya pun dibuat menarik dengan penambahan lampu pada etalasenya yang sepanjang dua meter itu.

Setelah 1,5 tahun menjalankan bisnisnya yang cukup sukses itu, Pak Machrus sowan ke seorang Kyai. Gurunya tersebut memberi nasihat agar segera mengakhiri LDR-nya karena tidak baik jika terus berjauhan, apalagi kondisi sudah mulai mapan. Maka pada bulan Maret 1997, Pak Machrus memboyong istri dan anaknya ke Malang.

Mereka bertiga menempati rumah kontrakan di Jalan Ikan Hiu nomor 14, Kecamatan Blimbing, Kota Malang. Omzet penjualan fried chicken terus meningkat sehingga setahun kemudian, Pak Machrus bisa membeli rumah kontrakan tersebut dan memiliki mobil pribadi. Bahkan pada tahun 1999, beliau dan istrinya bisa menunaikan ibadah haji. Masya Allah. Keren, ya.

IG: @mrmac.resto

Nah, saat berada di tanah suci itulah beliau merasakan kedekatan dengan Rabb-nya. Sambil menyentuh Kabah, beliau menangis karena teringat dosa-dosa sekaligus bersyukur atas segala kemudahan yang didapatkannya. Beliau bisa mencium Hajar Aswad dan berdoa di Multazam (zona antara Hajar Aswad dan pintu Kabah). 

Pak Machrus memohon kepada Allah Swt agar diberi karunia anak kedua. Saat itu anak sulungnya sudah berusia 9 tahun, usia yang lebih dari cukup untuk memiliki adik. Tapi istrinya dinyatakan tidak mungkin lagi bisa hamil menurut hasil pemeriksaan 5 orang dokter spesialis yang berbeda. 

Kun fayakun! Jadilah, maka terjadilah ia! Tidak ada yang tidak mungkin jika Allah Swt berkehendak. Lima bulan sepulang dari ibadah haji itu, istrinya bisa hamil. Lahirlah anak keduanya pada tanggal 14 September 2002. Alhamdulillah ^^ 

Serius menyimak kisah Pak Mac

Kehadiran anak pastinya menambah jatah rezeki sehingga omzet fried chicken pun terus meroket sampai tahun 2004. Saat itu, beliau membutuhkan 70 ekor sampai 110 ekor ayam setiap harinya. Sempat ada kendala yaitu saat wabah flu burung melanda pada tahun 2005. Ada juga kendala-kendala lain yang tidak beliau ceritakan. Terlalu menyedihkan, katanya.

Mulai Mendirikan Mr. Mac Resto

Pada tanggal 27 Februari 2006, Mr. Mac Resto resmi dibuka di Kabupaten Malang yaitu di kompleks Ruko Kantor Pos Kepanjen. Di sinilah awal nama Mr. Mac yang unik bermula. Terjawab sudah! Yups, 'Mac' berasal dari nama depan Pak Machrus. Ini atas saran dari seorang temannya. Penambahan kata 'Mr' dimaksudkan agar ada kesan modern. Good idea!

IG: @mrmac.resto

Untuk menarik minat pelanggan, ada pembagian payung gratis di hari pertama pembukaan. Digelar pula pemilihan "Kartini-Kartono Cilik" pada bulan April 2006 yang bekerja sama dengan seluruh TK di Kepanjen. Semua persiapan ditangani Pak Machrus dan istrinya sendiri, termasuk menjadi MC acara.

Mempertahankan mutu, terus melakukan promo, dan menambah jenis menu -misal: nasi goreng, spaghetti, berbagai varian mie, Chinese Food, Japanese Food- menjadi langkah-langkah selanjutnya. Mr. Mac Resto akhirnya cukup dikenal dan sering dijadikan venue acara ulang tahun dan menerima banyak pesanan. Es krim cone menjadi daya tarik yang lain karena saat itu kompetitor di wilayah tersebut belum mempunyai mesin es krim seperti milik Mr. Mac Resto.


Ekspansi pun dilakukan dengan membuka outlet kedua di Turen pada tanggal 17 Februari 2008. Beralamat di jalan Panglima Sudirman nomor 1, lagi-lagi Mr. Mac Resto pun laris manis di sana. Omzet penjualan per harinya mencapai 12 sampai 15 juta rupiah per hari. 

IG: @mrmac.resto

Nah, Resto ini mempunyai tagline yang berbunyi: Nikmatnya Tak Terduga. Itu berawal dari reaksi para pengunjung di dua outlet tersebut. Saat pengunjung merasakan makanan yang dihidangkan, mereka berkomentar, "Wah, enak ternyata!" Artinya, mereka tidak menyangka bahwa rasa makanan yang mereka pesan akan senikmat itu. Tidak mengherankan jika outlet Mr. Mac Resto di Kepanjen laris manis diserbu para pemesan Go Food, selain para pengunjung yang makan di tempat. 


IG: @mrmac.resto

Sepuluh tahun kemudian yaitu pada tanggal 7 Desember 2018, outlet ketiga pun dibuka. Ya, cabang ketiga yang saya datangi bersama teman-teman blogger sekarang. Mr. Mac Resto  Malang dengan  dua lantai, plus ada teras di lantai atas. Cukup untuk menampung sekitar 150 sampai 200 orang. 

Seperti yang saya sebutkan di atas, ada toilet dan musalla. Tersedia pula fasilitas Wi-fi gratis, sound system, colokan yang mudah ditemukan, serta LCD projector. Cocok untuk tempat berkumpul berbagai komunitas atau nonton bareng. Kelak, konsepnya akan bertambah menjadi "Cafe and Resto". 

Semoga terlaksana ya, Pak! Mengingat pengalaman Pak Machrus menaklukkan Kota Malang saat masih di Siswa Food Center, peluang outlet ketiga ini pun sangat terbuka. 

Nah, teman-teman yang ingin melaksanakan acara di Mr. Mac Resto Malang ini bisa melakukan reservasi melalui nomor 082141845113. Buktikan kenikmatan tak terduganya, ya. :)

Sumber: tyeaan.id

Tak terasa, sore semakin mendekati senja. Perbincangan seru harus berakhir, ditutup dengan doa yang dipimpin oleh Pak Machrus sendiri. Lalu, kami berfoto bersama dengan wajah cerah. Saya sendiri merasa senang bisa mendengarkan kisah perjuangan seorang pengusaha yang pantang menyerah, kreatif, dan terlihat cukup religius itu. 


Insya Allah, saya akan datang lagi ke sini bersama keluarga. Yuk, ke Mr. Mac Resto Malang juga, teman-teman!


Salam,







Postingan ini diikutsertakan dalam program One Day One Post (ODOP) Januari 2019 bersama Estrilook Community

#ODOPEstrilookCommunity
#ODOPJanuary2019
#Day1

Cover photo by Ivonie

You Might Also Like

30 comments

  1. Wah, ceritanya inspiratif banget. makanan lokal gini bisa sampai sukses,, mudah mudahan bisa bersaing di kota-kota lainnya.

    ReplyDelete
  2. Kisah Pak Machrus ini sangat inspiratif mba Tatiek. Sekalipun sebelumnya saya baca tulisan lain tentang Mr Mac ternyata tidak membosankan karena setiap penulis punya gaya menulis dan cerita yang berbeda 😊

    ReplyDelete
  3. Ternyata punya org Indonesia. Namanya menjual banget, Mr Mac, mirip McD. Hebat brandingnya...
    Selain itu rasanya enak ya...

    ReplyDelete
  4. Kisahnya inspiratif ya Mr. Mac ini.semoga soon ada di Bandung

    ReplyDelete
  5. Aku suka nih tempat makan yg ada mushollanya gini, jadi gak ribet.

    ReplyDelete
  6. Kres kres kriuknya kerasa meski hanya membaca tulisanmu, mba hehe. Bikin laper malem malem

    ReplyDelete
  7. Wow, ini di kepanjen deket perempatan, ya, mb? Ternyata perjuangan ownernya patut dijadikan cermin. Keren, ayamnya juga endes, kami dulu sering singgah.

    ReplyDelete
  8. Jadi penasaran dengan nikmatnya tak terduga dari Mr. Mac
    Masya Allah acung jempol dengan kegigihan Pak Machrus yaaa...
    Semangatnya luar biasa. Pantas saja sepadan dengan hasilnya. Bisa jadi motivator banyak orang untuk buka usaha nih.
    Dan saya pun jadi tergiur lihat penampakan menunya.

    ReplyDelete
  9. Mental pengusaha ini ya mahal harganya. Mental berani mencoba dan tentu saja tidak khawatir gagal. Salut dengan keberanian ownernya.

    ReplyDelete
  10. Inspiratif sekali. Nama Mr.Mac memang menjual banget ya. Jadi kepo nih pengen makan siang di sini

    ReplyDelete
  11. Malang s3lalu ngangenin..
    Inspiratif s3kali kisah sukses Mr..Mac ini ya..tq sharingnya

    ReplyDelete
  12. Luar biasa ya mbak, dari modal kompor pinjaman sampai punyai 3 outlet. Semoga Mr. Mac Resto semakin sukses

    ReplyDelete
  13. Keren ya Mr Mac yang ulet dan gigih mb... Perjuangannya membuahkan hasil yang manis...

    ReplyDelete
  14. Bersyukur sekali ya ada resto yang ramah di kantong gini. Hehe... Saya salut banget sama pak Mac yang sangat telaten dan semangatnya luar biasa hingga usahanya sukses. Semoga makin sukses ya usaha Mr.Mac

    ReplyDelete
  15. Bisa belajar dari cara kerja pak.mac orang lokal yang bisa bersaing dengan orang luar. Semoga yang sepeti ini menggerakkan para pemuda Indonesia untuk bisa berani unjuk gigi dengan karya

    ReplyDelete
  16. Restonya nyaman, menunya enak, harganya cukupmurah dan kisah perjalanan bisnisnya sungguh menginspirasi...., keren deh pokoknya ^_^

    ReplyDelete
  17. Aku mantengin perjalnan suksesnya pemilik Mr. Mac mbak, hheee
    Perlu diapresiasi nihhh perjuangannya bisa sampai saat ini hhee
    Kalau ke Malang, mau ahh mampir ke Mr. Mac ini hhee
    TFS ya mbak
    Salam kenal ^_^

    ReplyDelete
  18. Ketika berkunjung ke restoran pada jam-jam shalat, yang paling penting adalah musholla atau masjidnya ya, Mbak...kalau dekat dan mudah dijangkau tenang deh rasanya...

    Tempatnya tampak sangat nyaman, Mbak...

    ReplyDelete
  19. Masya Allah, sangat inspiratif membaca kisah perjuangan MR Mac sebelum menuai sukses seperti sekarang ini. Membaca kisah sukses seperti ini, bisa membuat semangat juang tumbuh kembali bahwa bagaimanapun hasil tidak akan mengkhianati usaha dan kerja keras yang telah dilakukan.

    ReplyDelete
  20. Perjalanan bisnis yang sangat inspiratif,terus melangkah maju tanpa menoleh ke belakang lagi

    Persiapan mentalnya sangat keren, wajar capai sukses

    ReplyDelete
  21. Masya Allah, kisah yang begitu inspiratif. Tks mbak sudah berbagi, semoga bisa mengikuti semangat juang Pak Haji Mac. Aamiin

    ReplyDelete
  22. Duh, ngiler amat sama ayam krispinya wkwk. Padahal kemarin abis masak ayam itu loh. Makasih ya bun sharing dan ilmunya yang inspiratif. Sukses selalu.

    ReplyDelete
  23. Dengan usaha terus menerus tak akan menghianati hasil.
    Salut dengan pak Machrus , pantang menyerah.
    Makasih mb Tatiek kisah inspiratifnya.

    ReplyDelete
  24. dari namanya nggak nyangka kalo ternyata ini punya bapak Machrus orang Indonesia asli hehe

    ReplyDelete
  25. Wah inspiratif banget ini.. makasih ilmunya mb...

    ReplyDelete
  26. Saat aku kuliah dulu, kok belum pernah denger mr.Mac ini ya bun. Jadi pengen nyobain, padahal dulu kepanjen tempatku escape wkkw

    ReplyDelete
  27. usaha gini meski banyak tp tetep aja laris ya buk..

    ReplyDelete
  28. Terkesan dengan cerita inspiratifnya bun... Mashaalloh kun fayakun ketika RObb berkehendak, apapun bisa menjadi mungkin

    ReplyDelete
  29. Wiiih... Di Malang. Jadi pengen ke sini nih. Cobain es krimnya. Sepertinya menarik.

    ReplyDelete
  30. Mau...cus kalau ke Malang ke reto ini, kayaknya nyaman dan bisa makan dengan tenang. Bisa jadi destinasi kuliner nih kalau ke Malang...

    ReplyDelete