Memaknai Harta Berharga bersama Keluarga Cemara

Sumber: IG @ndskart_

"Try Out-ku yang bulan ini udah selesai, Mi. Besok Sabtu kita nonton, ya?" Afra, putri sulung saya yang duduk di kelas 6, menagih lagi janjinya pada Jumat siang, sepekan yang lalu.

Saya tersenyum sambil menunjuk layar kaca, "Tuh, Keluarga Cemara ada di TV."

Afra tampak mendekati televisi yang saat itu menunjukkan sebuah tayangan dari TVRI. Sudah menjelang jam dua siang.

"Kirain filmnya beneran," Afra nyengir setelah mengamati layar televisi beberapa detik.

"Ya gak mungkin lah filmnya tayang di TV sekarang. Itu sih versi lama. 'Kan ummi udah pernah bilang kalau Keluarga Cemara dulu pernah ditayangkan di RCTI," jelas saya.

Afra mengangguk-angguk sambil terus mengamati jalannya sinetron keluarga yang pernah hits tahun 1990-an itu. Zaman awal-awal saya jadi pasukan putih abu-abu.

Tik... tok... tik... tok

"Alhamdulillah, Abi pulang nanti malam. Abi juga setuju jagain adek besok,"

Beberapa menit kemudian saya kabarkan balasan pesan Si Abi pada Afra. Anak saya yang gemar menonton film itu langsung kegirangan. Finally, we are going to go cinema tomorrow!

IG: @filmkeluargacemara


Strategi Keluarga Kami

Sejauh ini, saya hanya dua kali pergi ke bioskop sejak ada si kecil di tengah kami. Walaupun sering ngiler dengan trailer film-film baru yang berseliweran, saya memilih bersabar saja menunggu filmnya tayang di televisi atau iflix.

Ya, mengajak bayi ke bioskop itu big no bagi saya. Kasihan pendengarannya yang masih sensitif, dong. Pastinya suara yang dihasilkan oleh bioskop itu cukup keras. Suara percakapan biasa saja bisa mencapai hingga 85 desibel, apalagi jika ada suara teriakan atau musik yang berdentum-dentum.

So, suara-suara dengan tingkat desibel tinggi seperti di gedung bioskop berpotensi membuat koklea pada telinga bagian dalam bayi rusak. Hiii... Padahal fungsi koklea ini penting sebagai pemroses bunyi sehingga bisa ditangkap oleh telinga.

Belum lagi kalau anaknya sudah bisa berlarian ke sana kemari seperti Akmal. Berteriak-teriak pula. Mengganggu penontonnya yang lain, dong. Orang tua pun tidak bisa berkonsentrasi menonton padahal sudah bayar tiket, hiks. *emoh rugi 😁

IG @filmkeluargacemara

Nah, sebagai tim yang kompak, kami pun berbagi tugas. Saya menemani Afra menonton, Si Abi menemani Akmal jalan-jalan. Sebenarnya suami saya itu ingin menonton juga, sih. Tapi katanya, saya yang lebih cocok dan lebih butuh. Iyes, bisa jadi bahan tulisan di blog. *Tengkiu, Abi 😘

Sebenarnya, pembagian tugas itu pernah saya lakukan saat saya dan Afra menonton film Ayat-ayat Cinta 2 pada bulan Desember 2017 yang lalu. Bedanya, saat itu Si Abi memilih bermain-main dengan Akmal di rumah. Kali ini, Si Abi mengajak Akmal berkeliling Alun-alun Malang dan melihat-lihat ikan di Splendid.

Menuju Rumah Abah

Siang itu, hujan turun rintik-rintik ketika Si Abi menurunkan saya dan Afra di area bioskop. Saya dan Afra pun segera menuju lantai tiga Malang Plaza, tempat Mandala 21 berada. Wah, antriannya mengular. Maklum, akhir pekan. 

Ini pas antrian udah lega

Sambil mengantri, saya mengecek akun instagram @filmkeluargacemara. Saat itu (19/1) jumlah penontonnya sudah mencapai 1, 2 juta-an. Wow! Sebuah pencapaian yang bagus sejak pemutaran perdananya pada tanggal 3 Januari 2019 yang lalu. 

Bukti otentik :)

Alhamdulillah, dua tiket akhirnya ada dalam genggaman. Jam menunjukkan sekitar pukul 11.30 WIB. Sudah masuk Zuhur. Kami turun kembali ke lantai bawah karena musalla ada di sana. Masih ada setengah jam lagi sebelum masuk ke studio 4, tempat Keluarga Cemara tampil nanti. Oia, kami membawa snack dari rumah sehingga tidak perlu mengantri lagi di food court. Hemat pula 😉

Siap #KembaliKeKeluarga

Studio 4 tidak terlalu penuh saat itu. Sudah setengah bulan penayangan, sih. Kami menempati seat favorit saya, paling belakang sebelah kiri. Saya mengamati sekeliling. Rata-rata penontonnya memang orang tua dan anak-anak mereka. Beberapa remaja juga tampak di sana. Bersama-sama kami belajar lagi tentang bermaknanya sebuah keluarga.

Harta yang Paling Berharga (Justru) adalah Keluarga

Saya cukup terkesan dengan ilustrasi di awal film ini. Kreatif, memberi pesan tentang keceriaan dan kedekatan dengan alam. Dua gambaran tersebut kemudian menjadi warna sehari-hari keluarga Abah (Ringgo Agus Rahman) bakda persoalan finansial mereka. Drastis. Dari keluarga berada menjadi kehilangan banyak harta. Hal itu umum terjadi di sekitar kita, bukan?

Pagiku indah, hariku cerah
Terima kasih Kau limpahkan berkah
Ketika gundah hati gelisah
Pada-Mu kuberserah
....

Ada yang masih hapal liriknya? 🙂

Widuri Putri yang berperan sebagai Cemara alias Ara mewakili apa yang dirasakan keluarganya lewat lagu di atas. Ara yang lucu dan tetap ceria ini memperkaya ragam karakter lain dalam keluarga ini. Saya langsung ngefans pada anak kedua pasangan Dwi Sasono dan Widi (eks AB Three) itu. 😍

Tiga karakter sentral yang lain tidak kalah bagus dalam menyampaikan pesan film lewat akting mereka. Ringgo Agus -yang biasanya berperan kocak- sukses menghadirkan ketegaran sekaligus ketegasan seorang kepala keluarga. Pekerjaan apapun dilakukannya demi menafkahi anak istrinya. Walaupun dia sesekali tampak 'rapuh' juga, sih. Manusiawi.

Sedangkan Emak yang diperankan oleh Nirina Zubir nyaris terlihat tenang dan penyabar di sepanjang film. Saya menangkap pesan bahwa tenang dan sabar itu adalah dua senjata seorang ibu dan istri untuk mendukung suaminya. Air mata dan rasa khawatir ditampakkan juga, sih. Di saat seperti itu, gantian Abah yang menenangkan istrinya. Ah, indahnya saling melengkapi.

Euis dan teman-temannya

Lalu ada Adhisty Zara -personel JKT48- yang berperan sebagai Euis dengan versi baru. Di sini, dia digambarkan sebagai remaja SMP yang aktif dan sedikit cuek. (bila dibandingkan dengan Euis versi lama). Persoalan khas remaja terwakili lewat sosoknya seperti perubahan biologis, asyik dengan peer group, dan pemberontakan kecil. Wah, saya tidak salah film nih. Afra bisa belajar dari kasus-kasus Euis tersebut.

Nah, mereka berempat beradu akting dengan chemistry yang mantap. Mirip anggota keluarga asli. Mereka akhirnya membuktikan bahwa kehilangan harta benda telah tergantikan dengan kesadaran bahwa harta paling berharga justru adalah keluarga.

Semua tersaji dalam dialog dan gerak-gerik yang kerap memancing keharuan. Ditambah tata musik bagus yang pas dengan jalannya cerita. Afra berkali-kali menarik tisu dan terdengar terisak. Saya juga 😭. Tentu saja ada kelucuannya juga. Lengkap. 

Tisu ini laris manis, euy :'(

Kehadiran Asri Welas yang berperan sebagai Ceu Salma turut andil sebagai pemancing tawa penonton. OOT sedikit. Jadi ingat aktingnya di film Cek Toko Sebelah yang kekeuh bernyanyi Harta Berharga. Kok bisa pas ya, dia akhirnya ikut jadi pemeran di film Keluarga Cemara? Hehe...

Sayangnya Tante Pressier yang diperankan Maudy Koesnaedi hanya tampil sebentar saja. Pas sih, cas-cis-cus Maudy dalam Bahasa Perancis oke. Lha wong dia lulusan Sastra Perancis :) Kalau konflik dengan Tante Pressier dipertajam lagi -seperti versi lama- mungkin asyik kali, ya. 

Lho, Agil -si bungsu- mana? Jawabannya: nonton aja dan temukan sendiri dimana dia, hehe...

Terima Kasih, Keluarga Cemara!

Setelah 110 menit penayangan film, saya dan Afra pun keluar studio dengan mata sembab. Ada sedikit penyesalan, sih. Nyesel nonton? Bukaaan. Pada saat ada Meet & Greet dengan Ringgo Agus, Zara, dan sutradara Yandy Laurens (6/1) di Malang Town Square, saya tidak bisa hadir. Ada keperluan, sih. Ya udah lah, ya. 🤗


Alhamdulillah, saya cukup puas menonton film drama keluarga yang belakangan menyabet berbagai penghargaan di Piala Maya ini. Cek di instagram @filmkeluargacemara, ya.

Rasanya saya tidak keberatan memberi rating 9/10 untuk film ini. Film yang menambah rasa syukur saya karena Allah telah memberi saya kehangatan keluarga yang tiada bandingannya.

Semoga Keluarga Cemara memberi inspirasi sineas lainnya untuk melahirkan film-film keluarga berkualitas di tahun ini. Aamiin.


Salam,











Postingan ini diikutsertakan dalam program One Day One Post bersama Estrilook Community.

#ODOPEstrilookCommunity
#Day9

You Might Also Like

30 comments

  1. Kakak saya juga nih sejak ada si kecil curhatnya soal ga bisa ke bioskop. Hehe... Saya belum nonton ini tapi semua orang yg udah nonton reviewnya pada bagus. Jadi penasaran saya, apalagi agil entah di mana.


    www.dindahnurma.com

    ReplyDelete
  2. wah keluarga cemara.... film legend jaman dulu nih

    ReplyDelete
  3. Saya belum nonton...karena anak saya masih ada latihan ujian. Padahal pingin banget

    ReplyDelete
  4. Belum nonton juga saya, tapi kata kakak ni mau tayang di tipi mbak. Jadi ingat dulu pasti nunggu serialnya di tvri. Tak siap tisyu juga kalok gitu, hiks

    ReplyDelete
  5. Masyaallah, bagus banget ya bun filmnya? Jadi mupeng jg mau nonton. Dulu pas ada serialnya di TV saya masih kecil banget, TK kalo gak salah, jadi gatau alur ceritanya kek mana, hafal aja sama lagunya wkwk. Makasih bun sharingnyaaa

    ReplyDelete
  6. Duh aku belum nonton mbak.. masih ada gak ya di bioskop? Jadi makin penasaran agil nya kemana ya? Apakah belum lahir, eh tapi gak mungkin sih hehe, duh jadi penasaran

    ReplyDelete
  7. Saya tuh juga, sebenernya pengen bisa nonton kaya gini, cuma anakku gak suka suara keras, yowes nunggu ada dI tv aja, wkwkw

    ReplyDelete
  8. Sinetron legenda ini, dulu suka sekali nonton di televisi. Sayangnya saya belum ada waktu untuk nonton itu di bioskop padahal pingin, tapi tidak ada yang temani hiks. Si bungsu sibuk sekali dengan tugas sekolahnya, eh malah curcol.

    ReplyDelete
  9. Kalau di Jakarta enggak boleh bawa makanan dan minuman loh mbak Tatiek..hehe salfok saya.
    Saya juga dah nonton rombongan serumah.
    Dan ini si kecil yang minta dari kapan-kapan pas keluar thrillernya karena ibu gurunya yang muterin di sekolah dan minta anak-anak bilang ke ortunya buat nonton.
    Dan memnag baguuuus. Sarat nilai moral.
    Semoga makin banyak film Indonesia yang seperti ini nanti

    ReplyDelete
  10. Zaman dulu, saya suka banget pantegin drama ini di TVRI. Suka dengan sosok Euis yang dewasa dan bertanggung jawab. Btw, sosok Euis di film ini agak sedikit beda, ya? Mungkin mengikuti perkembangan zaman juga..

    ReplyDelete
  11. Hihihi aku termasuk makemak yang hamir gak pernah ke bioskop. Aku lebih suka nonton di rumah pake aplikasi atau di tivi. Oya keluarga cemara ini lagi ngehits lagi yes, di TV aja diputar versi aslinya, sementara di bioskop beredar film layar lebarnya. Pasti kereeen...

    ReplyDelete
  12. Ahhh dulu sinetron paporiiiiit. Ditongkrongin teruuuus tiap tayang. Soalnya, hampir sama dengan yang keluarga saya alami. 3 anak perempuan, Teteh-saya-ade (2 ade lagi belum lahir). Dulu saya suka dipanggil Ara, wkwkwkwkwk

    ReplyDelete
  13. harta yang paling berharga adalah keluarga. ingat banget lagu itu

    ReplyDelete
  14. Belum nonton film yang ini, duh jadi mupeng

    Dulu waktu serial keluarga cemara yang ada di TV saya masih kecil tapi masih sedikit ingat, senang banget liatnya apalagi kalo denger lagunya

    ReplyDelete
  15. Akhirnya saya dan anak-anak bisa nonton film ini, soalnya sudah 1 bulan (telat nonton). Hunting cinema di Yogya hanya tinggal 2 cinema yang menampilkan... alhamdulillah senang dan terharu nonton film ini,,bisa buat contoh keluarga Indonesia.

    ReplyDelete
  16. Dah mulai ya filmnya, semoga anakku enggak tahu, kalau tahu meski pingin nonton dan ngerayu bundanya. soalnya minggu lalu habis nonton, kalau tiap weekend nonton kan berabeh, bisa jebol ini dompet. Insya Allah akan direncanakan menonton film ini, layak utk ditonton..

    ReplyDelete
  17. Lah, baca ini bikin saya makin nyeseeellll gak jadi nonton di bioskop, bund, hiks! :( Suami emang rada susah kalau diajakin nonton film dalam negeri di bioskop, takut kecewa, hehe. Padahal sayanya mupeng berat sama Ara, masa iya kudu nonton sendirian? Hehe jadi curcol yak :D

    ReplyDelete
  18. themesong keluarga cemara bener-bener nyokot banget ya mb, passss banget sama filmnya, dan karakter kuat dari para pemainnya juga bikin film makin menarik dan sangat layak tonton buat seluruh keluarga

    ReplyDelete
  19. wah bagus ya, mbak...filmnya. ratingnya 4.5/5. jadi pengin nonton...
    Seingat saya dulu di TVRi pa ya keluarga cemara ini. lupa sih...udh lama banget...kayaknya masih anak sekolahan deh saya.

    ReplyDelete
  20. Dulu suka banget nonton sinetronnya tiap akhir pekan. Keluarga yg sederhana dan mengajarkan bahwa harta bukanlah segalanya... Masih ada yg lebih penting daripada itu, yaitu kasih sayang dan kehangatan keluarga.

    ReplyDelete
  21. Jadi teringat, saat si bungsu kami (Anis, 8th) mengingatkan untuk menonton film ini pada tgl 03 Januari lalu. Namun begitu cek di m-tix tiket yang tersisa hanya utk bangku deretan paling depan. Besoknya, supaya nggak ketinggalan, hehe..pagi2 langsung beli tiketnya. Film keluarga yang menginspirasi...cocok ditonton oleh seluruh anggota keluarga😊😊

    ReplyDelete
  22. Jadi kangen nonton film keluarga cemara. Waktu tayang di RCTI dulu jadi sinetron favorit nih, so penasaran dengan filmnya ..

    ReplyDelete
  23. Huhuhu... jadi pingin nonton juga. Sudah lama juga nggak nonton, terakhir kayaknya saya bawa bayi, ternyata beresiko ya... Tapi kayaknya dia tidur waktu itu, sembunyi pula dibalik kerudung, hihi...

    ReplyDelete
  24. Wah bikin pinisirin ini ... Kapan bisa nonton ya ...

    ReplyDelete
  25. Senengnya bisa nonton keluarga cemaraa
    Aku masih belum yakin bawa anakku yg masih 21 bulan ke bioskop nih mba

    ReplyDelete
  26. Film ini mengingatkan mada kecil saya. Hehe..jd ketahuan ya usia saya. Intinya keren...bener keluarga adalah harta yg paling indah, kudu dijaga kekompskan dan kerukunannya. Aq sdh nonton juga, keren pokoknya. Thx mb Tatik ulasan smg bs memvuat tmn2 tertarik buat ikutan nonton...

    ReplyDelete
  27. Wah pengen banget nonton ini aku mbaa sayang ada baby jadi Ndak pernah bisa kebioskop

    ReplyDelete