6 Tips Berbelanja Menyenangkan dan Menentramkan ala Saya


Berbelanja adalah aktivitas yang identik dengan para perempuan. Setuju, bukan? Hal tersebut mulai tertanam dalam benak saya sejak kecil karena kegiatan rutin ibu saya setiap pagi adalah berbelanja di pasar. Tidak berbelanja berarti tidak ada masakan yang terhidang untuk hari itu.

Begitu juga saat awal bulan tiba -saat ibu menerima sebagian besar gaji ayah- aktivitas rutinnya adalah berbelanja bulanan. Saya selalu diajak ke toko kelontong langganan ibu. Pastinya sih untuk membantu membawakan belanjaan seperti: gula, minyak, sabun, pasta gigi, deterjen, mie, dan teman-temannya.

Sudah kodratnya perempuan, pikir saya saat itu. Maka saat saya mulai bekerja dan memiliki gaji sendiri, aktivitas yang langsung saya lakukan adalah berbelanja. Horeee! Senang rasanya bisa membeli ini-itu dengan hasil keringat sendiri. Pastinya saya menyisihkan sebagian uang untuk ditabung juga sebelumnya.

Aktivitas berbelanja itu pun terus berlanjut hingga kini. Saya akhirnya bisa merasakan apa yang ibu saya rasakan dulu: harus hemat, cermat, dan bersahaja agar berbelanja menjadi agenda yang menyenangkan dan menentramkan.


Menyenangkan; salah satu me time perempuan adalah dengan berbelanja. Adalah sebuah pemandangan yang lazim terjadi saat seorang istri lebih kuat berkeliling mall dibanding suaminya, hehe.

Menentramkan; pasca berbelanja, kita harus tetap nyaman dan merasa tentram. Jangan sampai aktivitas berbelanja kita menimbulkan penyesalan di kemudian hari. Gara-gara terlalu bernafsu memborong barang-barang, lupa kalau ada batasan anggaran yang harus dipatuhi.

Nah, di bawah ini adalah tips berbelanja ala saya, berdasarkan pengalaman saya sehari-hari:

1. Membuat Daftar Belanja

Baik itu berbelanja kebutuhan bulanan atau berbelanja kebutuhan harian, catatan belanja bisa meminimalisir lupa. Namanya juga manusia, ya. Dulu, ini sering saya alami saat saya tidak membuat catatan belanja. Saat sampai di rumah, tepuk dahi sekeras-kerasnya. Hiks.


Menulis barang apa saja yang hendak saya beli juga membuat waktu berbelanja menjadi lebih efisien. Ini menjadikan saya memprioritaskan barang yang saya tuju daripada melihat-lihat dulu. Cuci mata tidak salah, sih. Tapi kebanyakan cuci mata bisa perih. 😉

2. Mendukung Warung Sebelah dan Pasar Tradisional

Seperti yang saya sebutkan di atas, ibu saya pergi berbelanja setiap hari. Tempat yang dituju beliau adalah Pasar Pakisaji, pasar tradisional terbesar di wilayah kami. Jaraknya lumayan dekat, bisa ditempuh dengan berjalan kaki.

Kebiasaan itu saya teruskan. Ya, jarang sekali ada tukang sayur bergerobak yang lewat di kampung saya karena orang-orang lebih memilih berbelanja di pasar. Sudah dekat, harga di pasar pun lebih bersahabat.


Selain itu, beberapa orang tetangga saya dan warga kampung sebelah membuka warung. Keberadaan warung itu lumayan membantu saya jika ada barang ini-itu yang ingin dibeli tapi pasar tradisional sudah tutup. Tak seperti pasar induk, Pasar Pakisaji biasanya tutup sekitar jam 14.00 WIB.

Warung tetangga juga menjadi salah satu sarana saya bersilaturrahmi. Sambil membeli tepung, sambil ngobrol dari A-Z. Tetangga senang, saya pun riang. Tapi saya tim anti ngerumpi dan anti utang warung lho, ya. 😁

3. Membatasi Diri Berbelanja Online

Zaman kiwari membuat aktivitas belanja pun bisa dimulai dari ujung jari. Transaksi perdagangan yang awalnya harus bertatap muka bisa beralih menjadi transaksi online atau e-commerce. Tak harus menempuh jarak jauh lagi. Tinggal klik, barang pesanan pun datang sendiri.


Iklan dari marketplace dan online shop pun membanjiri ponsel kita hari ini. Saya sendiri kadang tergoda untuk melihat-lihat iklan yang berseliweran itu. Seringnya sih hanya melihat saja, membeli hanya sesekali. Hanya ada satu aplikasi marketplace di ponsel saya, sih.

Yang lumayan sering berbelanja online di marketplace justru suami saya. Saya yang tergolong anteng dalam urusan belanja online semoga membuatnya bersyukur. Tidak anti, hanya sedikit membatasi. Agar kantong tidak jebol lebih dini. Hehe...

4. Memanfaatkan Waktu Promo Toko Waralaba

Toko waralaba seperti Ind*mar*t dan Alf*m*t pun terletak tidak begitu jauh dari tempat saya. Secara umum, harga barang pada keduanya lebih mahal dari harga di pasar tradisional. Bisa dimaklumi, sih. Ada kenyamanan, ada harga lebih.

Pernah ada seruan boikot pada keduanya, namun saya tidak sepenuhnya setuju. Menurut saya, keberadaan toko waralaba itu juga membuka lapangan kerja. Lagipula, barang-barang yang dijual pun tidak terlalu lengkap sehingga banyak orang tetap memadati pasar tradisional.


Nah, saya sendiri sering memanfaatkan waktu promo kedua toko waralaba tersebut. Biasanya di akhir pekan dan di awal bulan. Harga barang saat promo itu lumayan, lho. Beli 2 gratis 1 juga kadang saya pertimbangan. Asyik-asyik aja, sih.

5. Tidak Pergi ke Supermarket di Hari Minggu

Sedangkan supermarket dan hypermarket terletak di Kota Malang sana. Yang paling dekat sih Giant Ekstra Kebonsari. Selain yang itu, saya sekeluarga harus menempuh jarak yang lumayan jauh. Kemacetan biasanya kami temui jika berangkat di hari Minggu, apalagi jika bertepatan dengan agenda besar yang diselenggarakan di pusat kota.


Ya, ya. Sebenarnya itu adalah sebuah pemandangan yang biasa terjadi untuk Kota Malang saat ini. Tapi belajar dari pengalaman, saya sekeluarga lebih suka berbelanja di supermarket/hypermarket di hari Sabtu. Bebas macet, waktu untuk berbelanja pun tidak 'terbuang percuma' di jalanan. Biasanya, pengunjung pun tidak begitu membludak.

Lho, kok tidak berbelanja pada weekdays?

Karena eh karena... suami saya hanya ada di rumah saat weekend saja. Berbelanja tanpa ditemani suami itu kurang seru, ah.

6. Berbelanja di Toko Grosir

Toko grosir dikenal sebagai pusat perkulakan para pedagang eceran. Tapi banyak juga konsumen biasa yang berbelanja langsung di toko grosir. Harapannya tentu saja mendapatkan harga barang yang lebih murah dan biasanya berbagai macam promo sedang menunggu.

Beberapa kali saya mencoba berbelanja di toko grosir, baik di Kepanjen atau Kota Malang. Terakhir, saya sekeluarga mengunjungi Indogrosir Malang pada hari Sabtu, tanggal 30 Maret 2019 yang lalu.


Indogrosir adalah jaringan pusat perkulakan dengan format distribusi ke pedagang retail/pedagang eceran tradisional dan modern. Toko Indogrosir ini sudah berdiri sejak tahun 1993, lho. Tapi asli... saya baru tahu ketika Indogrosir cabang Malang resmi dibuka pada tanggal 22 Maret 2019. Saat masih dalam proses pembangunan dan tertutup, saya kira akan dibangun mall, gitu.

Selain di Malang, ada 21 gerai Indogrosir lain yang tersebar di seluruh Indonesia, yaitu: Cipinang, Surabaya, Bandung, Tangerang, Yogyakarta, Medan, Bekasi, Palembang, Kemayoran, Pekanbaru, Samarinda, Semarang, Bogor, Pontianak, Banjarmasin, Manado, Makassar, Jambi, Kendari, Ciputat, dan Karawang. Kotanya teman-teman yang mana, nih?

Area parkir mobil, tepat di depan gerai.
Luas dan gratis, tapi tanpa atap.

Jarak Indogrosir Malang lumayan dekat dengan rumah yaitu sekitar 6,3 kilometer. Sekitar 15-20 menit saja kami sekeluarga sudah tiba di sana siang itu. Berbelok ke kiri, tampak area parkir yang luas itu sudah dipenuhi beraneka kendaraan roda empat. Bebas biaya parkir, kok. Hanya dicatat dan diberi tiket parkir oleh pihak security.

Lokasi Indogrosir Malang (IG @indogrosir_mlg)

Langsung saja kami memasuki arena. Lumayan banyak juga pengunjungnya. Tempat penitipan barang yang ada di sebelah kiri pintu masuk tampak ramai. Beberapa karyawan Indogrosir tampak melayani penitipan barang, penukaran bonus, dan juga pendaftaran member baru.


Rupanya, setiap pengunjung baru disarankan untuk menjadi member Indogrosir. Ada dua jenis sebutan untuk member, yaitu member merah (Anggota Khusus) dan member biru (Anggota Umum). 

Anggota Khusus Indogrosir yaitu pelanggan Indogrosir yang bergerak dibidang retailer, misalnya: toko kelontong, pengecer di pasar, pengecer di perumahan, koperasi, warung/kantin, restoran/rumah makan, Rumah Sakit, apotik, dan hotel. Pastinya, Anggota Khusus ini akan mendapatkan harga khusus dari Indogrosir.

Member Biru dengan kartu berwarna biru (IG @indogrosir_mlg)

Sedangkan Anggota Umum itu ya seperti saya ini; konsumen biasa yang tidak punya toko, tapi pasti punya cinta, hohoho... Syarat pendaftarannya sebenarnya mudah. Hanya mengisi formulir dan menunjukkan KTP. Tapi karena saat itu cukup crowded di bagian pendaftaran, saya menunda dulu menjadi member. Bulan depan saja, insya Allah.

Cuzz... ambil troli belanja dan bareng-bareng masuk ke dalam arena pertempuran. Tidak ada AC di sana, jadi udaranya tidak begitu dingin. Sepertinya yang dipasang adalah kipas angin besar atau blower. Rak-rak tinggi tampak berdiri kokoh dengan penataan barang yang padat.


Tidak seperti di supermarket/hypermarket, barang yang dijual di Indogrosir ditata berikut kardusnya. Ada label harga yang menunjukkan harga beli satuan, beli 3 pcs, 6 pcs, dst. Semakin berkelipatan barang yang dibeli, harganya semakin murah.

Koleksi barangnya cukup lengkap, lebih lengkap dari toko grosir lain yang pernah saya kunjungi. Memang pantas jika Indogrosir ini disebut sebagai pusat perkulakan. Ibunda saya yang cukup hapal harga barang-barang di pasar pun mengakui jika harga di situ lebih murah. Cuzz keliling terusss... kira-kira satu jam lamanya. Alhamdulillah, Si Adek anteng dan terlihat nyaman duduk di troli belanjaan.


Perjuangan mengantre pun dimulai saat saya berniat menuju kasir. Waah, terlihat banyak orang membeli dalam jumlah besar, bahkan berkardus-kardus. Sabaaar, pasti nanti juga kelar. Daaan... akhirnya tiba juga giliran saya.


Saya membayar secara non tunai, menggunakan aplikasi i-Saku. Aplikasi ini memang sudah saya pakai sebelumnya saat berbelanja di Ind*m*r*t. Lumayan, lho. Ada potongan harga jika membayar memakai i-Saku, plus memperoleh tambahan poin di MyPoin. Sekecil apapun, kan harus saya manfaatkan. 😉 

IG @indogrosir_mlg

Dalam rangka pembukaan gerai baru Indogrosir ini, ada undian berhadiah yang bisa diikuti pembeli. Setiap pembelian senilai Rp 250.000 akan mendapatkan kupon undian (berlaku kelipatan). Boleh juga, nih. 

Setelah barang lunas saya bayar, masih diadakan re-checker oleh karyawan Indogrosir. Kirain bisa langsung ngacir bersama troli ke parkiran. Katanya, ini adalah wujud cek manual sekaligus mengingatkan pembeli jika ada bonus atau hadiah yang harus diambil di bagian penitipan barang. Ya, sebenarnya sama sih dengan aturan di toko grosir 'sebelah'.


Alhamdulillah, selesai sudah acara belanja bulanan saya di akhir bulan Maret kemarin. Mungkin akhir bulan ini saya sekeluarga akan kembali lagi ke Indogrosir. Tetap 'berbagi rezeki' dengan berbagai pilihan tempat belanja seperti di atas juga, dong. Insya Allah.

Bagaimana dengan teman-teman semua? Tips berbelanjanya ada yang sama dengan saya, kah?



Salam,






Tulisan ini disertakan dalam program Collabs Pasukan Blogger Joeragan Artikel kelompok 3 putaran ke-3.

Sumber gambar: pexels dan dok. pribadi.










You Might Also Like

19 comments

  1. Saya kalau belanja seminggu sekali mbak. Terus saya tulis menu selama seminggu Alhamdulillah pengeluaran lebih terjangkau

    ReplyDelete
  2. Saya jadi ingat, pernah melewati indogrosir. Saya pikir hanya boleh berbelanja dalam partai besar dan khusus untuk pedagang atau kulakan. Sesekali mau ke sana aah. Sama mbak, saya juga bikin list dulu sebelum belanja. Dan pastinya kalau belanjanya bawa si krucil harus bikin janji dulu agar nggak ikutan ambil apa bae.

    ReplyDelete
  3. Emak-emak banget sih yaa sama kaya saya, semua ingin menjadi ratu diskon sedunia he he

    ReplyDelete
  4. Sama mbak bikin list belanja sama jangan lupa kalo aku review struk belanja dicek takut ada yang salah sama jadi patokan aja takutnya boros. Itu sih tips ala aku

    ReplyDelete
  5. Akuu baru tau indogrosir. Di Jakarta ada gak ya? Tapi bener banget tipsnya, nyari diskonan dan beli di tempat grosir sama jangan ngemall kalau gak ada perlu... wkwkwk

    ReplyDelete
  6. Tipsnya nendang banget. Tapi berbelanja ke warung sebelah udh berusaha aku lakukan, warungnya tutup. Soalnya di pojok jalan ada mini market.
    Hmm...belanja ke grosir engga aku lakukan sih. Malah boros, karena kami cuma berdua.

    ReplyDelete
  7. Iyaa saya juga kalo belanja bulanan harus nggenggam erat daftar belanjaan ehe he takut kalap belanja yang aneh aneh.
    Enaknya sekalian ke pusat grosir macam indogrosir gitu ya.lebih irit jatuhnya

    ReplyDelete
  8. wah iya jg belanja di grosir lebih murah yak. saya pengen belanja di warung kiri kanan dibanding ke supermarket tapi kadang enggak lengkap dan saya mager banget kalau kudu cari ke warung yang lainnya wkwkkw. tapi boleh di coba nih belanja di grosir. makasih bun sharingnya.

    ReplyDelete
  9. Dulu semasa tinggal di Tangerang juga suka belanja di Indrogrosir, Mbak. Ini memang tempat kulakan banget sih, ya. Jangan berharap bisa cuci mata kalau kemari, hahaha ...

    Sekarang sih aku banyak belanja kebutuhan sembako lewat e-commerce. Murah, tanpa ongkos kirim, dan tanpa capek dorong troli. Kalau sayuran, daging, dan ikan tetap mengandalkan pasar tradisional. Kalau belanja sayuran yang sederhana aja cukup ke warung sayur di ujung jalan. Ujung jalannya sedikit jauh tapi nggak masalah karena aku pecinta jalan kaki, hihihi ...

    ReplyDelete
  10. Saya suka di indogrosir kalau beli banyak selalu lebih hemat, hehehe... Kalau belanja saya sebulan sekali, kalau ke mini market cm kebutuhan urgent aja:)

    ReplyDelete
  11. Kubelum pernah belanja di Indogrosir mba, kayaknya di Jogja juga ada sih. Tempatnya luas ya, kalaupun enggak pk AC kan di Malang udah adem hehe. Btw aku ngikik pas bagian "tim anti negrumpi dan anti ngutang di warung" hahaha... mantuul!

    ReplyDelete
  12. setuju banget, Mbak. no. 1 itu penting, buat daftar belanja terlebih dahulu sebelum ke TKP. Hihi kerasa banget itu membantu biar belanja gak berlebihan dan sesuai dengan kebutuhan

    ReplyDelete
  13. Nomor satu bikin daftar belanja yang penting justru kadang suka lupa haha. Rumahku yang deket ke Indogrosir daripada ke mall jadi keuntunhan tersendiri karena emang selalu ke situ akhirnya

    ReplyDelete
  14. Emak-emak hobinya belanja, mungkin selain aq ya....

    ReplyDelete
  15. godaan berbelanja online ini yang kadang susah...karena kemudahan yang ditawarkan...tinggal pilih transfer uang barang pun sampai

    ReplyDelete
  16. Aku mulai kacau nih gara-gara sering dapat saldo online. Akhirnya malah keranjingan, hiks. Tapi kalau belanja sayur dan beberapa bahan pangan aku tetap pilih warung Budhe deket rumah sama ke pasar. Nah, kecuali kayak susu gitu aku pilih di supermarket karena butuh yang suhunya dingin. So far, belanja online ini ada untung ruginya sih. Secara harga lebih murah, tapi kadang keterusan, wkwkwkw

    ReplyDelete
  17. Kayaknya hampir semua wanita hoby belanja ya mbak. Saya pun hampir setiap hari ke pasar. Ya salah satunya untuk menyalurkan hobi belanja.

    ReplyDelete
  18. Dari satu Sampai enam, sudah aku lakukan semuanya. Hihihi. Terutama nomor 4, rajin selalu nanya brosur, mencari harga yang lagi promo. Hihihi

    ReplyDelete
  19. Saya member warung sebelah dan pasar tradisional mbakkuh, hehe.
    Tipsnya oke banget mb. Pengingat diri sendiri, jika hasrat belanja emak lagi tinggi karena lihat diskon. ��

    ReplyDelete