6 Hal Penting tentang BPJS Ketenagakerjaan
- April 09, 2019
- By Tatiek Purwanti
- 19 Comments
Cuaca sedikit mendung ketika saya sampai di depan Kantor BPJS Ketenagakerjaan Cabang Malang yang beralamatkan di Jalan Dr. Soetomo nomor 1, Kota Malang. Akan ada sosialisasi program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan yang dihadiri beberapa blogger Malang, termasuk saya (2/9/19).
Segera saya membuka pintu depan kantor tersebut. Bersih dan sejuk. Saya pernah ke kantor itu pada akhir 2010 yang lalu, saat namanya masih PT. Jamsostek. Penataan ruangannya tentu saja lebih baik yang sekarang. Saat itu saya dan suami melakukan pencairan dana Jaminan Hari Tua (JHT) pasca resign dari pekerjaan di Batam selama 10 tahun.
Kantor BPJS Ketenagakerjaan Cabang Malang (Dok. Erny Kusumawati) |
Masih teringat, saat itu kami begitu bersyukur karena punya dana cadangan untuk memulai 'hidup baru' di Malang. Ya, memulai lagi dari nol tentu saja butuh biaya. Dana JHT tersebut benar-benar hadir di saat yang tepat.
Setelah sedikit mengenang saat itu, saya bertanya kepada Pak Satpam yang berjaga tentang venue yang digunakan untuk agenda sosialisasi. Dengan ramah, saya diantarkan ke sebuah ruangan di lantai dua. Di sana sudah menunggu beberapa orang teman blogger dan tiga orang pihak dari BPJS Ketenagakerjaan Cabang Malang.
Sekitar jam sepuluh pagi, saat semua blogger sudah berkumpul, acara pun dibuka oleh Mas Roni Setiawan. Beliau adalah staff khusus bagian Account Representative. Diteruskan dengan pemaparan oleh Ibu Cahyaning Indriasari, Kepala Cabang BPJS Ketenagakerjaan Cabang Malang. Penjelasan lanjutan dilakukan oleh Mbak Anysa Isyawari, rekan satu section dari Mas Roni yang ternyata seorang beauty blogger. Keren, euy!
Mas Roni, Bu Cahyaning Indriasari, Mbak Anysa (Dok. Erny Kusumawati) |
Berikut adalah beberapa hal penting yang perlu kita ketahui tentang BPJS Ketenagakerjaan. Cekidot!
1. BPJS Ketenagakerjaan Tidak Sama dengan BPJS Kesehatan
Walaupun berpayung hukum sama yaitu Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, tapi penyelenggaranya berbeda. Seperti saya sebut di atas, BPJS Ketenagakerjaan dulunya adalah PT. Jamsostek. Sedangkan penyelenggara BPJS Kesehatan dulunya adalah PT. Askes.
Payung hukum |
Saya jadi ingat bahwa suami saya yang bekerja di sebuah perusahaan awalnya memperoleh kartu BPJS Kesehatan untuk seluruh anggota keluarga. Baru disusul kemudian dengan kartu BPJS Ketenagakerjaan untuk dirinya sendiri, pada bulan Maret 2015. Ya, BPJS Ketenagakerjaan memang resmi beroperasi sejak 1 Januari 2015.
Kartu peserta milik suami saya. Belum dilaminating, hihi |
Nah, di sini ada letak perbedaannya lagi. Kepesertaan BPJS Kesehatan adalah untuk seluruh masyarakat, sedangkan BPJS Ketenagakerjaan itu untuk seluruh pekerja termasuk pekerja asing. Saya pernah melahirkan via operasi sesar secara gratis karena terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan. Namun karena saat itu saya sudah resign, saya bukan peserta BPJS Ketenagakerjaan sebagaimana suami saya.
Penggunaan kartu pesertanya jelas berbeda. Jika seorang pekerja mengalami 'sakit biasa' seperti demam, batuk, diare, yang membuatnya harus pergi ke fasilitas kesehatan, maka yang dipakainya adalah BPJS Kesehatan. Tapi jika sakitnya adalah karena kecelakaan, yang dipakai adalah BPJS Ketenagakerjaan.
2. Program BPJS Ketenagakerjaan
Jika BPJS Kesehatan hanya punya 1 program yaitu Jaminan Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan punya 4 program, yaitu: Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua (JHT), dan Jaminan Pensiun (JP).
a. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
Saat saya masih bekerja di perusahaan dulu, pernah ada teman yang mata kanannya tidak berfungsi lagi karena terkena mata bor yang patah. Duh, ngeri jika diceritakan detailnya. Yang jelas, dia bisa berobat secara gratis sampai sembuh karena memperoleh manfaat Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK).
Begitulah. JKK adalah jaminan yang memberikan kompensasi dan rehabilitasi bagi pekerja yang mengalami kecelakaan dalam hubungannya kerja. Perlindungannya mulai dari perjalanan dari rumah ke tempat kerja, dan dari tempat kerja sampai pulang lagi. Penyakit yang timbul akibat lingkungan kerja pun tercover oleh JKK ini.
b.Jaminan Kematian (JKM)
JKM diperuntukkan bagi ahli waris pekerja yang menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan, dimana dia meninggal dunia bukan karena kecelakaan kerja. JKM ini tentunya diperlukan untuk meringankan beban keluarga, meliputi biaya pemakaman dan uang santunan.
c. Jaminan Hari Tua (JHT)
JHT adalah program penghimpunan dana yang bertujuan sebagai simpanan yang kelak bisa dipakai oleh peserta. Penghasilan para peserta bisa saja terhenti, misalnya karena cacat total tetap, telah berusia 56 tahun, meninggal dunia, atau berhenti bekerja (PHK, mengundurkan diri, meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya).
d. Jaminan Pensiun (JP)
Jaminan pensiun adalah jaminan sosial yang bertujuan untuk mempertahankan derajat kehidupan yang layak bagi peserta dan atau ahli warisnya dengan memberikan penghasilan setelah peserta memasuki usia pensiun atau mengalami cacat.
3. Pekerja Mandiri Bisa Menjadi Peserta BPJS Ketenagakerjaan
Menurut Bu Cahyaning, pekerja di Kota Malang yang berjumlah 960 ribu sekian, 30%-nya adalah pekerja formal dan lainnya informal. Peserta BPJS Ketenagakerjaan yang kita bahas di atas adalah yang pekerja formal, maka penting juga bagi pekerja informal untuk menjadi peserta. Bukankah keduanya memiliki risiko yang tidak jauh berbeda?
Sebutan pekerja informal dalam hal ini adalah pekerja Bukan Penerima Upah (BPU). BPU adalah pekerja yang melakukan kegiatan atau usaha ekonomi secara mandiri untuk memperoleh penghasilan dari kegiatan/usahanya tersebut.
BPU biasanya bekerja secara mandiri, misalnya: tukang ojek, supir angkot, pedagang keliling, pebisnis online, dll. Penulis dan blogger juga termasuk di dalamnya, lho. Maka saat itu saya dan teman-teman yang hadir pun berminat mendaftar menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.
Lho, kok berani? Berani, dong. Alhamdulillah, jumlah iuran yang harus dibayar per bulan sangat terjangkau. Hanya Rp 36.800 untuk jumlah penghasilan yang paling dasar. Itu sudah meliputi 3 manfaat; Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), dan Jaminan Hari Tua (JHT). Bedanya, peserta BPU tidak memperoleh manfaat Jaminan Pensiun (JP).
Saya sendiri meniatkan JHT-nya sebagai tabungan untuk hari tua; menabung dengan cara sederhana, tanpa terasa, dan menyenangkan.
Tidak ada orang yang ingin celaka, tapi berjaga-jaga tidak ada salahnya. Ada seorang tukang ojek online bernama Pak Doel yang sudah merasakan manfaat program JKK untuk BPU ini. Beliau mendapat musibah kecelakaan hingga harus dioperasi dengan biaya mencapai 150 juga rupiah. Semuanya gratis karena ditanggung oleh BPJS Ketenagakerjaan. Masya Allah.
Pak Doel, peserta BPJS Ketenagakerjaan BPU, Sang Brand Ambassador :) |
Sekarang, Pak Doel ini bak Brand Ambassador-nya BPJS Ketenagakerjaan Cabang Malang. Beliau aktif mengajak para pekerja BPU lainnya untuk mendaftarkan diri mereka sebagai peserta. Honest review ini mah.
4. Syarat Pendaftaran dan Cara Pembayaran
Pendaftaran peserta bisa dilakukan secara perorangan maupun kolektif. Bila perorangan, silakan langsung mendatangi Kantor BPJS Ketenagakerjaan terdekat. Siapkan saja Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan KK, dilanjutkan dengan mengisi formulir BPU yang telah disediakan, dan melakukan pembayaran iuran di sana.
Cara pembayaran selanjutnya mudah saja. Tidak harus datang ke Kantor BPJS Ketenagakerjaan-nya, tapi cukup melalui ATM Bank yang bekerja sama dengan BPJS Ketenagakerjaan, seperti: BRI, BCA, BNI, BTN, Bank Bukopin, dan Bank Mandiri. Bisa membayar secara bulanan/3 bulan/6 bulan/1 tahun sekaligus.
5. Perlindungan untuk Buruh Migran Indonesia (BMI) dan Pekerja Konstruksi
Per 1 Agustus 2017, BPJS Ketenagakerjaan juga dipercaya sebagai 'pelindung' bagi para Buruh Migran Indonesia (BMI) alias TKI/TKW. Para BMI yang menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan mendapatkan 'perlindungan' sebelum berangkat, selama di luar negeri, dan sebulan setelah mereka kembali ke Indonesia. Diharapkan, para BMI tersebut bisa menikmati tabungannya via JHT yang bisa diambil.
Manfaat untuk peserta BMI |
Sedangkan kepesertaan dari Jasa Konstruksi diantaranya adalah Pemberi Kerja selain penyelenggara negara pada skala usaha besar, menengah, kecil dan mikro yang bergerak dibidang usaha jasa konstruksi yang mempekerjakan pekerja harian lepas, borongan, dan perjanjian kerja waktu tertentu. Wah, pas ini. Mengingat risiko kecelakaan kerja pada golongan ini tergolong tinggi.
6. BPJS Ketenagakerjaan Bebas Fatwa Haram
Nah, ini juga penting untuk ummat muslim yang masih ragu-ragu menjadi peserta. Aman, kok. Aturan BPJS Ketenagakerjaan tidak ada yang diharamkan oleh MUI. Sampai saat ini MUI hanya memfatwakan haram BPJS Kesehatan karena adanya denda bagi anggota yang terlambat membayar.
Tidak ada denda keterlambatan pada BPJS Ketenagakerjaan. Pun BPJS Ketenagakerjaan menggunakan sistim wali amanah yaitu adanya sistem bagi hasil yang diberikan BPJS Ketenagakerjaan pada penghitungan keuntungan setiap tahunnya. Contohnya, keuntungan yang didapatkan sebesar 1 triliun per tahun, maka akan dibagikan juga sebesar beberapa persen kepada pesertanya.
BPJS Ketenagakerjaan kita halal :) |
Tidak terasa sudah hampir pukul satu siang. Agenda sosialisasi berikut tanya jawab pun harus berakhir. Sungguh sebuah agenda menarik yang penuh keakraban. Kami yang selesai mengisi formulir tinggal menunggu kartunya jadi. Asyik.
Setelah turun ke lantai satu dan mengambil foto bareng, saya pun berpamitan dengan teman-teman blogger lain. Sambil melangkah keluar gerbang, saya berpikir: mungkin saya akan ke Kantor BPJS Ketenagakerjaan beberapa tahun lagi untuk mencairkan JHT lagi :) Panjangkan dan berkahi umur hamba, ya Allah. Aamiin.
Yuk, gabung juga sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan!
Salam,
Sumber:
bpjsketenagakerjaan.go.id
https://www.google.com/amp/s/jabar.pojoksatu.id/bekasi/2015/08/04/bpjs-ketenagakerjaan-bebas-fatwa-haram/amp/
19 comments
Aiish ini yang meet upan sama mba Eni dan mba Erni ya? Seru bangeeet... Btw, di acadra tsb skalian bikin kartunya juga ya?
ReplyDeleteMau infoin ke anak² ah. Mereka semua freelancer, spy daftar BPJS Ketenagakerjaan
ReplyDeleteDuh udah dicairkan mbak bpjs tk nya pas sesudah resign hehe tapi sekarang bagus yah untuk freelancer juga bisa daftar bpjs tk hehe daftar lg gak yah
ReplyDeleteBPJS ketenagakerjaan aku sudah dicaririn wkwk, pas resign butuh modal untuk usaha akhirnya di cairin, hehe. Ternyata baru tau enggak harus kerja kantoran punya begini, lalu kenapa dulu dicairin, kenapa? heu. btw, makasih bun sharingnya.
ReplyDeleteAslii baru tahu saya kalau BPU bisa menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan..Info ini lengkap sekali. Bisa langsung cus ngurus saya nih..
ReplyDeleteMakasih Mbak Tatiek
Wah, aku jadi tertarik juga nih untuk mendaftarkan diri ke BPJS Ketenagakerjaan. JHT saat bekerja dulu sudah aku cairkan, huehehe ...
ReplyDeleteIuran sebesar Rp 36.800 per bulan itu berdasarkan apa ya, Mbak?
alhamdulillah ada cara menabung yang mudah dan murah lewat BPJS Ketenagakerjaan ya..jaminan hari tua sudah aku cairkan sebulan yang lalu karena resign..dan alhamdulillah prosesnya cepat
ReplyDeleteSuami sdh gbung dgn bpjs ketenagakerjaan. Sy yg blm,klo dosen bisa juga g y? Blm tahu infonya saya, hehe
ReplyDeleteAku sudah punya semua kartu bpjs. Hehe... maklum mba kerja di pt si, jadi pasti dapat. Selama ini bu pakai bpjs nya dan memang bermanfaat banget.
ReplyDeleteBaru tau info lengkap tentang BPJS tenagakerjaan. Selama ini taunya hanya BPJS Kesehatan dan Krn saya ASN otomatis jd anggota. Boleh juga nih untuk disosialisasikan kpd masyarakat luas. Agar semua bisa mendapat manfaatnya
ReplyDeleteBagi pekerja punya BPJS ketenagakerjaan memang penting banget ya mba, biar kita bener2 aman dalam bekerja, walaupun Uda punya BPJS kesehatan tapi BPJS ketenagakerjaan wajib punya jika memang bekerja
ReplyDeletewah, ternyata kita yang bukan pegawai kantoran bisa juga ya mbak mendaftar menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan. Hmmm, bener juga ya, apabila ikutan ya semacam membuat tabungan dan bagusnya lagi tidak ada fatwa haramnya. Sip mbak, mulai cari-cari info dl niy dari teman yang bekerja di BPJS Ketenagakerjaan.
ReplyDeleteTapi kalau penulis... kecelakaan kerjanya dari mana ya mbak? :/
ReplyDeleteAda mungkin, tapi saya ga tau. heheh.
wah baru tau klo ternyata pekerja mandiri bisa daftar juga. suami ikut bpjs ini di kantornya dan memang bermanfaat apalagi pas dicairkan hehe
ReplyDeleteWaaah,, baru tau freelance bisa daftar BPJS ketenagakerjaan,, bisa nih daftar
ReplyDeleteterima kasih infonya mb,, bermanfaat sekali
Ah yaaa... bphs banyak macamnya. Dan saya cuma punya bpjs kesehatan. Kalau yang ketenagakerjaan ini punya suami yang kerja di pabrik. Sekarang kami lagi gali info untuk klaim jht nih. Masih jauh sih cuma yaa jaga2 ajah biar nanti gak ribet
ReplyDeleteBaru tahu nih perbedaan antara BPJS kesehatan dan BPJS ketenagakerjaan jadi karyawan yang kerja di pabrik pasti punya dua jenis kartu BPJS ya mbak? Dan sepertinya suami saya juga punya BPJS Ketenagakerjaan apalagi pekerjaanya di lapangan dan berkaitan dengan industri yang memang rawan kecelakaan cuma saya gak pernah nanya2 sih.
ReplyDeleteAha... lengkap banget informasinya mbak Tatiek.
ReplyDeleteLove deeeh 😍
Super lengkap dan enakeun buat bacanya ga njelimet hehe. Aku jadi keinget JHT ku saat kerja dulu belum sempat d urus untuk d cairkan hehe
ReplyDelete