4 Fakta tentang Swiss Kecil di Pulau Jawa
- April 04, 2019
- By Tatiek Purwanti
- 25 Comments
Pada hari Jumat malam beberapa pekan yang lalu, suami saya yang bekerja di Surabaya terlambat pulang ke rumah. Ada apakah gerangan?
"Tadi sebenarnya pulang agak awal, lalu diajak Pak Bos dan beberapa teman untuk bertakziyah di daerah Karangploso. Pulangnya kami ngadem ke Alun-alun Batu dulu," jelas suami saya.
Saya mengangguk-angguk sekaligus mupeng. Duh, Batu. Sudah lama sekali saya tidak ke sana. Terakhir kali pergi ke Batu sebelum saya hamil dulu. Saat itu saya, suami, dan Afra menikmati keindahan Taman Selecta, Batu.
Sepanjang saya belum pergi ke sana lagi, berseliweran info ini-itu tentang perkembangan Kota Batu. Paling banyak yang diberitakan dan dibicarakan tentu saja adalah sektor pariwisatanya.
Seorang kerabat pernah berkata, "Beruntung banget ya sampean tinggal di Malang. Destinasi wisatanya keren-keren. Pasti sampean sering main-main ke Batu dong, ya?"
Saya terkekeh. Dikiranya rumah saya yang terletak di Kabupaten Malang itu dekat dengan Batu, padahal lumayan jauh. Sekitar 28 kilometer lah. Tapi saya mengiyakan tentang fakta kerennya Kota Batu. Saya kira setiap orang yang pernah ke sana pun akan rindu untuk kembali lagi.
Berbicara tentang Kota Batu, inilah 4 fakta yang berkaitan dengan kota berhawa sejuk itu yang sebaiknya kita tahu.
1. Asal-usul Nama Kota Batu
Menurut wikipedia, nama Batu berasal dari kata "Mbah Tu", yaitu nama panggilan untuk Mbah Wastu. Konon, beliau adalah orang yang kali pertama melakukan babad alas alias membuka kawasan hutan di wilayah itu untuk dijadikan tempat tinggal.
Mbah Wastu nama aslinya adalah Abu Ghonaim. Beliau adalah seorang ulama dari Jawa Tengah yang merupakan pengikut Pangeran Diponegoro. Beliau melarikan diri dari kejaran Belanda pasca Perang Diponegoro meletus (sekitar tahun 1830).
Setelah melakukan babad alas, lambat laun orang berdatangan ke tempat Mbah Wastu untuk berguru atau menimba ilmu agama dari beliau. Wilayah yang saat itu mereka tempati adalah daerah Bumiaji, Sisir, dan Temas.
2. Batu Tidak Termasuk Wilayah Kota/Kabupaten Malang
Kota Batu yang memiliki luas sekitar 202.30 kilometer persegi ini dulu sebenernya masuk dalam wilayah Kabupaten Malang. Lalu pada tanggal 6 Maret 1993, Batu ditetapkan menjadi kota administratif.
Masih ingat dengan definisi kota administratif, kan? Yups, ini adalah kota yang bisa menyelenggarakan pemerintahannya sendiri tapi bukan termasuk daerah otonom seperti kotamadya atau kabupaten. Kota administratif tidak memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sehingga Walikota administratif bertanggung jawab kepada bupati kabupaten induknya.
Kota administratif kemudian dihapus sejak diberlakukannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999. Nah, Kota Administratif Batu pun berubah menjadi Kota Batu pada tanggal 17 Oktober 2001 melalui ketetapan UU RI No. 11/2001. Kota Batu pun resmi menjadi kota otonom hingga hari ini.
Jadi jika ada orang menyebut "Kota Batu di Malang", sebenernya itu tidak tepat. Yang benar adalah Kota Batu termasuk dalam wilayah Malang Raya bersama Kota Malang dan Kabupaten Malang.
3. Dua Julukan Kota Batu
Sebagaimana kota-kota lain, Batu juga memiliki julukan. Pertama, sejak dulu Batu dijuluki sebagai De Kleine Switserland van Java atau Swiss Kecil di Pulau Jawa. Tak heran, dulu para petinggi Belanda gemar pelesiran di Kota Batu yang memang memiliki pesona alam yang indah.
Hawa kota wisata ini cukup sejuk, berkisar antara 11 sampai 19 derajat celcius. Ada 5 gunung yang mengelilingi Batu di empat penjuru mata angin, yaitu: Gunung Welirang dan Gunung Arjuna di sebelah utara, Gunung Panderman di sebelah selatan, Gunung Banyak di sebelah barat, dan Gunung Wukir di sebelah timur. Nah, bisa dibayangkan keindahannya, bukan?
Taman Selecta yang saya sebutkan di atas adalah salah satu destinasi wisata yang dibangun oleh seorang warga Belanda yang bernama Ruyter de Wildt sekitar tahun 1920-1928. Presiden dan Wakil Presiden RI ke-1, Soekarno-Hatta, disebutkan gemar beristirahat di Batu dan mengunjungi Taman Selecta yang tetap populer hingga sekarang.
Kedua, Kota Batu dijuluki sebagai Kota Apel. Ya, wilayah Batu merupakan salah satu penghasil apel terbesar di Indonesia. Varietas yang paling dikenal adalah Apel Rome Beauty, Apel Manalagi, dan Apel Anna. Jika teman-teman mengunjungi Alun-alun Batu, ada Tugu Apel yang berdiri kokoh di sana sebagai icon Kota Batu.
4. Pergi ke Batu Melatih Kesabaran
Selain Alun-alun Batu dan Taman Selecta, banyak destinasi wisata bagus di Batu seperti: Kusuma Agrowisata, Jatim Park 1, Jatim Park 2, Jatim Park 3, Batu Night Spectacular (BNS), Museum Angkut, Eco Green Park, dan lain-lain. Kesemuanya menyedot minat wisatawan dari berbagai penjuru di Indonesia.
Tak heran, setiap weekend dan libur panjang, Batu selalu dipadati pengunjung. Volume kendaraan membludak, sementara ruas jalan tidak bisa bertambah. Ini tentu saja menyebabkan kemacetan panjang di setiap ruas jalan yang menuju ke arah Batu.
Jujur, sebenarnya itu juga yang membuat saya berpikir dua kali saat berniat pergi ke Batu di akhir pekan. Maunya sih pergi saat weekday, gitu. Tapi belum kesampaian sampai sekarang. Lha wong suami saya ada di rumah pas akhir pekan. Maap, curcol. Hihi...
Sebenarnya kemacetan itu adalah hal biasa di masa kini. Kunci untuk diri sendiri adalah bersabar saat berada di dalamnya. Mereka yang tidak punya pilihan seperti wisatawan yang jauh-jauh datang ke Batu di akhir pekan, biasanya akan tetap nekat walaupun harus bertemu kemacetan.
Nah, teman-teman yang berencana pergi ke Batu, pilihannya hanya dua: choose the weekday or stay cool in the middle of weekend's traffic jam. Kalau akhirnya bertemu dengan kemacetan, yakinlah bahwa kesabaran teman-teman akan terbayar dengan hal-hal indah setelahnya.
Salam,
Sumber gambar: IG @explore_batu
25 comments
Semoga Batu senantiasa terawat :)
ReplyDeleteBagus taman selecta mba
ReplyDeletetetap ya di malang ternyata, kirain swiss di pulau jawa di mana, hehehe. Duh, jadi pengen ke malang nih, yang berseliwerang dari tadi ttg malang terus. pindah juga rumah ke sana nih, wkwkwk.
ReplyDeleteSelecta maah dari zaman sebelum kemerdekaan yah. Mertuaku yang orang Malang sering cerita. Dulu pribumi engga boleh masuk ke sini. Duh...alhamdulillah skrng mah bebas. Semoga tetap terawat deh...
ReplyDeleteBaru tau loh kalo Batu itu bukan bagian dari Malang cuma berada di kab Malang yah. Hmm kota mandiri toh. Aduh udah lama mupeng pengen kesini. Semoga deh abis lebaran jadi hehe aamiin
ReplyDeleteMbak, banyak yang salah kalo Batu itu Malang, padahal beda ya. Dan Batu surga wisata. Kami orang Surabaya liburannya ya ke Batu, minimal ngadem disana wkwk. :)
ReplyDeleteSeru ini collabs sama mba Erni, baca juga ah :)
Jadi karena pesona keindahan alamnya maka dijuluki kota Swiss kecil ya mba? Di kotaku apel mahal, di sini pasti kan ya?
ReplyDeleteAku enggak pernah bosen hadi r ke kota batu, tapi baru tahu kalau asal muasal dari kata mbah wastu, luar bias ya beliau babat alas jadi skrg bs dinikmati anak cucunya....
ReplyDeleteSangat sepakat dengan point 4. Berkunjung ke kota Batu melatih kesabaran. Karena semua destinasi wisata tumplek blek disana��
ReplyDeleteSaya hampir 2mgg sekali ke Batu nih mba Tatik hihi
ReplyDeleteBener banget mbak. Saya juga bangga kok ada di Malang dan Deket kota Batu sebagai Kota wisata.
ReplyDeleteBaru tahu mba ternya Batu menjadi daerah otonom. Duh, pengin ke aini tapi harus stay karena weekend gak mungkin.
ReplyDeleteHehe, saya termasuk yang sering bilang Batu di Malang l, ehh ternyata salah, ya?
ReplyDeleteBtw awal april ini nyoba berangkat malam, cari homestay di Batu dan esok paginya baru ke beberapa destinasi wisata terdekat.
Ternyata lebih nyaman dan hanya ketemu macet pas pulang saja.
Enggak terlalu capek juga, sih menurut saya.
Oke fixed mbak Tatiek sya dan keluarga harus banget jalan jalan ke Batu, berasa di Swiss gitu yaa.. Keren emang nih kota mana adem pisan lagi. Cocok buat liburan atau hanimun haha
ReplyDeleteBatuuuuu....kebayang yg peryama adalah tempat wusatanya yg asikkkkk....g bosan dweh ke Batu sll ada yg awe2...yaa kemon ajahhh...
ReplyDeleteSemalam saya ke alun-alun Batu, Mbak, nggak bosen ke sana bolak-balik, padahal cuma buat nikmati ketan legendaris, hihi...
ReplyDeleteBatu, Malang kota & kabupaten... Malang Raya is the best pokoknya... sukaaa
Terakhir saya berkunjung ke selecta itu saat masih SD. Tahun berapa ya, lupa. Tapi yang masih diingat adalah tempatnya yang adem dan enak banget. Cuma saya yang mabuk darat ketika SMA diajak ke sana, saya pilih diem di rumah, Karena kebayang jalannya yang pasti bakal bikin saya mabuk berat. Sekarang Batu menjadi keren banget.
ReplyDeleteSaya pernah ke Malang..namun sudah lama sekali. kesan bbr hari disini...kotanya adem dan dingiin. Sekarang semakin banham destinasi wisatanya. Mudah2an bisa ke sini lagi😊
ReplyDeleteBatu itu buanyak sekali tempat yang bisa dikunjungi. Tapi macetnya ampuh deh. Apalagi kalau hari libur.
ReplyDeleteDilihat dari pesonanya batu memang cocok dijuluki swiss di Indonesia
ReplyDeleteSenyum2 sendiri baca ini secara aku asli mbatu mbaaa xixixi
ReplyDeleteNo 4 ngakak wkkk
Makany kalau yg asli batu wiken mendingan tidur d rmh
Macett parahh
Jadi gak usah jauh² ke swiss ya mb,, cukup batu aja,, java rasa swiss,, hehe
ReplyDeletewah abtu kenangan lagi kecil sering ke sini saat liburan ke rumah nenek
ReplyDeleteLihat foto indahnya gunung Panderman .. waah aku jadi keinget pernah ikut tour petik apel disana, kak.
ReplyDeleteAku baru tahu asal usul kota Batu. Duh, terima kasih mba. Seringnya orang-orang menganggap Batu masuk dalam wilayah kota Malang. Padahal sejak 1993 sudah menjadi kota administratif. Huff...
ReplyDelete