Serunya Menyaksikan Pameran Alutsista



We wait. We hope. We pray. Until you’re home again.
(A Military Wisdom)

Akhir pekan selalu menjadi saat yang amat berharga bagi keluarga Long Distance Marriage seperti kami. Ya, hari Sabtu dan Ahad menjadi dua hari yang selalu kami tunggu. Biasanya, suami saya berada di rumah karena off day-nya di dua hari itu. Kadang jika mendapat tugas tambahan, beliau hanya akan berada di rumah pada hari Ahad saja.

Berat? Kangen? So, pasti. Tapi semua harus dijalani sebagai bagian dari takdir keluarga kami. Lagi pula, kalau dipikir-pikir, kondisi kami jadi mirip keluarga Tentara Nasional Indonesia (TNI). Istri dan anak-anak anggota TNI harus siap berpisah jika tugas negara memanggil. Bisa jadi, apa yang kami pikirkan sama dengan mereka; seperti quote di atas.

Eh, kok jadi dihubung-hubungkan dengan TNI, sih? Hehe… ya karena tulisan kali ini akan membicarakan seputar TNI yang baru berulang tahun ke-73. Dirgahayu TNI-ku. Bersama rakyat, TNI kuat. 💪



Kembali ke laptop. Nah, saat suami berada di rumah, kami selalu merencanakan agenda untuk ber-family time. Tidak selalu keluar rumah, sih. Tapi pada umumnya kami memang lebih tertarik bepergian walaupun jaraknya dekat saja. Seperti pada hari Sabtu, tanggal 6 Oktober 2018 kemarin, kami menyaksikan Pameran Alutsista TNI se-Malang Raya. Nah, kan...

Rencana Mengenal Alutsista

“Alutsista itu apa, Mi?” tanya Afra, setelah saya mengumumkan agenda akhir pekan keluarga kami.

Saya hampir menepuk jidat. Iya, ding. Saya belum pernah membahas itu saat ngobrol sehari-hari.

“Alutsista itu kepanjangan dari Alat Utama Sistem Persenjataan. Ada juga yang bilang Alat Utama Sistem Senjata. Jadi itu meliputi sistem senjata, kendaraan, dan perlengkapan militer yang dipakai TNI,” jelas saya.

“Lha kok dipamerkan, Mi?” tanyanya lagi.

“Itu dalam rangka HUT TNI ke-73. Katanya sih itu perwujudan tanggung jawab TNI kepada pemerintah dan rakyat. Kan beli alutsista-nya dari uang pajak yang dibayar rakyat juga.”

Anak sulung saya itu manggut-manggut.

“Nanti, deh, Mbak Afra akan tahu kalau sudah berada di sana,” lanjut saya.

Lapangan Rampal yang Terkenal

Hari-H yang kami tunggu pun tiba. Alhamdulillah, si Abi tidak ada lembur di hari Sabtu kemarin, jadi rencana kami bisa terlaksana. Sayangnya, Eyang Uti tidak bisa ikut karena beliau punya agenda sendiri. Jadilah kami berangkat berempat saja.

Sekitar pukul sembilan pagi kami baru berangkat. Seperti biasanya, si kecil Akmal enjoy berada di jok belakang bersama saya. Jalanan ke arah utara menuju Kota Malang tidak terlalu ramai. Mungkin sebagian warga masih berada di tempat kerja. Walaupun tidak bisa dikatakan lancar jaya, sih. Maklum, belakangan ini, kemacetan sudah mulai akrab bagi pengguna jalan di Malang.

Lapangan Rampal siang itu. Adek bergaya dulu :)

Tempat yang kami tuju adalah Lapangan Rampal, Kelurahan Kesatrian, Kecamatan Blimbing. Lapangan Rampal merupakan lahan milik Kodam V/Brawijaya yang dibuka untuk umum setiap hari. Bila sedang tidak ada kegiatan militer, upacara, atau latihan bersama, masyarakat boleh memanfaatkannya sebagai ruang terbuka hijau. Gratis. Hanya perlu membayar tiket parkir seharga tiga ribu rupiah untuk mobil dan dua ribu rupiah untuk motor.

Biasanya, warga Malang Raya memanfaatkan lapangan tersebut sebagai tempat berolahraga secara gratis. Ada jogging track, lapangan bola, lapangan basket, lapangan voli, lapangan tenis, dan badminton court yang tersedia di sana. Lapangan Rampal juga sering dipakai untuk menggelar konser musik, pagelaran budaya, dan berbagai macam pameran yang mendatangkan banyak pengunjung.

Sedikit semrawut, ketika kami memasuki pintu gerbangnya. Lha, mobil-mobil harus bersaing dengan pejalan kaki dan pengendara sepeda motor yang berada di jalur yang sama. Ramai, euy… Sebuah spanduk melintang bertuliskan “Fun Run 5K” menandakan bahwa acara lomba lari sejauh lima kilometer barusan digelar pagi harinya. Agenda tersebut juga bagian dari rangkaian acara HUT TNI ke-73 di Malang Raya.

Belum juga tengah hari, hawa panas sudah terasa menyengat begitu saya membuka kaca jendela mobil. Kemarau panjang rupanya telah menghapuskan predikat Malang sebagai kota berhawa sejuk. Rerumputan di atas lapangan seluas 1,5 kilometer persegi itu pun tidak sehijau biasanya. Untunglah masih banyak pepohonan rindang di pinggir-pinggirnya. Banyak mobil yang memilih berteduh di bawahnya. Maka, Si Abi pun melakukan hal yang sama.

Pinggiran Lapangan Rampal. Biasanya hijau, sekarang tampak kering.

Begitu keluar dari mobil, nyoosss… Panas, Rek! Untuk mengatasinya, kami memilih berjalan di tepian lapangan yang berdekatan dengan pohon-pohon rindang itu. Si Adek -seperti biasanya- tidak mau turun dari gendongan Abi-nya. Lumayan, emaknya bisa lenggang kangkung. Hehe... Lebih lumayan lagi ketika ternyata angin kencang sering berhembus. Nah, ini. Sejuk jadinya. Daun-daun kering pun beterbangan dengan kompak. Jadi mirip-mirip di film yang bersetting musim gugur, hehe… Afra yang tadinya merasa kegerahan jadi bisa tersenyum senang.

Alutsista TNI yang Keren Sekali

Tidak lama kemudian, sampailah kami di arena pameran alutsista. Di bagian paling ujung ada stand khusus yang digunakan untuk menampung bantuan yang akan disalurkan ke Palu dan Donggala. Pada pameran kali ini, tidak semua kekuatan pasukan TNI di Malang Raya dilibatkan. Sebagian pasukan berikut alutsista-nya diperbantukan di wilayah gempa Palu-Donggala dan ada yang masih bertugas di Lombok juga. Sip! TNI memang tentara-nya rakyat yang sejati.

Setelahnya, berjajar dengan gagah beraneka kendaraan militer milik TNI Angkatan Darat. Semuanya gede-gede, ngeri, dan keren. Masyarakat boleh berfoto, menyentuh, dan menaikinya, di bawah pengawasan bapak-bapak TNI tentunya.

Alutsista yang pertama kami jumpai adalah Mobil Jihandak (Penjinakan Bahan Peledak). Ini adalah kendaraan milik Satuan TNI yang dipakai saat bertugas mengamankan Kodal (Komando dan Pengendalian), instansi, satuan, sarana dan prasarana TNI maupun non-TNI (atas dasar perintah) dari ancaman dan aksi teror bom dan bahan peledak lainnya.

Lupa senyum karena kepanasan, hehe

Dipamerkan juga berjenis-jenis Tank seperti Tank Anoa, Tank Scorpion, dan Tank Stormer. Si Afra terkagum-kagum dibuatnya. Apalagi saat saya sebutkan bahwa Tank Anoa itu adalah kendaraan lapis baja buatan Malang. Ya, tepatnya buatan PT. Pindad yang letaknya di Turen, Malang Selatan. Afra pernah kami ajak melewati area itu tapi belum pernah sekali pun memegang Tank-nya.

Afra di depan Tank Anoa, kebanggaan Indonesia.

Tank Anoa, nama resminya adalah APS-3 "Anoa" . APS (Angkut Personel Sedang-3;) yang dalam istilah Inggris-nya adalah MPC atau Medium Personnel Carrier. Ya, karena Tank ini dipergunakan untuk mengangkut personel TNI. Nah, tahu dong ya kalau nama Anoa itu berasal dari salah satu hewan langka sejenis kerbau yang hidup di wilayah Sulawesi. Tank Anoa  diperlihatkan pertama kali kepada khalayak pada ulang tahun TNI ke-61, pada 5 Oktober 2006 di markas besar TNI, Cilangkap. Indonesia bisa! 💪

Tank Scorpion adalah satu jenis tank ringan dari jenis Combat Vehicle Reconnaisance Tracked (CVRT) atau kendaraan intai tempur beroda rantai. Light tank ini berasal dari Inggris dan diproduksi oleh Alvis Vickers. Indonesia mulai mendatangkan Tank jenis ini mulai tahun 1997. Total ada 123 unit yang dibeli dalam rentang waktu dua tahun berikutnya.
Tank Scorpion dan spesifikasinya.

Jenisnya bermacam-macam, yaitu Scorpion Tank (FV101) berkanon Cockerill 90 mm, Stormer APC (Armored Personel Carrier/ FV103 Spartan), Stormer Recovery (FV106 Samson), Stormer Logistic, Stormer Bridge dan Stormer Ambulance (FV104 Samaritan). Gak usah dihafalkan ya, hehe. Saya pun mencontek saat menjelaskan ini pada Afra.

Nah, yang paling menarik perhatian saya adalah Kendaraan Peluncur Roket atau Universal Multiple Launcher/AV-LMU. Saya belum pernah sekali pun melihatnya. Ternyata memang itu adalah alutsista terbaru yang dimiliki oleh TNI AD. Kendaraan gagah ini memiliki panjang 9,8 meter, lebar 2,7 meter, dan tinggi 3,15 meter. Si Abi pun tertarik untuk menaikinya. Sambil dibantu seorang anggota TNI yang berjaga di sana, berpose lah dia bareng adek. Cekrek!

Si Adek tidak takut ketinggian, yeay!

Selain itu, terdapat beberapa senjata yang dipamerkan dan boleh dipakai untuk bergaya. Senjata Mesin Ringan (SMR), Canon Scorpion 90 mm, SO 12,7 mm, SO 7,62 mm, SS2V5, Pistol P1 adalah yang tersedia di sana. Maunya sih si Abi mencoba bergaya juga dengan salah satunya, tapi antriannya… alamak! Akhirnya berfoto-foto di dekatnya saja lah.


Bergerak ke arah barat, ada deretan stand-nya TNI Angkatan Laut. Di sini, pengunjungnya cukup berjubel, space-nya tidak seluas TNI AD yang memakai ruang terbuka. Senada dengan TNI AD, anggota TNI AL melayani pertanyaan dan rasa keingintahuan masyarakat dengan baik. Si Abi minta berfoto dengan salah seorang pilot yang berjaga. Kan sama-sama pilot. Yang satunya pilot rumah tangga, heuheu...

Di stand ini dipamerkan sejata ringan seperti AGL, NTW, Black Arrow, SMR : M 60, GPMG, Senjata Sniper jenis  SG. 550, AW, SPR, Stiyer, GALATZ serta Pistol P.228, glock 17, P. 226, Munisi Cal 40 mm Link.



Di sebelahnya tentu saja bagian stand untuk TNI AU. Nah, Si Adek paling senang di stand ini karena banyak replika pesawat, hehe. Ada static show C-212 Casa Aviocar, EMB-314 Super Tucano,  C-130 B/H Hercules, dan EC-120 Colibri.

TNI AU menampilkan amunisi: Bom MK-81 Dummy, Roket FFAR, Peluru 12.7 mm. Juga persenjataan yang terdiri dari: MO 60, MO 81, AW 50, SPR-1, Sniper AX, GPMG, Minimi kal 7,62mm, SS2-V4, Pistol Glock dan pistol G-2 Elite, C-130 B/H, , C-212  /Helly Box/SSDS, dan EMB-314/SIM SUL.

Anytime, anywhere, anything for my country. Sip!

Puas melihat-lihat stand, kami menepi dahulu. Di seberang stand ada banyak penjual makanan dan minuman. Rupanya ada juga “Bazar dan Pasar Rakyat” di situ. Nah, pas ini. TNI unjuk gigi, rakyat pun kebagian rezeki.

Sekitar jam setengah dua siang, kami memutuskan untuk pulang. Harus bergegas jika tidak ingin terjebak kemacetan. Akan ada iring-iringan Aremania di jalan raya. Yups, sore itu ada pertandingan sepak bola antara dua tim besar di Jatim, Arema vs Persebaya. Yuk, cuzzz...

Saat TNI Menjadi Inspirasi

Pameran alutsista seperti ini menjadi ajang kedekatan TNI dengan rakyat yang dijaganya. Para tentara yang tegas dan keras di lapangan itu berubah menjadi sosok-sosok yang ramah dan melayani. Tak heran, anak-anak justru antusias berada di dekat mereka. Tidak takut memegang senjatanya atau menaiki kendaraan militer yang tersedia.

Begitulah, senjata dan kekuatan sejatinya tidak untuk menakut-nakuti tapi untuk melindungi. Ini bisa jadi inspirasi untuk siapa saja yang merasa memiliki kekuatan dan ‘senjata’, termasuk kita para orang tua. Jangan sampai deh anak-anak menurut kepada kita karena merasa takut. Harus karena cinta, dong! :)

Senangnya belajar tentang alutsista. Sampai jumpa tahun depan!

Juga untuk pihak-pihak yang merasa kuat tapi suka menebarkan ketakutan. Stop frightening, start inspiring! Eh, siapa sih yang dimaksud? Boleh ditafsirkan sendiri, hehe...

Oh iya, menurut info, ada juga pertunjukan lainnya, tapi kami tidak ikut menyaksikan. TNI AD memperagakan bela diri Yongmoodo, yaitu bela diri khas militer yang berasal dari Korea. Juga ada peragaan Double Stick atau Ruyung. Sedangkan TNI AL beratraksi terjun Para Static dan Free Fall. Tak mau kalah, TNI AU juga mempertontonkan Terjun Free Fall, Flypast seluruh pesawat, dan atraksi terjun payung.

So, atmosfer militer tidak melulu tentang kendaraan lapis baja dan senjata, tapi juga keterampilan mereka. Pastinya itu dihasilkan dari latihan terus menerus dan berkesinambungan. Kita sebagai rakyat juga harus terus ‘berlatih’ di bidang kita masing-masing, dong.

Negara yang kuat bisa dilihat dari kekuatan militernya. Negara yang maju dan beradab bisa dilihat dari rakyatnya yang tak kenal lelah belajar, bekerja, berusaha, dan berdoa. Setuju?

Terima kasih untuk TNI yang telah menginspirasi. Terus jaga negeri ini, ya. Doa dan dukungan kami menyertaimu.

Salam semangat,





Sumber:
wikipedia
http://stratekno.blogspot.com














You Might Also Like

12 comments

  1. Keren mbak wah jadi pengalaman seru ya buat anak-anak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah, iya, Mbak. Pengalaman seru buat keluarga kami :)

      Delete
  2. Kebayang anak2 pasti suka dibawa ke tempat ini. Banyak bentuk asli dari replika mainan mereka, pastinya. Dirgahayu TNI

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul3. Yang ga asli cuma pesawat hehe karena pastinya terlalu gede. Tapi liat replikanya juga udah seneng

      Delete
  3. Waktu pameran ini saya lagi nunggu mama di RS. Padahal pengen lihat. Hehe... Yuk kapan2 meet up ya nbak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oh, iya Mama mbak Eni sedang sakit. Syafahallah ya, Mbak. Iya nih, smg kapan2 kita bisa ketemuan :)

      Delete
  4. Senjata dan kekuatan sejatinya tidak untuk menakut-nakuti tapi untuk melindungi. Ini bisa jadi inspirasi untuk siapa saja yang merasa memiliki kekuatan dan ‘senjata’, termasuk kita para orang tua...Jlebb!
    Setujuuu bangets nih..
    Kadang sama anak, karena ortu merasa berhak, jadi keluar "senjata" dengan mengancam dan menakut-nakuti mereka ..apalagi kalau pas susah dikasih tahu..hiks! --ini sih akuuu

    Btw, bravo TNI, selamat ulang tahun semoga makin jaya dan semnagat menjadi penjaga bangsa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe, kadang saya gitu juga, Mbak. Terutama pas ngerasa capek, ehh keluar deh ancaman itu, hiks.
      Yess, Bravo TNI kita :)

      Delete
  5. Aku saja baru tahu kepanjangan dari alutsista mbak. Hehehe. Baca tulisan mbak tatiek,saya kok merasa ikut di pameran itu ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe, alhamdulillah klo bermanfaat ya, Mbak. Seru pokoknya pamerannya

      Delete
  6. sewaktu alfra nanya alusista itu apa? Saya udah kebayang kalau dia akan senang melihat pameran senjata begini mbak. Karena baru pertama kali kan, haha

    ReplyDelete
  7. Wah keren ya, wisata literasi jadi dapat pengetahuan baru ya

    ReplyDelete