Cinta Pertama dan Asa, Si Antologi Puisi Bolak-balik yang Cantik


Judul buku: Cinta Pertama dan Asa
Jenis Buku: Antologi Puisi 2 Tema
Penulis: Wulan Deli, Nana Umza, Dira Indira, dkk
(Tim Penulis Puisi Alumni Wonderland Family)
Terbit: Oktober 2018
Penerbit: Wonderland Publisher
Jumlah halaman: 157 (84+73) halaman
Ukuran buku: 14 x 19,5 cm
ISBN: 978-602-489-030-8


Sang Surya sudah semakin tenggelam ketika seorang Mas Kurir datang ke rumah. Ibunda saya yang berada di teras menerima sebuah benda terbungkus plastik hitam. Beliau mengulurkan itu kepada saya yang berada di dapur. Hmm… kiriman paket lagi. Kira-kira dari siapa, ya?

Saya tersenyum, begitu membaca kertas kecil yang bertuliskan nama dan alamat saya. Ada tulisan ‘ASA’ di sana. Wah, dari Wonderland Publisher! Ini pasti buku antologi puisi berjudul Asa dan Cinta Pertama yang saya pesan. Secepat ini datangnya? Ah, Wonderland memang selalu tepat waktu.

Sebelum mandi, saya sempatkan untuk membuka bungkusan itu. Penasaran, sih. Daaan… taraaa! Benar dugaan saya. Beberapa buah buku yang judulnya saya sebut di atas sudah berada di tangan saya sekarang. Penampakannya cantik, perpaduan warna biru laut yang segar dan pink yang romantis. Ide bukunya unik, karena dibikin bolak-balik. Hanya satu buku tapi berasa punya dua.


Alhamdulillah, ini adalah buku antologi saya yang keempat belas. Sekaligus buku antologi puisi saya yang keempat. Ada beberapa scene yang terjadi sebelum buku ini lahir. Berikut kisahnya:

Penjaringan Penulis Terpilih

Bermula dari pengumuman dari owner Wonderland Family (WF), Kak Wulan Mulya Pratiwi pada tanggal 8 Juli 2018. Saat itu Kak Wulan berniat menyeleksi beberapa orang alumni WF yang pernah menulis puisi, baik dalam buku antologi atau buku solo. Selain itu, Kak Wulan mengajukan syarat yaitu jika si penulis terpilih nanti, harus mau menyelesaikan tugas sampai selesai.

Wah, saya jadi tertarik. Walaupun sebelumnya sudah punya tiga buku antologi puisi, tapi sepertinya ini agak berbeda. Tiga antologi puisi sebelumnya adalah hasil nubar (nulis bareng) dan lomba seperti biasanya. Ya, mengumpulkan naskah, diseleksi, terpilih, dan dibukukan. As usual. Berbeda dengan proyek puisi kali ini yang terasa lebih spesial.


Setelah mengisi portofolio singkat tentang puisi dan kesediaan mematuhi aturan, para peserta yang terpillih pun diumumkan pada tanggal 14 Juli 2018. Ada 38 penulis yang terjaring termasuk saya, alhamdulillah. Kami digabungkan di dalam sebuah grup whatsapp untuk diberi pengarahan lanjutan.

Kak Wulan menyampaikan bahwa nantinya akan dipilih satu penulis puisi terbaik dengan hadiah menggiurkan: berhak menerbitkan buku puisi solo secara gratis di Wonderland Publisher. Wow! Nantinya buku puisi itu akan diikutsertakan dalam sayembara puisi nasional. Sementara puisi para penulis lain akan dibukukan. Yeay!

Materi Keren Seputar Puisi

Inilah yang berbeda dari tiga antologi puisi saya sebelumnya.Ada dua buah materi yang berkaitan dengan puisi. Masing-masing disampaikan oleh Mbak Wulan Suminarsih -biasa disapa dengan Bulan- dan Kak  Panji Aswan. Sip! Bekal yang bagus sebelum mulai menulis, nih.



Pemateri pertama, Bulan, sudah pernah menerbitkan dua buah buku puisi Solo yaitu Menulis Bulan (2012) dan Sebatas Waktu (2018). Bulan menyampaikan tentang definisi puisi, yang dalam bahasa Inggrisnya disebut poetry. Saya sebutkan satu saja, ya. Seorang penyair romantik Inggris bernama Samuel Taylor Coleridge berpendapat bahwa puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat berhubungannya, dan sebagainya.

Bulan memaparkan tentang unsur-unsur puisi yang terdiri atas dan struktur fisik dan struktur batin puisi. Tuh, puisi juga seperti manusia, ya. Juga tentang jenis puisi yang terbagi atas puisi lama dan puisi baru. Nah, yang akan kami tulis adalah puisi baru yang bentuknya lebih bebas daripada puisi lama, baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima

Dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang menarik. Salah satu yang saya ingat adalah sebaiknya menulis puisi itu diselesaikan saat itu juga. Menurut Bulan, 70% ungkapan rasa di dalam puisi itu spontan. Jika ditunda, mood atau ‘roh’ puisi bisa hilang. Menulis puisi tidak seperti menulis cerpen dan novel yang bisa ditunda. Benar juga sih, menurut saya.


Pemateri kedua, Kak Panji Aswan, mengisi keesokan harinya. Kak Panji Aswan ini termasuk dalam jajaran 1000 penyair pada buku Apa & Siapa Penyair Indonesia oleh Yayasan Hari Puisi, yang telah melahirkan banyak cerpen dan puisi. Menurutnya, jangan terlalu menggunakan akrobatik diksi saat menulis puisi. Maksudnya, jangan menggunakan diksi yang terlalu ‘wah’ tetapi maknanya tidak bisa didapat. Kak Panji sering membuat puisi menggunakan diksi-diksi sederhana, lalu memainkannya dengan nada, intonasi, dan penekanan pengucapan.


Para Penulis pun Beraksi

Keesokan harinya, para penulis mendapatkan tugas sesuai dengan kesepakatan di awal. Tugas kami adalah menulis 4 buah puisi, masing-masing 2 puisi bertema Cinta Pertama dan 2 puisi bertema Asa. Masing-masing puisi terdiri dari tiga baris, maksimal satu halaman. Tidak memakai huruf kapital di awal kalimat dan tidak memakai titik di akhirnya.

Kami diberi waktu dua pekan untuk mengerjakannya. Nah, ini juga asyik. Puisi kami terlebih dahulu akan direview oleh Bulan. Jika sudah oke, baru naskahnya disetor via e-mail ke penanggung jawab proyek, Mbak Dian Nofitasari. So, puisi-puisi yang dihasilkan insya Allah adalah puisi-puisi pilihan.


Para penulis silih berganti menyetorkan karyanya di grup. Ada yang langsung oke, ada yang masih harus dibenahi terkait typo, diksi, atau Ejaan Bahasa Indonesia (EBI). Saya menulis puisi bertema Cinta Pertama dengan judul Tertawan dan Rasa untuk Baginda. Sedangkan tema Asa, dua puisi saya adalah Dakar dan Primadona. Keempatnya langsung oke tanpa revisi, alhamdulillah. Lanjut setor ke e-mail.

Lahirnya Cinta Pertama dan Asa

Pengumuman satu orang penulis puisi terbaik pun tiba. Yang terpilih adalah Walidah Ariyani yang menulis puisi berjudul Angin Cinta. Dia berhak mendapatkan fasilitas menerbitkan buku puisinya secara gratis. Puisi terpilih ke-2 adalah milik Nana Umza dengan judul Kau. Sedangkan Dira Indira menjadi penulis terpilih ke-3 dengan puisinya, Doa atas Asa. Dan memang, keren-keren lho, puisi mereka.

Setelah itu, kami tinggal menunggu terbitnya sang buku. Sebelum resmi diterbitkan, kami diberi tahu calon cover bukunya seperti apa. Wah, cantik dan unik. Bukan hanya jaket saja yang bisa bolak-balik, buku juga. Memang saya pernah punya buku bolak-balik sebelumnya, sih. Tapi sudah lama sekali. Dan ini… so sweet :)

Buku pertama yang berwarna pink bertema Cinta Pertama. Bukan hanya tentang cinta pertama kepada manusia, tapi beragam tujuannya. Nah, puisi Walidah Ariyani ini mungkin bisa mewakili bahwa cinta pertama itu sangat membekas dan bersejarah. Hayo, bisa menebak ini kisahnya siapa?


Sedangkan tema Asa, tentunya lebih luas lagi cakupannya. Sebagaimana manusia pasti punya mimpi dan cita-cita tersendiri yang berbeda dengan yang lainnya. Sekarang giliran saya yang eksis, ya. Hehe. Dakar dan kecimus adalah dua kata baru yang ingin saya praktekkan saat menulis puisi. Jadinya seperti ini, deh.


Puisi-puisi yang lain asyik dan bagus-bagus. Apalagi tidak terlalu panjang sehingga bagi saya mudah untuk mencernanya. Walaupun maksud puisi-puisi tersebut kadang memang samar-samar, sih. Memang sebaiknya begitu dan di situlah serunya. Ditambah  lagi dengan font yang cukup besar, jadi nyaman deh membacanya. Anda berminat? Bisa hubungi saya :)


Sebagai pecinta kata-kata berima, rasanya saya akan terus tergoda untuk menulis puisi. Masih merasa kurang dan ingin terus belajar. Yuk, ikutan menulis puisi bersama saya!

Salam pecinta puisi,






Postingan ini diikutsertakan dalam program One Day One Post bersama Estrilook Community.
#ODOP_Day11

You Might Also Like

7 comments

  1. Mbak Tatiek selamat yaaa. Puisinya cantikk. Ternyata kita satu buku😍 salam kenal dari saya😘

    ReplyDelete
  2. Wah selamat ya Mba.. bagus bgt puisinya..��.. betul mba terkadang bagi Yg belum terBias seperti Saya agak susah memcernanya, tapi justru itulah Yg istimewa dari sebuah puisi.. duh jadi pengen mulai lagi Nulis puisi ��

    ReplyDelete
  3. Butuh talent spesial untuk nulis puisi yang dalam. Salut sama para penulis puisi ��

    ReplyDelete
  4. Puisi Mbak Tatiek memang daleeem..selalu suka bacanya. Salut!
    Saya nyerah kalau nulis puisi. Jadi penikmat saja sepertinya :)

    ReplyDelete
  5. Wah, keren bikin puisi. Aku tuh kalau tulis puisi setelahnya malah jadi geli sendiri sama hasilnya. Nggak bisa syahdu, gitu hahaha ...

    ReplyDelete
  6. Kereeen Mbak. Nulis puisi itu sepertinya susah, itu buat saya sih. Nanti belajar ah
    Oh yah kita satu grup wa loh. Salam kenal.

    ReplyDelete
  7. Selamat ya Mba...keren buku puisinya, sukses ya

    ReplyDelete