4 Cara Mencegah Stunting di 1000 Hari Pertama Ananda


Ada salah satu hal yang menarik perhatian pada penyelenggaraan Annual Meetings IMF-World Bank Group 2018 di Bali, 8-14 Oktober 2018 yang lalu. Permasalahan stunting turut dibahas pada pertemuan itu, tepatnya pada poin Human Capital Development Index.

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan gizi kronis. Dibahasnya stunting dalam forum internasional tersebut menandakan bahwa stunting adalah juga permasalahan beberapa negara di dunia.

Ciri-ciri Stunting

1. Anak Bertubuh Pendek
Tinggi tubuh anak terlalu pendek dibandingkan anak lain seusianya.


Sumber: hellosehat.com

2. Kemampuan Kognitif Tidak Optimal
Karena asupan gizi tidak terpenuhi, perkembangan otak juga ikut terganggu. Akhirnya, ia cenderung kesulitan dalam berkonsentrasi dan belajar.

3. Sering Mengalami Sakit
Penderita stunting biasanya memiliki imunitas yang lebih buruk dibandingkan dengan anak sebayanya dengan pertumbuhan normal.

Indonesia Darurat Stunting

World Health Organization (WHO) telah menetapkan batasan permasalahan gizi di sebuah negara tidak boleh lebih dari 20%. Faktanya, permasalahan stunting di Indonesia berada pada angka 33 %. Ada 9 juta lebih balita di Indonesia mengalami stunting. Alhasil, Indonesia berada pada posisi ke-5 sebagai negara dengan kasus stunting terbanyak di dunia. Empat negara di atas Indonesia adalah India, Timor Leste, Kamboja, dan Laos.


Sumber: Kemenkes RI

Kondisi darurat stunting tentu saja tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Sejak 2017, pemerintah Indonesia sudah mencanangkan program Gerakan Nasional Pencegahan Stunting. Gerakan tersebut merupakan bagian dari program  Human Capital Development (HCD) yang bertujuan untuk mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang cerdas, sehat, dan produktif. Diharapkan, kemiskinan akan berkurang dan pertumbuhan ekonomi pun bisa meningkat.

Stunting Bisa Dicegah Sejak 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)

1000 Hari Pertama Kehidupan adalah periode percepatan tumbuh kembang yang dimulai sejak terbentuknya janin dalam kandungan (270 hari) hingga anak berusia 2 tahun (730 hari).Maka, pencegahan stunting harus dimulai sejak 1000 hari terbaik ini dengan 4 cara, yaitu:


1. Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Hamil

Sebelum terjadi kehamilan, seorang ibu hendaknya memperhatikan berat badannya, jangan terlalu kurus. Seseorang disebut kurus jika memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) di bawah 18,5. IMT didapat dari pembagian berat badan dalam satuan kilogram dengan tinggi tubuh dalam satuan meter kuadrat.
Sumber: pixabay
Seorang ibu dengan IMT di bawah normal disarankan untuk menaikkan bobot tubuh sekitar 12,7–18,1 kg saat hamil. Hal ini untuk menghindarkan resiko keguguran, berat janin tidak sesuai dengan usia kandungan, bayi lahir prematur, dan bayi lahir dengan berat badan rendah.


Sebaliknya, calon ibu hamil tidak boleh mengalami kegemukan atau obesitas. Penambahan berat badan selama hamil juga tidak boleh melebihi batas yang dianjurkan. Ya, pemantauan berat badan ibu hamil sangat penting karena berkaitan erat dengan pertumbuhan janin, plasenta yang sehat, air ketuban, pengiriman makanan untuk janin melalui aliran darah, dan persiapan untuk menyusui setelah melahirkan.


2. Pemberian ASI dan MPASI

Sebagai langkah awal kesuksesan pemberian ASI, hendaknya dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Proses IMD akan mempercepat rangsangan kolostrum dalam ASI. Zat ini berfungsi sebagai pencegah kematian bayi kerena mengandung protein dan immunoglobulin sebagai antibodi, yang memberikan efek perlindungan pada bayi sampai usia 6 bulan pertama kehidupannya.

Perjuangan selanjutnya adalah pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Makanan terbaik bayi ini adalah sumber gizi utama bagi bayi yang belum bisa mencerna makanan padat. Sebaiknya pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berusia 24 bulan.



Sumber: pixabay

Setelah bayi memasuki usia 6 bulan, ASI saja tidak cukup. Harus diberikan Makanan Pendamping ASi (MPASI) sesuai standar WHO. Prinsipnya mudah saja yaitu bayi boleh makan apa saja dari menu meja makan keluarga, tapi harus memperhatikan: frequency (frekuensi MPASI), amount (jumlah takaran MPASI), thickness (tekstur makanan MPASI), variety (jenis), active/responsive feeding dan higiene.

Pada bayi berusia 6-8 bulan 29 hari, berikan MPASI makanan utama (makan besar) sebanyak 3 kali sehari. Teksturnya adalah makanan lumat/halus (bubur saring, pure atau makanan yang ditumbuk/dihaluskan).

Pada bayi berusia 9-11 bulan 29 hari, berikan MPASI makanan utama (makan besar) sebanyak 3-4 kali sehari. Teksturnya dinaikkan menjadi makanan lembek (nasi tim, bubur tanpa disaring, makanan dicincang halus atau irisan makanan-lunak). Pada usia 8 bulan mulai dikenalkan dengan finger food.

Pada bayi berusia 12-24 bulan, berikan MPASI makanan utama (makan besar) sebanyak 3-4 kali sehari. Pada usia ini, bayi boleh makan makanan keluarga yang dicincang kasar, diiris atau dipegang tangan
.


3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Meliputi akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi, serta menjaga kebersihan lingkungan.


Sumber: indonesiabaik.id

Penerapan PHBS dalam keluarga dimulai dengan adanya kamar mandi dan jamban sehat di tiap keluarga. Anak mulai dibiasakan untuk Buang Air Besar (BAB) di kamar mandi. Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun di bawah air yang mengalir juga harus menjadi gaya hidup sehat di lingkungan keluarga.

Air minum untuk dikonsumsi harus diperoleh dari sumber yang baik seperti saluran PDAM ataupun membeli produk galon yang terjamin kehigienisannya. Bahan makanan yang akan diolah juga harus dicuci bersih di bawah air yang mengalir agar kuman-kumannya hilang, juga meminimalisir kandungan pestisida yang menempel di permukaannya (untuk buah dan sayur).

Sampah rumah tangga yang bisa terurai sebaiknya ditimbun dengan baik jika masih terdapat lahan di belakang rumah. Jika tidak, harus dibuang melalui petugas sampah yang terdapat di tiap kelurahan/desa. Jangan sampai teronggok sehingga menimbulkan bau tidak sedap dan menjadi sumber penyakit. Begitu juga dengan limbah cair rumah tangga harus mempunyai saluran pembuangan yang baik dan tertutup.

Penerapan PHBS di atas dimaksudkan untuk mencegah penyakit yang disebabkan infeksi. Bila anak terkena infeksi, energi yang seharusnya dipergunakan untuk pertumbuhan menjadi teralihkan untuk perlawanan tubuh menghadapi infeksi tersebut. Kondisi sakit juga menyebabkan gizi sulit diserap oleh tubuh, akibatnya pertumbuhan tubuh anak bisa terhambat.


4. Pemantauan Tumbuh Kembang Balita di Posyandu

Gangguan pertumbuhan balita bisa diminimalisir sejak dini dengan pemantauan tumbuh kembang balita di berbagai sarana kesehatan masyarakat. Salah satunya adalah Pos Pelayanan Terpadu atau Posyandu. Layanan ini cuma-cuma dan bisa dijangkau seluruh lapisan masyarakat.

Ada 5 program prioritas yang dijalankan Posyandu yaitu kesehatan Ibu dan Anak melalui penimbangan, KB, imunisasi, gizi, dan penanggulangan diare. Kelima program tersebut sangat mendukung pencegahan stunting karena terdapat penyuluhan dan dorongan untuk menjalankan pola makan, pola asuh, dan sanitasi yang baik pada balita dan keluarga.


Sumber: pixabay


Mari mencegah stunting dimulai dari #1000HariPertamaAnanda. Karena anak-anak kita adalah generasi emas yang berhak hidup sehat dan menjadi manusia unggulan kelak.


Salam,





You Might Also Like

15 comments

  1. What!Indonesia termasuk negara dengan kasus stunting terbanyak di dunia? Hhhhmmm, beneran harus segera bangun kesadaran di masyarakat kita ya...

    ReplyDelete
  2. wah ngeri bangets ternyata kalau kita abai pada 1000 hari pertama tumbuh kembang anak kita.
    Semoga banyak orang tua makin sadar pentingnya pemenuhan gizi bagi 1000 hari pertama ini sehingga kelak generasi penerus bangsa ini akan jadi sehat sehingga mampu menjadikan Indonesia lebih maju. Aamiin

    ReplyDelete
  3. 1000 hari pertama kelahiran memang saat yang krusial utk tumbuh kembang anak. Penting mmwberikan ASI eksklusif dab lanjutkan memberi ASI hingga usianya 2 tahun

    ReplyDelete
  4. 1000 hari pertama adalah masa ke emasan buat tumbuh kembang ananda ya mbak, makasih infonya mbak, lengkap banget

    ReplyDelete
  5. Aku dapet kosa kata dan istilah baru nih...stunting..makasih infonya mba..

    ReplyDelete
  6. ngeri-ngeri gimanaa gitu sama kasus stunting ini. bismillah jadi lebih aware sama pertumbuhan dan perkembangan anak

    ReplyDelete
  7. Sayangnya istilah stunting belum terlalu dikenal ya, Mbak. Mgkn perlu istilah lain,kayak kuntet Kali ya

    ReplyDelete
  8. Sedih pas tau ternyata indonesia salah satu yg terbanyak kena stunting hiks. Emang sih hidup dengan pola sehat itu wajib ya. Duh, mulai sekarang harus nih menjaga pola hidup sehaaaat! Makasih mba sharingnya.

    ReplyDelete
  9. sekarang ada lagi tentang stunting ya, mbak.
    katanya juga MPASI juga sangat mempengaruhi ya. dulu aku masih menganut menu tunggal untuk MPASI di awal bulan pertama. Tapi sekarang sudah tidak sarankan ya, mbak :)
    Jadi dapat ilmu baru :)

    ReplyDelete
  10. Klop deh, aku juga aware banget sama proses 1000 hari pertama anak ini mba. Pengalaman dulu pas anak pertama kena baby blues, anak rewel, panik dan haaaa... gitu deh

    ReplyDelete
  11. Semoga di kehamilan anak ke 3, bisa mempersiapkan segala sesuatu nya dengan lebih baik.. mari kita perangi stunting

    ReplyDelete
  12. Ayooo, Ibu hamil ... Semuanya mulai peduli kesehatan semenjak dini, ya. Yuk bersama kita cegah stunting di bibit-bibit bangsa ini.

    ReplyDelete
  13. Zaman anak² kecil ada Posyandu dan timbang balita, trus pembagian bubur kacang ijo gratis. Trus sempet engga jalan tuh Posyandu pas orde baru lengser. Alhamdulillah...sekarang mulai digalakkan lagi. Bagus tuh jadi masyarakat aware dng kondisi gizi anak² di lingkungan sendiri.

    ReplyDelete
  14. Semoga anak Indonesia bebas stunting ya. Perbaikan gizi mulai dari ibu hamil. Ilmunya kudu dibagikan sampai ke pelosok ni mba.

    ReplyDelete