Setelah kemarin seru-seruan menceritakan tentang diri sendiri, sekarang berlanjut dengan tema tempat makan favorit saya. Yeah, masih menjalani #BPN30DayChallenge2018 di hari ke-7. Duh, hujan-hujan begini ngomongin makanan jadi lapar, deh 😋
Sebelum saya menyebutkan lima tempat makan favorit, saya ingin berkata jujur dulu bahwa saya sekeluarga termasuk jarang berwisata kuliner. Maksimal sebulan 4 kali lah. Bisa disebut jarang, 'kan? Selain itu, saya juga jarang mengabadikan makanan yang sudah terhidang di meja. Apalagi sejak ada si kecil. Anaknya dulu yang harus diurusin 'kan, Mak? 😅
Tapiii... saat ada 'tugas' dengan tema yang ditentukan seperti ini, barulah saya merasa perlu bukti dokumentasi. Next time, semoga saya bisa lebih bersungguh-sungguh mengabadikan momen wisata kuliner. Lumayan kan, ceritanya bisa untuk mengisi blog 😉
Nah, tempat makan yang biasanya kami pilih adalah yang dekat dengan rumah. Lha namanya saja favorit. Pastinya ya yang sering kami kunjungi. Hmm... tapi biar adil dan merata, formasinya 3 versus 2 saja, deh. 3 dekat rumah, 2 yang jauh. Inilah mereka:
1. Warung Pangsit Mie "Raos"
Pangsit Mie sendiri adalah salah satu kuliner andalan khas Malang. Menurut saya sih ini lebih enak daripada Mie Ayam. Bedanya ada pada jenis mie yang digunakan, topping ayam goreng, dan cabenya.
Pada Pangsit Mie, mie-nya lebih lezat dan empuk. Topping ayamnya diiiris atau disuwir, sementara Mie Ayam memakai tumisan daging ayam cincang yang dibumbu kecap. Pangsit Mie 'menyediakan' cabe hijau, Mie Ayam biasanya dicampur dengan saus sambal jika ingin pedas.
Sumber: Budi Setiardy |
Nah, warung Pangsit Mie "Raos" ini adalah salah satu warung legend yang ada di desa saya. Si empunya warung, Pak To Brewok, mulai berjualan sejak tahun 1985. Dulunya, warung Pangsit Mie "Raos" menempati salah satu warung tenda di depan Pasar Pakisaji yang mulai dibuka sekitar jam lima sore. Sekarang, lokasinya beralih di pinggir Jalan Raya Pakisaji, dekat dengan Jalan Rambutan RT 16/RW 04.
Pak To Brewok saat ini tinggal sendirian karena istrinya sudah meninggal. Anaknya ada empat orang, semuanya sudah berkeluarga. Salah satunya adalah teman saya saat SD dulu. Saya ingat betul, setiap kali belajar kelompok di rumahnya, pasti disuguhi Pangsit Mie. Yummy...
Dalam kesendiriannya, Pak To Brewok tetap berjualan tapi memilih lokasi yang lebih dekat dengan rumahnya. Ini adalah kabar gembira untuk para penggemar Pangsit Mie-nya, termasuk saya.
Sumber: Budi Setiardy |
Tidak lain karena rasanya enak dibandingkan para pesaingnya. Harganya memang sedikit lebih mahal yaitu Rp 8.000 seporsi (plus dua bakso berukuran sedang). Para kompetitornya biasanya memasang harga di angka Rp 5.000 tapi tanpa bakso. Sebenarnya sama saja sih, ya 😊
So, saya berani memberikan nilai 4 dari 5 untuk Pangsit Mie "Raos" ini.
2. Warung Bakso Cak Kosim
Ini juga salah satu warung yang cukup populer di desa saya. Dulunya, Cak Kosim, sang pemilik warung adalah penjual bakso keliling. Sejak saya masih SD, beliau mampir ke kampung saya setiap hari. Biasanya untuk menunaikan salat dan gerobaknya ditinggal di luar musala.
Cak Kosim mempersilakan para pembelinya untuk mengambil sendiri bakso jika beliau sedang salat. Mengandalkan kejujuran, nih. Orangnya ramah pula. Akhirnya beliau berjodoh dengan salah seorang ART-nya tetangga saya. Setelah menikah, bisnisnya maju pesat. Benar-benar berkah ini mah.
Saat ini, Cak Kosim mempunyai tiga warung bakso yaitu di dalam Pasar Pakisaji, di dekat rumahnya, dan membuka cabang di desa sebelah. Seringnya sih saya membeli bakso yang di dalam pasar karena lebih dekat jaraknya.
Warungnya sudah mulai dibuka sejak pukul delapan pagi sampai baksonya habis. Isi baksonya beragam, khas Bakso Malang. Ada bakso kecil, bakso Tim besar, goreng, tahu putih-coklat, mie kuning, bihun, dan lontong. Harganya menyesuaikan karena boleh memilih isinya. Biasanya sih saya membeli dari Rp 5.000 sampai Rp 10.000
Rasanya lumayan enak. Nilainya 3.5 dari 5, lah. Bukan bakso yang paling saya sukai, sih. Salah satu alasan saya membeli di sana karena dia dan istrinya orang baik. Membeli sekaligus silaturahmi. Saya merasa tentram juga karena Cak Kosim menyembelih sapi sendiri sebagai bahan baku baksonya. Halal itu tetap nomor satu. Bukankah begitu?
3. Warung Nasi Goreng Selva
Warung ini menempati salah satu warung tenda di depan Pasar Pakisaji. Buka mulai pukul lima sore sampai sekitar pukul sepuluh malam. Nasi Goreng memang nikmat disantap saat sarapan atau makan malam.
Warung ini termasuk baru di wilayah saya. Saya tidak terlalu mengenal penjualnya karena beliau pendatang, mengontrak rumah di sini. Tapi rupanya banyak juga pelanggannya. Kadang si empunya warung ini melayani pesanan juga untuk acara semisal arisan.
Sumber: Selva Herwanti |
Nah, saya punya kisah tak terlupakan dengan Nasi Goreng Selva ini. Tepatnya saat masih hamil si kecil dulu. Saya teler di trisemester pertama, tidak doyan makan. Eh, tiba-tiba saja saya ingin sekali makan Nasi Goreng Selva.
Alhamdulillah, berhasil. Saya bisa makan lahap, hehe. Alhasil, hampir setiap hari saya dibelikan nasgor tersebut. Iya lah, saya saat itu manjah pada misua Dan ibunda, hehe. Biasanya saya request nasgor yang tanpa menggunakan saus dan penyedap. Tetap enak, sih.
Nilai untuk Nasi Goreng Selva 4 dari 5, lah. Enak, toppingnya lengkap, dan porsinya cukup banyak. Cukup mengeluarkan isi kocek sebesar Rp 8.000 saja per porsi.
Btw, gara-gara Nasi Goreng Selva, saya menjadi lebih sering memasak Nasi Goreng di rumah. Padahal sebelumnya, saya sih biasa saja dengan menu yang satu itu.
4. Ayam Goreng Nelongso
Nah, rumah makan Ayam Goreng Nelongso (AGN) ini juga berkaitan dengan masa kehamilan saya. Tapi saya sudah memasuki trisemester kedua saat itu. Setelah melihat-lihat instagram, lha kok saya jadi kepengen tak tertahankan. Padahal 'hanya' ayam goreng. Waktu itu AGN memang masih baru di Kota Malang dan sedang gencar melakukan promo di instagram.
Hmm, kenapa namanya Nelongso, ya? Itu karena pemiliknya, Nanang Suherman, pernah mengalami masa-masa nelongso alias sengsara sebelum memiliki AGN. Dia adalah anak broken home, pernah hampir melakukan aksi babi ngepet, tapi gagal. Dia juga sampai harus menjadi pemulung.
Pelanggan sering berjubel seperti ini |
Sekarang, omzetnya sudah miliaran rupiah. Outletnya tidak hanya di Malang, tapi juga di Sidoarjo, Surabaya, Gresik, Jember, Bandung, Depok, Jogja, dll. (Mungkin) ada 38 outlet AGN saat ini.
Tapi ini limited edition, sekitar 20-30 porsi saja per hari |
Salah satu daya tarik AGN adalah harganya yang terjangkau. Awalnya sih menyasar para mahasiswa di Malang. Anak kos kan kadang nelongso ya makannya, hehe... Waktu itu dengan Rp 5.000 saja sudah dapat nasi, sayap, ceker, dan sambal yang maknyuss. Nah, sebagai penyuka pedas, saya cocok dengan sambalnya.
AGN buka selama 24 jam. Tak harus ke outletnya, bisa juga via Abang Ojek Online. Kurang apalagi, coba?
Nilai untuk AGN 4 dari 5 juga, deh.
5. Pondok Desa Resto
Restoran ini mengusung tagline "The Best Traditional Restaurant". Konsepnya memang menghadirkan kelezatan kuliner tradisional nusantara, terutama seafood. Ada berbagai macam ornamen, bangunan, properti, dan peralatan makan bernuansa tradisional.
Menu andalannya seperti: Nila Sarang Telur, yang digoreng renyah dan gurih, Gurami Goreng Selfie, Udang Bakar Sate, dan Kepiting Jumbo Asap. Ada juga sih yang non-seafood seperti Tahu Telor Pondok Desa, Mie Jawa Pedas, sampai Es Dawet.
Restoran ini memiliki tiga cabang yaitu di Mall Olympic Garden (MOG), Jalan Tumenggung Suryo, dan Giant Ekstra Kebonsari. Nah, saya sekeluarga memilih yang paling dekat dengan rumah yaitu yang di Kebonsari. Resto ini buka mulai pukul 10.00 sampai 22.00 WIB.
Pertama kali masuk ke sana, saya merasa nyaman sih. Dekorasi ruangannya bagus, terkesan artistik. Waktu itu sedang menuju jam berbuka puasa. Pengunjungnya lumayan penuh. Si kecil agak rewel pula, jadi mana sempat berswafoto di spot 3D. Ya, resto ini mengklaim sebagai resto 3D pertama di Kota Malang.
Sumber: pondokdesa.wordpress.com |
Pelayanannya cukup ramah. Tapi, menurut saya menu yang kami pesan agak lambat datangnya. Mungkin karena pengunjungnya banyak sih, ya. Sedangkan rasa makanan di resto ini menurut saya sih standar. Tapi beneran, suka dengan suasananya. Pantesan, resto ini pernah dinobatkan sebagai juara ke-2 dalam event Jawa Pos Culinary Award 2017 untuk kategori The Best Indonesian Restaurant.
Bolehlah saya kasih nilai 4 dari 5 juga. 🙂
Nah, itulah review ala-ala saya, hehe. Agak susah juga sih harus mereview 5 tempat makan sekaligus. Apalagi -sekali lagi- minim dokumentasi. Alhasil, postingan ini jadi yang paling lama prosesnya di tantangan ini, hiks. Maju mundur antara diteruskan atau tidak.
Pesan moralnya: walaupun bukan food blogger, saya sebaiknya tetap mengabadikan wisata kuliner saya. Insya Allah, segera dipraktikkan ^^
Salam kuliner,
#BPN30DayChallenge2018
#BloggerPerempuan
#Day7
#5TempatMakanFavorit
15 comments
aduhhh..ituu enak bbanget kayanya nasgornya mbaa...jadi ngiler liatnyaa nihh
ReplyDeleteDari kapan penasaran sama ayam goreng nelongso, alhamdulillah terjawab di blog mbak Tatiek�� deh interior dan makanannya
ReplyDeleteSiang-siang gini, ngepas banget posting makanan. Lagi pengen bakso, liat ini, makin mantap. Cuuuuus langsung ke tukang bakso, ahhh. Hihihihi
ReplyDeleteBikin ngiler menu dan harga nya inih aje gileee
ReplyDeleteWhuaa waktu ke Malang aku sempat lewati ayam goreng nelongso, sempat kepo juga cuma kami udah punya jadwal ke tempat lain. Whuaa trims untuk review singkatnya ya mba.
ReplyDeletePangsit Mie raosnya bikin ngiler mbak. Legendaris banget ya, mulai Mbak sekolah?
ReplyDeleteCuman koq jauh di Pakis Aji.
Suka yang nelongso. Ada paket murahnnya juga meski limited edition.
ReplyDeleteMbak itu ayam goreng nelongso harga murcee bener dah...bukan malah bikin nelongso tapi bikin bahagiooo
ReplyDeleteKayaknya kalau ketemu kita pas deh...jajannya suka bakso kwkwwk. Jadi kapan? :D
Unik namanya. Padahal ga buat nelongso pembelinya, ya.
ReplyDeleteDuh aku jadi kangen ke malang, tahun kemarin kesana rasanya blum.bisa move on, mudah2an ada kesempatan dan rezeki bisa ke malang lagi
ReplyDeleteOwalah mb tatiek wong pakisaji to? Kalo ke pondok desa mampir mbak, udah dekeet, sktar 10 menit lagi nyampee.
ReplyDeleteKalo Malang pasti identik ama bakso nya ya. Tapi ternyata pangsit mi juga jadi andalan. Semoga bs ke Malang deh biar bisa icip pangsit mi malang.
ReplyDeleteKebetulan hanya nelongso yg pernah sy kunjungi mbak
ReplyDeleteAku terkesima sama Ayam Goreng Nelongsonya. Tapi InsyaAllah kita nggak akan nelongso kan Mbak, saat menikmati ayam gorengnya? Hihihi ...
ReplyDeleteAku gak bs nolak kalo masalah pangsit mie dan bakso. Bolehkah dicobain kalo ke Malang mbak. Di Gresik juga ada ayam nelongso, sambel nya tuh ambil sendiri. Jadi puas :)
ReplyDelete