Tentang Adil, Sahabat Takwa


"Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
(QS. Al Maidah: 8)

Ayat Alquran di atas sering disebut oleh para ustaz atau guru-guru ngaji untuk mengingatkan kaum muslimin tentang pentingnya bersikap adil. Yang paling ditekankan biasanya adalah kalimat "Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa."

Luar biasa. Padahal predikat takwa ini tidak main-main. Biasanya ia hanya dijanjikan pada orang-orang yang beriman yang bersedia memenuhi seruan-Nya. Misalnya pada ayat tentang perintah puasa yang tujuan akhirnya adalah bertakwa.

Lha, ternyata dengan bersikap adil pun kita bisa dekat dengan predikat takwa. Tapiii, mudahkah bersikap adil? Ternyata tidak semudah itu, yaa akhi Ferguso!

Berdasarkan Surat Al Maidah ayat 8 di atas, ada dua makna keadilan yang benar-benar harus kita perhatikan, yaitu:

1. Adil, berarti menegakkan kebenaran berdasarkan hukum Allah

Ini ditegaskan pada awal ayat di atas, yaitu "Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah."

Ya, karena Allah adalah Dzat Yang Maha Adil. Dia lah yang menciptakan hukum yang pasti baik bagi manusia yang diciptakan-Nya. Apapun hukum yang berlawanan dengan hukum Allah pasti cacat. Jikapun tampak baik di satu sisi, terdapat banyak kerusakan/mudharat di banyak sisi yang lain.

Misalnya: hukum Allah berkata bahwa pernikahan sesama jenis itu dilarang. Itu demi kebaikan manusia sendiri. Adakah yang melanggar? Banyak!

Mereka beralasan macam-macam dari A sampai Z. Mereka berkata bahwa menjadi gay itu membuat mereka lebih tentram, misalnya. Sekilas mereka merasakan kedamaian. Tetapi apakah itu benar-benar sebuah kedamaian sejati ataukah justru kedamaian semu?

2. Adil, berarti memberikan hak pada yang lain sebagaimana mestinya

Pada penggalan ayat selanjutnya berbunyi, "Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil."

Hal ini menjelaskan bahwa sebenci apapun kita pada seseorang atau golongan, kita harus tetap bersikap adil pada mereka. Ya, karena semua orang punya hak untuk diperlakukan secara adil, meskipun dia bukan orang yang beriman. Bahkan hewan dan tumbuhan pun punya hak tersendiri untuk diperlakukan secara adil.

Hmm... Ini jadi PR tersendiri, bukan?

Biasanya, jika kita tidak suka pada seseorang atau golongan, kecenderungan kita adalah memojokkan mereka, menjatuhkan harga dirinya, dan segala cara lain agar kita lah yang tampak lebih unggul. Tidak selalu, sih. 

Tapi coba kita tengok realitanya saat kampanye pilpres berlangsung. Betapa sengitnya pertarungan antara Cebong dan Kampret. Ups...

Lalu, jika dihubungkan dengan para pejuang el-ji-bi-ti seperti di atas, maka pada makna adil yang kedua inilah terdapat tuntunan tentang bagaimana memperlakukan mereka. Ya, para pejuang el-ji-bi-ti tersebut tetap punya hak untuk sembuh dan kembali ke jalan yang benar. Yang salah adalah perbuatan mereka, bukan orangnya. Karena setiap orang yang bersalah sangat mungkin bisa berubah (menjadi lebih baik).

Adil. Hanya 4 huruf. Namun ternyata pelaksanaannya tidak sesederhana jumlah hurufnya. Perlu keberanian dan pengendalian diri agar adil benar-benar bisa kita realisasikan dalam perbuatan.

Ya, berbuat adil sungguh memerlukan perjuangan. Jika bisa memenangkan perjuangan itu, hadiahnya sungguh indah: dekat dengan takwa. Siapa kiranya kaum muslimin yang tidak menginginkannya? 

"Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling takwa diantara kamu." (QS. Al Hujurat: 13)

Wallahu a'lam bish shawwab




Salam pejuang adil,








#ODOPDay21

You Might Also Like

0 comments