Mengunjungi Masjid Muhammad Cheng Hoo Pandaan yang Menawan



Adalah sebuah kebiasaan bagi keluarga kami untuk melaksanakan prinsip "sekali dayung, dua-tiga pulau terlampaui" saat bepergian. Setelah sampai di tempat tujuan, -kalau memungkinkan- kami berusaha mampir di tujuan lain yang searah. Tak lain agar perjalanan kami bisa full manfaat dan full pengalaman. Hemat juga, dong. 😉

Begitu pula saat saya sekeluarga mengunjungi Kebun Raya Purwodadi di Pasuruan. Saya dan suami berencana berangkat pagi-pagi agar tidak terkena macet. Kawasan Malang Utara begitu terkenal dengan kemacetannya jika tidak disiasati dengan berangkat pagi-pagi. Selain itu, kami ingin mampir dulu ke sebuah masjid cantik yaitu Masjid Muhammad Cheng Hoo di Pandaan, Pasuruan.

Alhamdulillah, strategi yang pas karena mobil kami bisa melaju bebas hambatan karena kami sudah berangkat dari rumah sejak pukul 6 pagi. Lancar jaya. Bahkan saat kami memasuki area Singosari dan Lawang di Malang Utara, tidak ada kemacetan sama sekali. Wah, senangnya. Padahal kawasan itu terkenal sebagai kawasan padat merayap.

Sempat berhenti sebentar di jalan untuk sarapan, kami pun meneruskan perjalanan ke tujuan kedua. Sebenarnya, Masjid Muhammad Cheng Hoo justru terletak di bagian utara Kebun Raya Purwodadi, tujuan pertama kami. Namun, acara kopdar komunitas di Kebun Raya Purwodadi masih berlangsung pukul 9. Cuzz dulu lah ke Pandaan.

Cukup mudah menemukan Masjid Muhammad Cheng Hoo yang arsitekturnya mirip dengan klenteng itu. Masjid tersebut terletak di Jalan Raya Kasri nomor 18 alias di jalan raya utama pada pertigaan arah menuju Pasuruan, Malang, dan Surabaya. Tidak terlalu jauh dari Terminal Pandaan.

Masjid seluas 550 meter persegi ini dibangun dengan anggaran sekitar 3,2 milyar rupiah yang berasal dari Pemerintah Kabupaten Pasuruan. Diresmikan pada tanggal 27 Juni 2008 oleh Bupati Pasuruan saat itu, H. Jusbakir Aldjufri. Wah, saat itu saya masih berada di Batam.

Sesuai dengan namanya, masjid ini bertujuan untuk menghargai jasa Laksamana Muhammad Cheng Hoo dalam usahanya menyebarkan ajaran Islam di Jawa Timur. Masjid ini juga menjadi tempat berkumpul Komunitas Tionghoa Muslim Indonesia area Jawa Timur. Biasanya, mereka mengadakan acara di lantai satu masjid yang memang merupakan ruang pertemuan.

Langit begitu cerah saat kami tiba di sana. Terlihat para pesepeda melepas lelah di area gerbang masjid yang megah. Beberapa diantara mereka mengabadikan diri berlatar masjid. Harus bergantian karena pengunjung lain juga sikit berganti ingin berfoto di sana.

Suami saya memarkirkan mobil di sebelah kiri masjid. Lahan parkirnya cukup luas. Sip, deh. Kawasan Masjid Muhammad Cheng Hoo Pandaan ini memang jauh lebih luas daripada Masjid Muhammad Cheng Hoo yang ada di Surabaya.

Kami melangkah perlahan ke pelataran masjid, menatap bagian atas pintu masjid bagian depan yang bertuliskan lafaz Allah. Masjid berwarna merah ini sebenarnya tidak hanya bergaya ala Tiongkok tapi juga ada unsur Jawa dan Arabnya juga. Lengkap, deh.

Ornamen ala Tiongkok tampak jelas pada lampion-lampion merah yang bergantung di dekat pintu masuk itu. Terdapat pula prasasti yang menjelaskan tentang Laksamana Muhammad Cheng Hoo dengan ukir-ukiran indah. Benar-benar instagramable! Di sebelahnya ada jam lonceng klasik yang menambah daya tarik bagian depan masjid.

Suami saya melangkah ke ruang wudhu, hendak menunaikan salat Dhuha. Saya menjaga si kecil yang tampak antusias naik turun tangga masjid yang berada di kiri dan kanan pintu masuk. Sesekali dia berguling-guling asyik. Hmm... Benar-benar harus dijagain, nih. It's okay sepanjang dia tidak mengacau di ruang utama salat.

Setelah suami saya selesai, giliran saya yang menuju kamar mandi masjid. Saat itu suasana cukup sepi. Wah, kamar mandinya bersih dan wangi. Ini yang saya suka. Takmir masjidnya rupanya cukup cermat. Ya, kadang keindahan sebuah masjid itu bisa berkurang gara-gara kamar mandinya yang kurang terjaga.

Nah, di luar kamar mandi wanita yang berbatasan dengan teras masjid lantai bawah itu ada lapak penjual beraneka asesoris yang berhubungan dengan Masjid Muhammad Cheng Hoo, seperti kaus, gantungan kunci, dll. Sayangnya, saat itu lapaknya belum dibuka.

Saya meneruskan langkah ke ruang salat wanita di lantai dua dengan menaiki tangga di sebelah kanan masjid. Ruangan salatnya berwarna dominan merah dihiasi emas. Tampak lega dan cantik. Adem rasanya salat di sana. Beberapa waktu lamanya memang saya habiskan untuk memandang sekitar terutama bagian atas langit-langit masjid.

Setelah merasa cukup, saya kembali turun ke bawah menemui si kecil dan suami. Sebenarnya saya ingin melihat-lihat juga koleksi perpustakaan yang ada di lantai satu. Tapi sepertinya belum dibuka, sama dengan lapaknya tadi.

Jadi? Kami memutuskan untuk duduk-duduk di pinggiran pelataran masjid. Suasana masih tampak ramai seperti tadi. Masih juga orang-orang berganti berfoto di depan gerbang atau depan masjid. Banyak juga rupanya yang sekadar singgah untuk melihat-lihat tanpa melakukan salat. It's okay.

Sebenarnya ingin berlama-lama di sana. Apalagi si kecil tampak betah karena areanya cukup luas. Tapi karena waktu terus bergerak, kami harus segera menuju Kebun Raya Purwodadi. InsyaAllah kapan-kapan saya ingin mampir ke Masjid Muhammad Cheng Hoo itu lagi. 

Teman-teman, jika suatu saat melintasi Jalan Raya utama Pandaan, jangan lupa mampir ke Masjid Muhammad Cheng Hoo ini, ya. Atau ada yang sudah pernah singgah?

Masjid Muhammad Cheng Hoo
Jl. Petung Sari, Petungasri, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur (67156)



Salam pecinta masjid, 
Tatiek



#ODOPDay28

You Might Also Like

0 comments