8 Tradisi Lebaran di Indonesia yang Istimewa


Hari Raya Idulfitri atau hari lebaran di Indonesia selalu dihiasi dengan tradisi yang khas, yang tidak terdapat di negara-negara lain. Tak heran, mereka yang merantau keluar negeri biasanya rindu dengan tradisi lebaran negeri ini. Kata "lebaran" itu sendiri juga lahir dari tradisi di masyarakat Indonesia. 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata "lebaran" artinya adalah hari raya umat Islam yang jatuh pada tanggal 1 Syawal setelah menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan.

Sebagian orang Jawa berpendapat bahwa kata "lebaran" berasal dari bahasa Jawa yaitu kata "wis bar", yang artinya "sudah selesai". Maksudnya, sudah selesai melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadan yang dimaksud. Ada pula yang menyebut bahwa "lebaran" adalah bentuk pendek dari kata "lebar" yang dalam bahasa Jawa yang artinya usai/selesai.



Sedangkan orang Betawi berpendapat bahwa kata "lebaran" berasal dari kata lebar yang dapat maksudnya adalah "luas". Filosofinya yaitu ada keluasan atau kelegaan hati setelah melaksanakan ibadah puasa, dan rasa gembira menyongsong hari kemenangan.

Nah, adapun tradisi lebaran di Indonesia yang selalu dirindukan itu adalah:

1. Tunjangan Hari Raya

Tunjangan Hari Raya alias THR memang hanya ada di Indonesia. THR adalah hak para ASN dan pekerja/buruh untuk membantu pemenuhan kebutuhan mereka menjelang lebaran. Biasanya THR diberikan dua pekan sebelum lebaran.

Saya sendiri sangat bersyukur bisa menikmati THR yang diberikan oleh tempat kerja suami. Kebutuhan lebaran bisa terpenuhi dan bisa menabung juga. Alhamdulillah. 

2. Takbir Keliling

Sejak saya masih kecil, acara takbir keliling kampung selalu rutin dilakukan di malam terakhir Ramadan. Anak-anak menyambut penuh suka cita. Beberapa orang tua ikut mengawal barisan takbir keliling itu karena kadang rombongan takbir keliling melewati pinggir jalan raya.

Alangkah syahdunya suara takbir yang berpadu bedug bertalu-talu itu. Ada keharuan yang biasanya menyusup di hati saat kebesaran Allah disebut-sebut. Obor-obor kecil ikut menghiasi malam yang indah itu.

3. Mudik

Ini adalah tradisi pulang kampung yang terus berlangsung hingga hari ini. Segala modal transportasi selalu penuh dan sigap melayani perjalanan para pemudik. Harga tiket mahal pun kadang tidak dipedulikan demi bisa mudik. Karena ada kerinduan akan kampung halaman yang harus disalurkan. Libur lebaran beberapa hari cukup untuk bersilaturahmi dengan saudara, kerabat, dan tetangga di kampung. 


Tidak semua penduduk Indonesia melakukan mudik, sih. Mereka yang di perantauan atau mereka yang tempat tinggalnya sekarang berjauhan dengan daerah asal yang bisa merasakan asyiknya mudik. Saya adalah salah satu diantaranya.

4. Ketupat

Ketupat adalah hidangan wajib saat lebaran tiba. Ia berisi beras yang dimasukkan ke dalam anyaman janur dan dikukus hingga matang. Rasanya mirip lontong dan biasanya dihidangkan dengan opor ayam. Yummy. 

Membuat anyaman janur kadang cukup sulit bagi sebagian orang. Tak usah khawatir, ada kemasan ketupat yang langsung jadi. Kita tinggal mengisinya dengan beras. Beres! 


Ah, saya jadi teringat saat saya dan suami masih merantau ke Batam dulu. Kami berkeliling kampung dengan dikomando Pak RT. Mengunjungi rumah-rumah tetangga dan pulang dengan perut kenyang. Lha wong kami diharuskan mencicipi ketupat di setiap rumah yang kami singgahi. 

Sedikit berbeda dengan tradisi makan ketupat di daerah saya, Malang. Biasanya ketupat itu hadir sepekan setelah lebaran dengn diantarkan ke rumah-rumah tetangga. Istilahnya adalah Riyoyo Ketupat atau Lebaran Ketupat. 

5. Kue-kue Lebaran

Nastar dan kastengel memang bisa ditemui kapan saja di toko-toko kue. Namun keduanya lebih istimewa jika dihidangkan dalam stoples di ruang tamu saat lebaran, untuk di cicipi oleh para tamu yang berkunjung ke rumah. 

Begitulah. Tradisi menyuguhkan kue lebaran bertahan hingga sekarang. Bisa berupa kue kering bikinan sendiri, kue kering pesanan di toko kue, ataupun kue-kue produksi pabrikan. Biasanya kue-kue itu menghiasi meja ruang tamu masyarakat Indonesia saat lebaran tiba. 

7. Salam Tempel

Walaupun bukan sebuah keharusan, memberi uang pada anak-anak di dalam amplop kecil adalah sebuah kegembiraan bagi saya setiap lebaran tiba. Indahnya bersyukur atas rezeki dengan berbagi. 


Ada yang tidak sepakat dengan tradisi salam tempel ini. Ya, tidak harus. Jika budget pas-pasan, memberi salam tempel bisa diabaikan, kok. Juga untuk anak-anak yang menerimanya; katanya akan membuat anak money oriented. Ya, ya. Kembali lagi kepada didikan orang tuanya untuk menanamkan pengertian tentang salam tempel itu.

Saya mencoba mengambil sisi positifnya: saya berbagi, anak-anak saya yang menerima dari orang lain bisa mendapatkan tambahan yang untuk ditabung. 

8. Halal bi Halal

Tradisi maaf - memaafkan yang digelar secara massal ini tidak dikenal di Arab sana walaupun istilahnya memakai bahasa Arab. Biasanya yang melaksanakan adalah instansi pemerintah, sekolah, perkumpulan/komunitas, sampai gabungan warga di kampung.

Tujuannya adalah untuk memudahkan orang bertemu di suatu titik lalu bersilaturahmi di situ. Jika tidak sempat mampir ke rumah seluruh teman, menghadiri halal bihalal halal bisa menjadi solusi. 


Nah, itulah delapan tradisi lebaran di Indonesia yang selalu saya nikmati keberadaannya. Tradisi yang menjadikan lebaran sebagai hari yang berbeda dengan hari-hari lainnya. Istimewa! 

Bagaimana dengan tradisi lebaran di daerah teman-teman? 




Salam, 
Tatiek Purwanti




#bpnchallenge2019 
#bpnramadhanchallenge 
#BPNetwork 
#bpnblogpostchallenge 
#bpn30dayblogpost 
#bpn30dayblogpostchallenge
#Day25

Sumber gambar: instagram

You Might Also Like

0 comments