Apakah arti puasa
Puasa tidak makan
Puasa tidak minum
Sejak subuh sampai magrib
Apakah arti puasa
Puasa menahan lapar
Puasa menahan haus
Dan menjaga perilaku
Allah sangat suka
Allah sangat senang
Bagi anak puasa, diberi pahala
Ditempatkan Allah dalam surga
Pada awal puasa Ramadan kemarin saya berdendang lagunya Tasya yang berjudul "Arti Puasa" seperti yang tertulis di atas. Saya melakukannya di depan si kecil Akmal (2 tahun 10 bulan). Tiba-tiba saja dia hendak menangis.
"Lho, kenapa, Dek?"
"Padahal adek haus," jawabnya polos, membuat saya tersenyum geli.
"Adek boleh minum, kok. Yang tidak boleh itu Ummi, Abi, Mbak Afra, dan Yangti. Semua sedang puasa," jelas saya.
Dia tidak menjawab lagi, tapi pasti merekam apa yang saya katakan. Terbukti, keesokan harinya saat dia menyantap es krim, dia berkata, "Mbak Afra gak boleh makan es krim, soalnya lagi puasa."
Alhamdulillah, dia paham akhirnya. Ya, memang si adek masih kecil. Tapi sedikit demi sedikit saya ingin menjelaskan padanya tentang puasa di bulan Ramadan secara sederhana. Pun ditambah dengan aksi kami sekeluarga yang tidak makan dan minum di siang hari. Cukuplah kiranya sebagai bekal dasar baginya tentang hakikat puasa.
Memperkenalkan Puasa Sejak Dini
Saya jadi teringat cara memperkenalkan puasa dan mengajak si Mbak Afra dulu untuk belajar puasa di bulan Ramadan. Saya juga mulai menjelaskan tentang puasa kurang lebih di usia 3 tahun padanya. Saat itu yang saya dendangkan adalah lagu "Rukun Islam yang Lima" dengan nada lagu "Balonku Ada Lima". Ada juga buku berisi gambar kartun menarik tentang cerita anak yang berpuasa yang saya bacakan untuknya.
Afra mulai belajar puasa setengah hari saat duduk di bangku TK. Saya cukup terbantu dengan penjelasan guru-gurunya di sekolah tentang anak salih/shalihah yang belajar berpuasa. Tantangan awal tentu saja adalah bangun sahur. Dia belum bisa bangun jam 3 dini hari, jadi saya membangunkan dia sahur setelah subuh. Sebagai ajang latihan, saya kira boleh-boleh saja.
Dia cukup senang saat waktu berbukanya tiba: azan Zuhur berkumandang. Tapi ada tantangan lagi saat dia mulai tak tahan haus sekitar pukul lima sore. Kurang sedikit lagi magrib. Si Abi berinisiatif mengajaknya bermain-main sambil menunggu azan magrib. Ternyata membujuk anak seperti itu untuk mengalihkan rasa haus-laparnya telah ada pada masa Rasulullah.
“Rasulullah mengutus untuk mengumumkan pada pagi hari asyura’ di wilayah kaum Anshar yang berada di sekitar kota Madinah.
‘Barang siapa yang pagi hari ini berpuasa, hendaklah menyelesaikannya. Barang siapa yang tidak berpuasa (sudah sarapan), hendaknya menahan (makan dan minum) sampai selesai.’
Setelah adanya pengumuman itu, kami berpuasa dan mengajak anak-anak untuk melaksanakan puasa. Kami juga mengajak mereka ke masjid dan memberikan mereka mainan dari kulit (wol). Jika mereka menangis karena lapar, kami menyodorkan mainan sampai waktu berbuka puasa tiba.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Menghidangkan Kreasi Hidangan Menarik
Anak-anak selalu tertarik dengan hal-hal lucu, termasuk makanan dan minuman. Tidak hanya bekal sekolah saja yang perlu dibuat menarik, hidangan sahur dan berbuka juga. Jangan lupa kandungan gizinya juga harus seimbang, ya. Tidak hanya sekadar enak.
Dengan demikian, saat sahur dan berbuka menjadi istimewa bagi si anak. Menjadi waktu yang ditunggu-tunggu. Selipkan juga pesan untuk bersabar menunggu sampai azan tiba. Harus berlaku jujur dengan tidak mencicipi makanan/minuman yang menarik itu walaupun tidak dilihat oleh orang tua. Ya, ada Allah SWT Yang Maha Melihat.
Memberikan Apresiasi
Ada banyak tantangan yang dihadapi si anak saat dia mencoba belajar berpuasa. Jika dia sudah bisa menahan dirinya, bisa jadi godaan datang dari teman-temannya yang tidak berpuasa. Berikan pengertian bahwa anak salih/shalihah itu memang seorang pejuang, jadi harus berjuang dengan sabar. Ingatkan juga bahwa anak sabar itu disayang Allah.
Maka saat dia berhasil melewati satu hari tantangan berpuasa, segera apresiasi pencapaiannya itu. Pujilah dia dan ajak terus agar bisa terus berhasil berpuasa. Sesekali ajak berbuka puasa di luar agar dia tahu bahwa banyak yang berpuasa juga seperti dia. Bisa juga memberikan hadiah di akhir Ramadan sebagai tanda dia telah menjadi juara puasa.
Ajak Salat Tarawih di Masjid/Musalla
Salah satu ciri khas Ramadan adalah adanya salat Tarawih yang biasanya semarak dihadiri oleh umat Islam. Ajak anak untuk merasakan nuansa berbeda itu dengan hadir di masjid/musalla. Anak akan mengingat bahwa Ramadan -bulan puasa itu- memang waktu yang istimewa.
Tentunya diperlukan persiapan yang matang agar anak tidak membuat gaduh di masjid/musalla. Afra dulu sudah bisa diarahkan untuk tertib di dalam musalla saat kelas 1 SD. Jika capek, boleh tidak ikut salat tarawih sementara asal tidak mengganggu orang lain/anak lain.
Nah, itulah diantara kenangan saya dalam mengajari anak saya berpuasa dengan cara menyenangkan. Kesan awal tentang puasa Ramadan harus baik agar dia selalu mengingat kebaikan-kebaikan selama bulan Ramadan. Usaha itu akan saya ulangi lagi untuk si adek kelak. Insya Allah, semoga tahun depan saya sekeluarga masih dipertemukan dengan Ramadan lagi. Aamiin.
Nah, kalau cara teman-teman mengajari anak berpuasa seperti apa? Silakan berbagi di sini.
Salam,
Tatiek Purwanti
#bpnchallenge2019
#bpnramadhanchallenge
#BPNetwork
#bpnblogpostchallenge
#bpn30dayblogpost
#bpn30dayblogpostchallenge
#Day21
Sumber foto: dok pribadi, pexels
0 comments