Blitar, Tempat Singgahku yang Tak Hanya Sebentar

Sumber: IG @iloveblitar


Saya kira setiap orang selalu punya tempat-tempat istimewa di hatinya. Biasanya itu berkaitan dengan tanah kelahiran, kota tempat kuliah, daerah yang pernah lama disinggahi, atau sebuah belahan bumi yang sangat ingin dikunjungi. Ada yang ingin menambahkan?

Nah, saya sendiri punya beberapa daerah istimewa yang selalu lekat di hati. Pertama, tentunya Malang. Di sana lah tempat saya dilahirkan, besar, dan menjadi daerah saya menetap hingga sekarang. Kedua adalah Blitar, daerah asal ayah dan ibu saya. Ketiga yaitu Batam, karena saya pernah berjuang di sana selama satu dasawarsa. Dan yang keempat adalah Solo, daerah asal suami saya. Sebenarnya ada deretan daerah lain yang juga berkesan, tapi cukup segitu dulu lah. Kali ini saya ingin membicarakan tentang Blitar, sebuah kabupaten yang bersebelahan dengan Malang, yang selalu ingin membuat saya datang ke sana.

Blitar -sebagaimana Malang- terbagi menjadi dua, ada kota dan kabupaten. Nah, yang ingin saya bicarakan adalah kabupaten Blitar, daerah asal keluarga besar saya.  Eyang dari pihak ayah dan dari pihak ibu, semuanya berasal dari sana. Bedanya, keluarga eyang dari pihak ayah saya sudah berpindah tempat ke Malang sejak ayah saya masih duduk di bangku SMP. Sedangkan eyang dari pihak ibu tetap menghuni daerah yang terletak di kaki gunung Kelud itu. Setelah ayah dan ibu saya menikah, tentunya ibu mengikuti ayah ke Malang dan terpisah dari orang tua dan saudara-saudaranya yang tetap berada di Blitar sana.



Tujuan Mudik Pertama

Setiap lebaran tiba, Blitar menjadi tujuan pertama keluarga kami. Tentu saja, karena masih ada Eyang Putri yang selalu menunggu kehadiran kami. Ibu saya merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, dan semua kakak-adiknya tinggal di sekitar eyang saya. Akhirnya, acara pergi ke sana menjadi sebuah rutinitas yang tidak cukup hanya sekejap saja. Setelah sowan ke rumah eyang, pastinya kami juga berkeliling ke semua sanak saudara. Di luar lebaran, minimal tiap triwulan pasti kami berkunjung ke sana. Pernah juga sih setiap bulan saat ada kerabat yang meninggal atau mengadakan hajatan.

Jarak dari rumah saya ke desa Bajang, kecamatan Talun, tempat eyang saya berada sekitar 50,6 kilometer. Selain kendaraan pribadi, kereta api dan bus bisa menjadi pilihan untuk menuju ke sana. Dalam perjalanan, biasanya kami akan singgah sebentar di tepi bendungan Karangkates, menikmati panorama wisata air yang tersedia di sana. Jika sudah mencapai kawasan ini, tandanya gapura perbatasan Malang-Blitar sudah semakin dekat.

Begitu masuk kabupaten Blitar, tulisan Hurub Hambangun Praja segera terbaca di beberapa ruas jalan. Itu adalah semboyan dari daerah ini yang berasal dari tiga kata dalam bahasa Jawa, yang terdiri atas  hurub” (membara), “hambangun” (membangun), dan “praja” (kerajaan/negara). Jika dirangkai, maknanya menjadi “Semangat membangun negeri”. Sebuah semboyan yang bagus dan sangat bisa kita aplikasikan, bukan?

Sumber: trip-suggest.com
Berwisata? Ayo Aja!
  
Memasuki desa Bajang, saya seakan merasa berada di tempat wisata. Sebenarnya yang terbentang di depan mata adalah areal persawahan yang luas dan menghijau. Sejak saya masih kecil dulu sampai sekarang punya anak kecil, luas persawahan di desa eyang saya nyaris tidak berkurang. Ya, karena penduduk desanya mayoritas menjadi petani. Ditambah dengan sungai-sungainya yang mengalir jernih, lengkap sudah suasana desa yang sebenarnya.

Daerah tujuan wisata beneran tentu saja ada. Walaupun setahu saya jumlahnya tidak sebanyak di Malang, tetap saja keberadaan kawasan wisatanya membuat ingin terus berkunjung ke sana. Berikut di antaranya:

Candi Penataran

Candi Penataran adalah sebuah candi bercorak Hindu, yang merupakan komplek candi terbesar di Jawa Timur. Terletak di desa Penataran kecamatan Nglegok, tepatnya di lereng barat daya gunung Kelud. Dari pusat kota, ada jarak yang terbentang sekitar 12 kilometer ke arah utara.
Sumber: blitarkab.go.id
Candi ini dibangun pada masa Kerajaan Kediri dan terus dipergunakan sampai masa Kerajaan Majapahit. Pada relief candinya terdapat kisah Ramayana (kisah cinta Rama dan Shinta), juga kisah Krisnayana (romansa antara Krisna dan Rukmini).

Candi Plumbangan

Candi ini terletak di desa Plumbangan, kecamatan Doko. Sebenarnya bangunan ini lebih tepat disebut sebagai gapura bergaya paduraksa, yaitu gapura dengan atap menyatu. Pada umunya, fungsi dari gapura paduraksa adalah sebagai candi ruwatan, juga sebagai batas wilayah atau komplek bangunan tertentu. Di sekeliling gapura tersebut, terdapat prasasti dan sekumpulan artefak lain seperti yoni, arca, dan jaladwara (unsur bangunan yang berfungsi untuk mengalirkan air).
Sumber: IG @ferinams


Candi Sawentar

Candi Sawentar terletak di desa Sawentar, Kecamatan Kanigoro. Di dalam Kitab Negarakertagama, Candi Sawentar disebut juga Lwa Wentar. Candi ini diperkirakan dibangun pada awal berdirinya Kerajaan Majapahit. Bahan baku candinya adalah batu andesit, berukuran panjang 9,53 meter, lebar 6,86 meter dan tinggi 10,65 meter.
Sumber: IG @dodik_aws

Pantai Jolosutro

Pantai ini yang terletak di desa Ringinrejo, Kecamatan Wates. Berjarak sekitar 45 km dari kota Blitar ke arah Selatan. Pantai Jolosutro terletak di kawasan laut Jawa bagian selatan yang memiliki ombak besar dan sangat indah. Maka ada larangan bagi wisatawan untuk mandi di pantai ini.
Sumber: IG@cheezna10

Pantai Tambakrejo

Pantai Tambakrejo terletak di desa Tambakrejo, kecamatan Wonotirto. Pantai ini banyak dikunjungi karena pemandangannya  yang indah, dan berpasir putih yang cukup bersih. Tidak seperti pantai Jolosutro, ombak di  pantai Tambakrejo tidak terlalu besar, sehingga aman untuk bermain-main atau bahkan mandi di pantainya.
Sumber: IG @sungkawaningsih


Pantai Serang

Pantai Serang terletak di desa Serang, kecamatan Panggungrejo. Pantai ini memiliki hamparan pasir putih yang cantik. Bibir pantainya cukup panjang dengan ombak yang tidak terlalu tinggi, maka pengunjungnya dapat dengan tenang bermain air laut. Pantai Serang terkenal dengan ritual tradisionalnya yaitu Larung Sesaji yang dilakukan setiap tanggal 1 Suro. (1 Muharram dalam penanggalan kalender Hijriyah)
Sumber: IG@dianitalutfi


Danau Rambut Monte 

Danau ini terletak di desa Krisik, kecamatan Gandusari. Airnya jernih  kehijauan, dihuni oleh ikan-ikan yang oleh warga sekitarnya disebut dengan ikan Dewa. Di dalam kawasan wisata danau ini juga terdapat candi dan  petilasan, yaitu tempat untuk bermeditasi.
Sumber: IG @ayodolan

Gua Embultuk

Gua Embultuk terletak di desa Tumpakkepuh, kecamatan Bakung. Gua ini adalah gua alam yang di dalamnya terdapat stalagmit dan stalaktit. Panjang gua ini sekitar 1500 meter, dengan tinggi sekitar 3 meter.
Sumber: IG @jelajahblitar


Perkebunan Teh Sirah Kencong

Perkebunan teh yang merupakan milik Persero Perkebunan Bantaran PTPN XII ini terletak di desa Ngadirenggo, Kecamatan Wlingi. Pemandangannya yang menghijau begitu menakjubkan. Terdapat aliran sungai yang membelah perkebunan ini sehingga menambah daya tarik tersendiri. Pengelola perkebunan ini menawarkan oleh-oleh yaitu teh dengan merk “Ken Tea”.


Sumber: IG @aris.baihaqi


Lho, kok tidak menyebutkan makam Bung Karno? Nah, makam proklamator kemerdekaan Indonesia itu terletak di kota Blitar, bukan di kabupaten-nya. Semoga lain kali saya bisa menuliskannya di sini. Yang jelas, Blitar selalu membuat kerinduan saya bergetar. Inilah sebuah daerah yang selalu ingin saya kunjungi. Daerah kedua yang sangat saya cintai. Adakah dari Anda yang pernah berkunjung ke sini?

Salam,




Tulisan ini diikutsertakan dalam program Tantangan #SatuHariSatuKaryaIIDN
 
Referensi: blitarkab.go.id

You Might Also Like

4 comments

  1. Sangat suka dengan semboyannya Blitar: Hurub Hambangun Praja

    ReplyDelete
  2. Replies
    1. Hehe, percaya, Om. Monggo kalo mau punya KTP Blitar selamanya. Kami tunggu, ya :)

      Delete