[Resensi] Damar Hill: Meraih Cita dan Cinta di Saat yang Sama itu Bukan Mustahil
- January 31, 2018
- By Tatiek Purwanti
- 4 Comments
Saya mungkin termasuk yang terlambat
membeli dan membaca novel yang bersampul unik ini, Damar Hill. Sebenarnya sih
sudah tertarik dari awal saat infonya diposting di wall facebook penulisnya,
Bulan Nosarios. Tapi saat itu jatah membeli buku sedang jatuh kepada si kakak,
Afra. Ya sudahlah, saya mengalah dulu. Juga ada kesempatan mendapatkan novel
ini secara free saat Mbak Dian Restu Agustina mengadakan giveaway di blog-nya.
Ehh, bukan rezeki saya ternyata. It’s okay. Akhirnya Damar Hill pun berada
dalam genggaman saya pada akhir Desember 2017 yang lalu.
Sebelumnya novel ini hadir, saya
sudah berteman di facebook dengan Mbak Bulan Nosarios. Saya tahu bahwa beliau
sebelumnya pernah menulis novel amore yang memenangi lomba menulis di Gramedia
Pustaka Utama (GPU), By Your Side. Novel keduanya kembali ber-genre sama:
amore. Setahu saya genre ini adalah salah satu ciri khas-nya GPU yaitu menawarkan
bahasa puitis, kisah cinta romantis, dan berakhir dengan happy ending. Nah, ini
pas dengan selera saya. Romantis itu sungguh manis.
Ya, saya tidak pernah bosan dengan
kisah keromantisan di dalam sebuah novel. Apalagi setelah saya membaca resensi
Damar Hill yang ternyata tidak hanya bercerita tentang cinta dua anak manusia.
Ada banyak hal-hal baik dan pelajaran berharga yang terkandung di dalamnya.
Setelah tuntas membacanya, saya mencatat deretan hikmah berikut quote yang
menyertainya sebagai berikut:
Pulang adalah Tantangan
Apa yang akan kita lakukan ketika
kehilangan pekerjaan di ibukota? Walau pun ada hal yang memberatkannya,
Nadya Sera memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya di Takengon, Aceh.
Mantan pustakawan berusia dua puluh enam tahun itu akan menghadapi tantangan
baru yang pastinya tidak mudah. Tapi apakah beratnya sebuah tantangan adalah
alasan untuk menyerah?
“Surat itu mengingatkannya tentang
rumah. Pelan-pelan rindu itu datang lagi.” (halaman 9)
Kopi dan Buku adalah Teman Akrab
“Dia suka duduk di dekat jendela
yang menghadap taman kecil. Tempatnya sejuk dan rimbun, dan dia suka melihat
bagaimana cahaya matahari memantul di dinding kacanya. Nadya bisa menghabiskan
satu buku dan tiga cangkir kopi di sana.” (halaman 10)
Sebuah situasi yang nyaman untuk membaca, bukan? Kebiasaan itu Nadya lakukan di sebuah kedai kopi bernama Red Mountain, dan di sana lah ia bertemu dengan Daryl Sukmawan. Pertemuan yang akhirnya berlanjut di Damar Hill. Ya, gara-gara kopi dan buku.
Bukit, Danau, dan Pedesaan adalah
Keindahan
Novel ini mendeskripsikan dataran
tinggi Gayo, salah satu daerah penghasil kopi unggulan di Indonesia, dengan
memesona. Begitulah keindahan, ia -salah satunya- begitu lekat dengan alam. Dan
Damar Hill terletak di antara mereka.
“Di malam hari, rumah itu terlihat menyala di atas bukit dalam kegelapan.” (halaman 44)
Kebahagiaan Itu Sederhana Saja
“Kenapa hidup terlihat mudah untuk
sebagian orang,dan sangat sulit untuk orang lain? Memiliki keluarga normal,
apakah itu terlalu mewah untuknya?” (halaman 62)
Ya, kebahagiaan yang didambakan Nadya mungkin adalah hal yang biasa bagi kita. Sebuah renungan untuk lebih banyak mengucap syukur bagi saya.
Tujuan Mulia di Balik Usaha
Memulai bisnis penginapan tua adalah
sebuah perjuangan yang tidak mudah. Ditambah lagi, Damar Hill selalu
mengingatkannya akan sebuah luka. Nadya memilih untuk berdiri dan
menghadapinya.
“Sebagian kesedihan harus dihadapi juga, bukan? Penginapan itu menghidupi beberapa keluarga. Aku tidak ingin menutupnya.” (halaman 89)
Memilih dan Takdir pun Berlaku
Seperti Nadya, Daryl juga punya luka
dan punya pilihan untuk dijalankan. Dia pun memilih dan takdir selanjutnya
bercerita tentang apa yang dipilihnya. Ya, keduanya melakukan hal hampir sama
untuk meraih cita dan cinta mereka.
“Kadang dia sendiri masih terkejut dengan pilihan yang dia ambil. Ya, dia pernah membayangkan untuk berhenti bekerja di salah satu kantor Red Mountain, untuk menekuni hal yang paling disukainya. Tapi mengelola kebunnya sendiri, dekat dengan seseorang yang membuatnya kembali melihat kehidupan?” (halaman 246)
Membaca Damar Hill adalah membaca
tentang sebuah pencerahan. Lika-liku kisahnya sebenarnya dekat dengan
keseharian kita, masalah-masalah di dalamnya mungkin kita hadapi juga. Tapi ada
kekuatan kata-kata yang memanjakan saraf-saraf saya, membuatnya rileks dan
memancing sebuah bahagia. Seandainya novel ini difilmkan, insya Allah saya akan
berusaha mendukung dengan menjadi penontonnya.
Ah, kopi saya menjelang dingin. Saya
hampir lupa meminumnya gara-gara membuka-buka lagi novel ini. Yuk, ngopi!
Info Buku:
Judul
buku: Damar
Hill
Penulis: Bulan Nosarios
Penerbit: PT. Gramedia
Pustaka Utama
Cetakan: ke-1, September 2017
Tebal: 312 halaman
ISBN: 978-602-03-7592-2
Salam pecinta romansa,
Tulisan ini diikutsertakan dalam program Tantangan #SatuHariSatuKaryaIIDN
4 comments
Tulisannya bikin gk tahan pengen segera beli bukunya. Udah bulan januari, tapi belum kebeli juga hehe... Pengennya beli buku ini buat hadiah suami
ReplyDeleteHehe, rekomendid nih, Mbak. Buruan beli :)
DeleteSuka baca resensinya..Jadi pengin baca lagi sambil ngopi :)
ReplyDeleteResensi ala saya, nih. Aslinya masih ada beberapa pesan lagi dari novel ini yang saya temukan setelah selesai ngepost :) yuk ngopi sambil baca lagi :)
Delete