[Resensi] Gadis Pecinta Hujan yang Kesepian
- January 26, 2018
- By Tatiek Purwanti
- 3 Comments
Januari masih tersisa lima hari
lagi. Demikian juga dengan hujan. Masih belum ada tanda-tanda ia ingin undur
diri. Hujan, tidak sedikit yang bersungut-sungut karena kedatangannya. Tapi
tidak terhitung pula yang menyukai kehadirannya. Bagi para pecinta hujan,
biasanya mereka mengawalinya dengan doa. Agar hujan datang membawa rahmat, dan
bukan bencana. Ada pula yang menjadikannya sumber inspirasi. Maka hujan
tertuang dalam berbagai deskripsi warna-warni yang berwujud puisi, lagu, cerita
pendek, hingga novel. Resensi buku saya kali ini pun ingin berbicara tentang
hujan dan seorang gadis kesepian yang mencintainya.
Buku ini berjudul Gadis Pecinta
Hujan yang Kesepian, sebuah judul berima yang membuat penasaran. Mengapa dia
bisa sampai merasakan kesepian, sih? Judul bukunya diambil dari tulisan juara
favorit 1 hasil lomba menulis flash fiction 200 kata yang diselenggarakan oleh
Mazaya Publishing House, pada bulan Juli 2017 yang lalu. Penulisnya adalah
seorang gadis muda berbakat yang berasal dari Serang,
Banten, Eka Agustina,
yang biasa juga memakai
nama pena Tina Han. Saya menjadi teman facebook gadis yang
ramah ini beberapa
waktu yang lalu. Kesan saya untuk flash fiction-nya ini: kaya diksi dan keren,
dengan twist ending yang bikin melongo. Good job, Dear!
Eka
Agustina memakai POV1
atau sudut pandang orang pertama di dalam flash fiction-nya ini. Pada halaman
ke-57, ‘aku’ berkisah tentang dirinya, seorang gadis romantis, yang begitu
mencintai hujan. Hujan yang datang seakan membawa serta sebentuk kerinduan.
Rindu yang teramat sangat dan bercampur dengan kepedihan. Ya, ia jadi merasakan
sebuah kesepian yang menyakitkan. Duh, andaikan saya berada di sampingnya,
ingin rasanya menguatkan bahunya. Atau menawarkan secangkir kopi panas berikut
obrolan hangat sehingga sepinya pergi.
Saya ingat bahwa silent depression itu
berbahaya, tapi sebenarnya bisa diatasi. Salah satunya dengan bentuk perhatian
yang sungguh-sungguh dari orang sekitarnya. Tapi, rupanya ‘aku’ punya cara
sendiri agar dia tidak merasa kesepian lagi. Dan itu… membuat saya seperti
tidak bisa berkata-kata. Penasaran? Coba mampir ke akun facebook Eka Agustina ini, ya. Karena si
penulis pernah membagikan tulisan juaranya ini di sana. Lebih bagus lagi kalau
memesan buku ini ke penerbitnya, hehe. *promosi, pula.
Saya sendiri lagi-lagi menjadi
kontributor di buku yang menjadi buku antologi keempat saya ini. Ada dua flash
fiction saya yang tampil di buku ini, yaitu Love Sacrifice di halaman 87 dan Tetangga Galak di halaman 155.
Seperti pada buku antologi ketiga, dua tulisan saya ini juga terinspirasi dari
kisah nyata keseharian yang sedikit saya beri bumbu agar lebih sedap
rasanya. Nah, sekarang
saya ingin berperan sebagai emak pecinta hujan yang berbaik hati yaitu dengan
membagikan dua flash fiction saya di sini. Selamat membaca!
Love Sacrifice
Oleh: Tatiek Purwanti
“Beli mobil satu lagi dong, Mas,” pinta istrinya sepekan
lalu.
Sebenarnya mobil mereka masih tergolong bagus. Ketinggalan
zaman, alasan istrinya. Seperti biasanya, Yudi mengiyakan.
Untuk istri cantiknya itu, apa sih yang tidak? Selama dua
tahun pernikahan, semua keinginan istrinya pasti dikabulkannya. Demi cinta,
harus ada pengorbanan.
“Kami sudah ingin menimang cucu,” ujar ayahnya bulan lalu.
“Anita belum siap,” jawabnya.
Sejujurnya Yudi juga rindu tangisan bayi. Tapi ia tidak
ingin mengusik Anita yang sedang menikmati karirnya. Yudi sudah siap
konsekuensinya. Ia selalu bangga menikahi Anita, gadis tercantik di kampusnya.
Yudi merasa tidak salah pilih. Karirnya terus melesat
semenjak menikah. Tapi sebenarnya ia tidak punya tabungan. Semua habis untuk
gaya hidup gemerlapan.
Mobil mahal keluaran terbaru itu sudah di garasi. Yudi
tersenyum, tapi ada gelisah. Itu diperolehnya dari megutak-atik keuangan
perusahaan. Ia manajer keuangan di sana. Tidak ada jalan lain. Ia yakin tidak
akan ketahuan. Semua diperhitungkannya dengan matang.
Yudi pulang lebih awal siang itu. Kepalanya pusing.
Jendela kamarnya terbuka. Pasti Anita lupa menutupnya sebelum berangkat bekerja
tadi.
“Serahkan kunci mobilmu!” sebuah hardikan diikuti sesosok
lelaki berbaju jingga mengagetkannya. Dingin belati menempel ketat di lehernya.
Di jalan raya, sirine mobil polisi meraung-raung. Mereka
memburu dua puluh narapidana yang kabur dari penjara semalam. []
Tetangga Galak
Oleh: Tatiek Purwanti
Hidup bertetangga tanpa memandang bulu itu perlu. Walau kadang tidak nyaman, kita
bisa mengambil hikmah dari karakter mereka yang berbeda dari kita. Misalnya
karakterku yang kalem ini sering ciut nyali jika ada ibu lain yang memasang
muka tidak ramah. Duh, ingin lari rasanya.
Seperti sikap tidak bersahabat yang aku temui beberapa
hari ini. Setiap aku melewati halaman depan rumah Bu Qonita, pandangan tajam
itu mengawasiku. Padahal aku hanya berhenti sebentar, memperhatikan tingkah
laku anak-anaknya yang lucu. Ingin rasanya mengelus kepala mungil mereka. Tapi,
jangankan mengelus. Pandangan itu seakan berkata: “Pergi sana! Jangan ganggu
anak-anakku!”
“Dia memang galak. Kucingku yang cuma lewat di dekatnya
juga kena labrak,” kisah tetanggaku yang lain. Wah, sampai jadi omongan orang
begitu.
Tapi aku tidak menyerah. Apalagi aku memang ingin
bertandang ke rumah Bu Qonita sore ini, menghantarkan ketupat sayur. Tradisi di
kampung kami sepekan setelah lebaran. Tiba-tiba gerimis turun. Aku melangkah
cepat.
Aku menjumpainya lagi di sudut halaman. Dia tidak
memperhatikanku kali ini. Kulihat ia sigap melindungi anak-anaknya dari
tetesan hujan dengan dua sayapnya. Hangat dan aman. Aku tersenyum memandang
bulu putihnya. Aku paham sekarang. Ibu ayam memang galak demi melindungi
anaknya dari ancaman.
Bu Qonita membukakan pintu yang kuketuk.
“Silakan masuk, Jeng.” []
Boleh
memberikan kritik dan saran untuk tulisan saya di atas, ya. Maksud saya sih
ingin menghadirkan kesan tegang dan lucu, gitu. Semoga maksud saya bisa
ditangkap melalui kata-kata tersebut, yang dibatasi hanya dua ratus itu.
By the
way, ada nama lain yang tertera di judul buku yaitu Andi Annisa Ivana Putri
sebagai juara favorit 3. Gadis belia yang berasal dari Denpasar ini menulis
flash fiction berjudul Kereta di Hari Sabtu yang terdapat pada halaman 79. Ini
berkisah tentang seorang gadis penumpang kereta yang selalu berjumpa seorang
pemuda bersuara berat di akhir pekan. Walaupun tak saling sapa, ternyata si
pemuda juga hapal bahwa keduanya selalu berada dalam gerbong yang sama. Si
pemuda selalu membawa bunga anyelir merah di tangannya. Awalnya saya mengira
bahwa ending tulisan ini akan berkisah seputar romansa dua anak manusia,
ternyata malah lebih dari itu. Ya, flash fiction ini mengingatkan saya bahwa
cinta tidak selalu tentang kekasih yang dipuja, tapi juga tentang sosok yang
kasihnya tak terhingga sepanjang masa.
Saat
saya menyelesaikan tulisan ini, hujan sedang turun dengan derasnya di luar
sana. Si kecil saya sedang tertidur lelap bersama impian indahnya. Saya tergoda
lagi untuk membuka-buka buku setebal 172 halaman ini. Ada 86 flash fiction yang
ingin kembali saya nikmati bersama tetesan-tetesan air hujan yang seakan tidak
mau berhenti. Menulis flash fiction itu seru, membacanya pun rasanya juga begitu.
Yuk, membaca dengan bahagia!
Info Buku:
Judul buku: Gadis Pecinta Hujan yang Kesepian
Penulis: Eka Agustina, Andi Annisa Ivana Putri, dkk (Finalis lomba menulis flash fiction 200 kata
tingkat nasional 2017)
Penerbit: Mazaya
Publishing House
Cetakan: ke-1,
Oktober 2017
Tebal: 172 halaman
ISBN:
978-602-6362-59-9
Salam pecinta
hujan,
Tulisan ini diikutsertakan dalam program Tantangan #SatuHariSatuKaryaIIDN
3 comments
Mbaaak..Itu yang pertama bagusnyaaa...terus yang terakhir endingnya...tak tertebak. Keren!!
ReplyDeleteSaya masih harus belajar lagi bikin FF ini..Mungkin karena biasa nulis ber ratus/ribu kata jadi saat dibatasi bingung sendiri hihihi...#alasannggakmenang hahahah
Saya juga masih belajar nih. Pas ada lomba FF 100 kata saya ga ikutan, mikir gimana meringkasnya hehe. Nah kalo mbak Dian mah jagonya cerpen, lanjuuut Mbak :)
DeleteDulu waktu hujan saya suka ada perasaan sedih campur semangat. Hujan membuat saya sedih tetapi setelah itu muncul sebuah harapan baru di hati yang keluar lewat sebuah doa di dalam hati ☺️
ReplyDelete