The Fear Between Us: Terbit Novelku, Hilang Takutku
- January 06, 2018
- By Tatiek Purwanti
- 4 Comments
Bertahun-tahun yang lalu saya
membaca sebuah artikel pendek yang ditulis oleh M. Irfan Hidayatullah tentang
membangun makna lewat remah kata. Ketua Umum Forum Lingkar Pena periode
2005-2009 itu menyebutkan bahwa kata adalah kendaraan bagi makna. Ya, berbagai
kata yang dikumpulkan oleh seorang penulis dimaksudkan sebagai sarana penyampai
makna. Metaforanya menurut saya unik, yaitu:
Puisi
adalah motor bagi kata
Cerpen adalah angkot bagi kata
Novel adalah bus bagi kata
Skenario adalah pesawat bagi kata
Artikel adalah taksi bagi kata
Esai adalah bajaj bagi kata
Cerpen adalah angkot bagi kata
Novel adalah bus bagi kata
Skenario adalah pesawat bagi kata
Artikel adalah taksi bagi kata
Esai adalah bajaj bagi kata
Psst... waktu itu belum ada taksi
online atau ojek online. Jadi mereka gak masuk hitungan, ya. :D So, saya yang ingin terus belajar
menulis akhirnya jadi berpikir: harus nih
mencoba naik semua kendaraan yang tersebut di
atas. Yang paling menarik perhatian saya adalah novel. Asli saya penasaran
sekali. Ingin banget menulis cerita minimal seratus halaman seperti jumlah
halaman novel pada umumnya. Tapi bagaimana memulainya?
Novel adalah bus bagi kata |
Mengikuti
Lomba, Memacu Asa
Di tengah kerempongan menemani
anak-anak bermain, ada sebuah tantangan menggoda pada bulan Agustus 2017 yang
lalu. Yups, lomba novel. Boleh nih dicoba, pikir saya. Apalagi tema yang
dilombakan ternyata sudah ada di dalam angan-angan saya. Walaupun sebenarnya
saya kurang yakin juga karena deadline-nya
tinggal sebulan lagi. Take it or leave
it?
Bismillah... akhirnya saya
memutuskan untuk mencoba dulu. Mumpung ide sedang berdesakan di otak dan meminta untuk dikeluarkan. Maka
langkah pertama saya adalah meminta izin suami dulu. Iya, dong. Karena selama
sebulan-an pastinya saya akan berusaha lebih fokus menulis dan saya perkirakan
akan ada sedikit family time yang
terpangkas. Alhamdulillah, suami saya yang baik dan ganteng pun mengizinkan. Ia pun jadi lebih sering mengajak
anak-anak bermain dan membiarkan saya sendirian di jam-jam tertentu yang kami
sepakati.
Mulailah saya membuat outline cerita di sebuah notes kecil.
Coret sana, coret sini. Meriset dari berbagai sumber seperti Mbah Gugel,
buku-buku, dan pengalaman orang lain. Lalu mulai mengetik sedikit demi sedikit
setiap harinya. Ternyata tantangannya lumayan juga. Apalagi saat tiba-tiba ada ide yang mengubah outline awal yang dibuat sebelumnya.
Karena saya rasa ide barunya lebih
oke, perombakan kecil
pun saya lakukan. Merasa
jenuh dan mentok? Pernah, dong. Jika sudah seperti itu, saya memilih menjauhi
laptop dan... tidur :D
Pilihan refreshing yang saya lakukan tersebut ternyata memang cocok buat
saya. Saya tidak perlu piknik jauh-jauh, cukup piknik ke pulau kapuk, hehe.
Setelahnya, pikiran terasa fresh
sehingga saya bisa melanjutkan tulisan saya lagi. Saya menikmati prosesnya dan sering menemukan lanjutan cerita
justru saat saya membiarkan jari-jari saya menari di atas keyboard. Menurut yang saya pahami, itulah yang namanya metode fast and free writing.Yups... just type and find the magic!
Ketika Kalah,
Jangan Menyerah!
Alhamdulillah,
naskah novel saya pun bisa kelar tepat pada waktunya. Mepet deadline, sih. Tapi saya masih sempat
melakukan beberapa kali self editing. Lega,
karena beberapa opini dan imajinasi saya sudah tersalurkan di dalam naskah novel
tersebut, tidak hanya dipendam di dalam hati saja. Hasilnya? Ternyata naskah saya
tidak terpilih. Ada sedih, sih. Tapi saya segera menyadari bahwa niat awal saya
memang ingin belajar. Hasil itu juga menunjukkan bahwa saya masih butuh banyak
jam terbang.
Saya tetap bersyukur karena berhasil melewati tantangan menulis
selama sebulan yang saya tetapkan sendiri. Ya, di bulan Agustus 2017 itu teman-teman
member Blogger Muslimah Indonesia sedang melakukan writing challenge juga selama sebulan yaitu One Day One Post (ODOP).
Saya sudah melakukan hal yang sama dengan ranah yang berbeda. So... bye sadness!
Saya tetap
berniat untuk melakukan editing ulang dan menerbitkan naskah novel tersebut
secara indie. Seorang teman saya
menyarankan agar saya mengajukan naskah tersebut ke penerbit mayor. Pingin,
sih. Tapi rasanya wilayah saya sekarang indie
dulu, deh. Menerbitkan secara indie
bagi saya hampir sama dengan mem-publish
tulisan di blog. Sebuah blog tidak pernah menolak tulisan kita, bukan? Seorang
blogger juga bebas menerbitkan post
barunya kapan saja dan tidak perlu menunggu lama. Minusnya jika menerbitkan secara indie tentu saja harus
keluar biaya dulu. :)
Selamat Datang
Buku Solo Pertama!
Setelah melakukan
editing ulang di sana-sini dengan durasi yang cukup lama, akhirnya saya pun
menemukan sebuah penerbit indie yang sesuai. Pilihan saya jatuh kepada Jejak Publisher, sebuah penerbit buku
indie yang aktif menyelenggarakan lomba menulis dan website-nya selalu ter-update.
Saya pernah mengikuti sebuah lomba menulis fiksi mini yang diselenggarakan
Jejak Publisher dan berhasil menjadi salah satu kontributor. Kinerja mereka oke
dari segi ketepatan waktu informasi lomba, penerbitan sertifikat peserta, dan
pengiriman buku hasil lombanya. Hal-hal itu menjadi pertimbangan saya, selain
memang biaya penerbitannya yang pas di kantong.
Saya mulai
mengajukan naskah saya pada tanggal 8 Desember 2017 dan terus melakukan kontak
via e-mail dengan penerbit. Saya jadi mengetahui tentang seluk beluk perjanjian
penerbitan itu seperti apa. Sebuah hal baru yang pastinya menambah pengalaman
saya. Alhamdulillah, novel saya yang berjudul “The Fear Between Us” sekarang sudah
masuk ke tahap Pre Order. Berikut info lengkapnya:
KATEGORI BUKU: Novel
JUDUL BUKU: The Fear Between Us
PENULIS: Tatiek Purwanti
EDITOR: WijaeHan
PENYUNTING DAN PENATA LETAK: Tim CV Jejak
DESAIN SAMPUL: Andi Tri Saputra
PENERBIT: CV Jejak (Jejak Publisher)
JUMLAH HALAMAN: 180 Halaman
DIMENSI: 14 x 20 cm
ISBN: 978-602-5455-93-3
JUDUL BUKU: The Fear Between Us
PENULIS: Tatiek Purwanti
EDITOR: WijaeHan
PENYUNTING DAN PENATA LETAK: Tim CV Jejak
DESAIN SAMPUL: Andi Tri Saputra
PENERBIT: CV Jejak (Jejak Publisher)
JUMLAH HALAMAN: 180 Halaman
DIMENSI: 14 x 20 cm
ISBN: 978-602-5455-93-3
Blurb:
Lihatlah
ia: Dania.
Gadis manis yang lincah dan energik. Ia baru saja menyelesaikan study-nya sebagai seorang mahasiswi jurusan Desain Komunikasi Visual di sebuah Perguruan Tinggi Negeri di Malang.
Di balik cerianya, ia punya Aviophobia.
Gadis manis yang lincah dan energik. Ia baru saja menyelesaikan study-nya sebagai seorang mahasiswi jurusan Desain Komunikasi Visual di sebuah Perguruan Tinggi Negeri di Malang.
Di balik cerianya, ia punya Aviophobia.
Lihatlah
ia: Randy.
Laki-laki menawan dari desa, seorang wirausahawan muda di bidang konveksi yang tengah menanjak bisnisnya, tapi tetap hidup sederhana.
Di balik suksesnya, ia punya Philophobia.
Laki-laki menawan dari desa, seorang wirausahawan muda di bidang konveksi yang tengah menanjak bisnisnya, tapi tetap hidup sederhana.
Di balik suksesnya, ia punya Philophobia.
Apa
yang terjadi bila keduanya bertemu?
Akankah mereka bisa menaklukkan ketakutan itu?
Akankah mereka bisa menaklukkan ketakutan itu?
Yuk, Pesan Sekarang!
Novel
saya yang bergenre romance religi ini mengambil setting di wilayah Malang Raya, tempat tinggal saya sendiri.
Sedangkan setting waktunya adalah di
menjelang bulan Ramadan, saat bulan Ramadan, dan Idul Fitri. Ingin tahu
bagaimana kisah Dania dan Randy menaklukkan rasa takut mereka? Yuk, pesan saja!
:) Karena jika memesan saat Pre Order, harganya hanya Rp 45.000 (belum ongkir).
PO-nya sampai tanggal 15 Januari 2018, lho!
=======
CARA PEMESANAN =======
Whatsapp atau SMS ke 085771233027
Whatsapp atau SMS ke 085771233027
atau
pesan melalui message FB Jejak Publisher (https://www.facebook.com/JejakOfficial)
dengan format pemesanan:
Judul
Buku/Jumlah Buku/Nama Pemesan/Alamat Lengkap/No HP/
Contoh:
The Fear Between Us/2/Budi Hartono/Jln Jenderal Sudirman No 4, Sukabumi
43355/081234567
Setelah
mendapat balasan konfirmasi, silahkan transfer harga buku + ongkos kirim sesuai
alamat yang telah dituju ke rekening. Lalu kirimkan bukti tanda transfernya
melalui balasan pesan/whatsappnya.
================
================
Menulis buku itu sungguh
seru. Dari novel perdana saya yang bertema fobia ini saya belajar tentang
sebuah kesungguhan: jika punya ide segera
realisasikan! Waktu luang saya sebagai seorang emak pejuang LDR yang digelendotin batita dan kakaknya sebenarnya
tidak banyak. Tapi dari novel ini saya belajar juga tentang menulis secara kontinyu
dan menulis kapan saja. Ya, tidak akan ada waktu luang jika saya tidak
meluangkannya sendiri. Pastinya karya saya itu belum sebaik novel-novel para mastah yang sudah lama menjadi pendekar
di dunia per-novel-an. Tapi saya tidak takut mencoba dan akan terus mencoba. Insya
Allah.
Salam,
Sumber gambar: pixabay
4 comments
Selamat ya mbak buku nya sudah terbit, hehe. Sukses untuk penjualan bukunya :)
ReplyDeleteAamiin yaa Rabb. Makasih, Mbak. Semoga kapan2 saya bisa ikutan event-nya AE. Kudet saya kalo ada AE di dekat sini :D
DeleteMasya Allah jadi bengini kronologi lahirannya...!
ReplyDeleteSelamat ya Mbak Tatiek..
Semoga ini jadi awal bagi lahirnya karya-karya selanjutnya:)
Begitulah, Mbak. Alhamdulillah, salah satu rasa penasaran saya sudah terobati. Makasih, Mbak. Sukses juga buat Mbak Dian 😘
Delete