4 Kunci Menjadi Narablog Berdaya: Semua Karena Cinta



Berjanji kumenjaga sampai mati
Walau berat jalannya aku bahagia
Ku di sini berdiri karena cinta
Bertahan untuk bahagia
Hanya untuk cinta...
(Syahrini, Semua Karena Cinta)

Penggalan lirik lagu di atas adalah salah satu yang saya sukai. Di dalamnya ada gambaran tentang kesabaran dan kegigihan yang menghasilkan kebahagiaan. Ada cinta yang menjadi bahan bakarnya. Hmm... tiba-tiba saya berpikir bahwa penggalan lirik lagu tersebut nyambung jika dihubungkan dengan perjalanan saya sebagai seorang narablog.

Saya mulai intens mengenal blog sejak tahun 2009. Sekadar baca-baca, belum tergerak untuk memiliki blog sendiri walaupun sebenarnya saya suka menulis sejak remaja. Salah satu blog yang sering saya kunjungi saat itu adalah blog milik Mbak Aulia Halimatussadiah alias Ollie a.k.a Salsabeela. Itu tuh, Co-founder-nya NulisBuku(dot)com dan Storial(dot)co.

Barulah di tahun berikutnya, saya mulai membuat blog sendiri dengan platform blogspot gratisan. Semua gara-gara suami; beliau yang mendorong saya plus memfasilitasi dengan laptop baru berikut modemnya. Yeay! Alhamdulillah.

Memulai Tapi Masih Santai

Saya mulai menulis ini-itu, tidak terjadwal, dan kadang-kadang suka copas tulisan orang lain. Saya sebutkan sumbernya, sih. Hehe... Maklum, saat itu saya belum begitu tahu aturan main ngeblog. Santai saja. Toh yang membaca blog saya hanya suami dan teman-teman dekat, pikir saya saat itu.

Alasan sibuknya pekerjaan dan mengasuh anak menjadikan saya masih angin-anginan ngeblog. Apalagi ketika negara api, ehh... jejaring sosial seperti facebook mulai menyerang. Saya lebih merasa nyaman enak chit-chat di sana. Ditambah lagi saya mulai mengenal kompasiana pada tahun 2014. Semakin banyak deh sarang laba-laba di blog saya.

Saya resign dari pekerjaan pada pertengahan tahun 2014 karena ingin menjalankan program hamil anak yang ke-2. Sambil menunggu hadirnya si kecil, saya bergabung dengan sebuah komunitas pecinta Alquran. Lantas saya cukup sibuk secara online dan offline di dalam komunitas itu.


Buku antologi ke-1 dan ke-2 saya

Buku antologi pertama dan kedua saya yang bergenre Islami lahir karena bergabung di komunitas pecinta Alquran tersebut. Beberapa orang anggotanya memang suka menulis seperti saya. Momen berharga itu membuat saya berpikir tentang pentingnya bergabung dengan komunitas penulis. Sebelumnya, komunitas saya 'hanya' yang berhubungan dengan dunia keislaman saja.

Salah seorang teman di dalam komunitas Alquran itu ternyata ada yang lumayan rajin menulis blog berupa resep-resep masakan yang telah diuji cobanya. Dia adalah seorang IRT yang cukup riweuh dengan tiga orang anaknya. Hebat, pikir saya. Apa kabar saya yang baru punya 1 orang anak dan barusan resign pula?

Tiba-tiba saja saya terpikir untuk ngeblog lagi. Saya memutuskan untuk mengubur blog yang lama dan membuat blog baru dengan platfrom wordpress gratisan. Penasaran dengan wordpress yang kata orang agak njelimet. Ternyata asyik juga. Saya mulai ngeblog lagi dengan menulis hal-hal sederhana namun penuh makna di sekitar saya.

Walau Berat Jalannya, Aku Bahagia...

Ngeblog lagi adalah keputusan yang tepat. Alhamdulillah, promil saya berhasil. Tapi saya harus bedrest di awal kehamilan. Saat tidak bisa ke mana-mana seperti itu, saya memilih untuk banyak membaca, diselingi menuliskan resensinya di blog. Ya, ngidam saya saat itu bukan yang aneh-aneh, sih. Cuma ngidam melahap buku.

Terhibur. Itulah yang saya rasakan dengan ngeblog kembali. Walaupun ternyata jalannya cukup terjal. Saya mengalami baby blues saat si kecil yang kedua lahir. Mood sering naik turun, blog pun tidak terpegang lagi. Hanya ada dua postingan pada tahun 2016 itu. Akankah saya mandeg untuk selamanya?

Alhamdulillah, di awal tahun 2017 saya sedikit tersadar pasca ibunda saya pergi ke Pantai Batu Bengkung bersama teman-temannya. Saya yang hanya di rumah menemani si kecil dan kakaknya tiba-tiba terdorong untuk menulis sisi lain dari kisah perjalanan tersebut. Ya, saya menemukan hikmahnya.


Saya pun ngeblog lagi. Pelan-pelan saja. Saya juga mulai mencari-cari komunitas penulis dan komunitas narablog. Alhamdulillah, saya mulai tergerak untuk bergabung dengan dua komunitas itu pada pertengahan tahun 2017. Karenanya, buku-buku antologi saya mulai lahir lagi satu per satu. Disusul dengan lahirnya novel saya yang pertama. 'Hanya' terbit indie tapi saya sangat mensyukurinya.

Begitu juga dengan aktivitas blogging. Setelah berkomunitas, rasanya ngeblog jadi lebih asyik. Mulailah saya migrasi blog ke Top Level Domain (TLD). Saya mengenal narablog lain dan mulai berani mengikuti lomba blog. Baru 5 kali menang, tapi itu cukup untuk memotivasi saya agar terus bergerak stabil. Sebenarnya tidak mudah. Selain harus menomorsatukan si batita dan kakaknya, saat ini saya dan suami sedang menjadi pejuang LDR.

Menyerah lagi? Hohoho... Insya Allah, tidak!

Berkenalan dengan Indonesian Social Blogpreneur (ISB)

Slowly but sure, saya mencoba menambah wawasan tentang dunia blogging secara online dan offline. Khususnya yang offline, itu membuat saya lebih mengenal teman-teman narablog di kota saya, Malang. Event yang diselenggarakan memang tidak sebanyak yang di Jakarta, tapi saya cukup bahagia.

Terakhir, saya dan teman-teman narablog dari Malang mengikuti Workshop bersama komunitas Indonesian Social Blogpreneur (ISB) pada tanggal 5 Mei 2019 yang lalu. Bertempat di Gerai Indosat Ooredoo, Jalan Jaksa Agung Suprapto No. 47, workshop itu mengambil tema "Creates Opportunities from Blogging". Alhamdulillah, saya bisa menghadirinya karena suami saya bersedia menjaga si kecil.



Saya tiba di lantai dua gedung Indosat Ooredoo Malang bersama seorang teman narablog ketika agendanya belum dimulai. Rupanya ada juga rekan narablog dari Sidoarjo dan Surabaya yang ikut bergabung; Mbak Nanik dan Mbak Septi. Wah, akhirnya bisa bertemu muka dengan mereka.

Beberapa saat kemudian, venue mulai penuh sehingga agenda pun dimulai. Mbak Ani Berta, founder ISB, memberi kata sambutan dengan menjelaskan tentang profil komunitas narablog yang baru pertama kali menyelenggarakan agenda di Malang itu. Wah, seperti mimpi. Selama ini saya hanya melihat Mbak Ani Berta melalui gawai yang saya pegang.

Srikandi Blogger Indonesia (IG @ani.berta)

Mbak Ani Berta menjelaskan tentang ISB yang terbentuk pada tanggal 1 Mei 2016 itu. Wah, selamat ulang tahun ke-3 buat ISB, ya.

ISB ini aktivitasnya fokus pada dunia blogging dan menggali sisi entrepreneurship dari narablog. Itu diwujudkan dengan menyelenggarakan workshop/seminar, berbagi tips seperti #ISBNgopi, sharing session, One Day One Post (ODOP), dll. Wah, seru!


Agenda #ISBNgopi di twitter

Ya, setiap narablog punya keunikan sendiri-sendiri yang harus digali. Keunikannya itu seharusnya menjadi daya jual. Misalnya dalam menulis review, narablog jangan mengulas sekadarnya saja tetapi tunjukkan another point of view yang sesuai dengan dirinya.

Saya jadi teringat seorang rekan narablog yang fokus menulis tema parenting. Saat mengulas sesuatu, dia memakai sudut pandang seorang parenting blogger. Unik, sesuai dengan dirinya sendiri.

4 Kunci Menjadi Narablog Berdaya

Setelah perkenalan singkat tentang ISB, satu per satu pemateri workshop pun membagi ilmu dan pengalaman mereka. Ya, Mbak Ani Berta tidak datang sendiri ke Malang. Beliau ditemani oleh 3 narasumber lain yaitu Dama Vara, Riri Restiani, dan Liswanti Pertiwi.

Dalam bahasa saya, ilmu dan pengalaman yang mereka sampaikan itu adalah kunci-kunci untuk menjadi narablog berdaya; berkekuatan dan berkemampuan. Yuk, simak!

1. Narablog Merangkap Karyawan dan Pebisnis, Harus Bisa Eksis!

Sesi pertama disampaikan oleh Mbak Riri Restiani, seorang narablog muda yang mulai ngeblog sejak SMA. Saat itu beliau lebih banyak curhat di blog-nya. Ya, ngeblog itu baginya begitu menyenangkan.

Kini, selain menjadi narablog, Mbak Riri berprofesi sebagai seorang karyawan sekaligus pebisnis. Wah, ini namanya 3 in 1 jalan. Padahal pebisnis dan karyawan itu punya banyak perbedaan, tetapi Mbak Riri bisa menikmati berada pada dua posisi tersebut.


Tidak lain dan tidak bukan, aktivitas ngeblog-nya lah yang menjadi jembatan. Dengan menjadi narablog, Mbak Riri bisa lebih percaya diri. Nah, saya setuju, nih. Bisa menulis dengan style tersendiri di blog membuat kita nyaman dan percaya bahwa kita punya kemampuan menulis yang baik.

Setelah percaya diri didapat, blog pun bisa mendatangkan keuntungan berlipat. Melalui blog-nya pula, Mbak Riri bisa menjalin lebih banyak relasi, membuka peluang bisnis, sekaligus mengembangkan bisnisnya dengan mempromosikan produk yang dijualnya di sana.

Ternyata, Mbak Riri ini menggeluti aksesoris fashion dari kain flanel. Beliau juga sering menerima pesanan boneka wisuda. Kreatifitasnya yang berbuah bisnis itu tidak terlepas dari hobi/passion-nya dalam dunia craft.

So, menurut Mbak Riri, untuk memulai bisnis itu harus memperhatikan:

▪️ Memilih usaha yang tepat dan mengecek sesuai survei tentang tingkat kebutuhan orang/pasar/trend.
▪️Membuka usaha berdasarkan hobi atau passion.


Hmm... Saya pernah mempraktikkan hal-hal di atas secara sederhana. Sesuai dengan passion, saya tertarik untuk menulis fiksi sehingga membuahkan sebuah novel pada tahun lalu. Pun saya mempromosikan novel itu di blog dan akun media sosial saya; facebook, instagram, dan twitter.

Pas dengan apa yang disampaikan oleh Mbak Riri selanjutnya tentang memanfaatkan blog dan media sosial untuk promosi bisnis kita. Pesan utamanya: pisahkan akun sosial media pribadi dengan usaha. 

Wah, hal di atas belum saya lakukan. Saya dulu masih mempromosikan novel di akun facebook pribadi, sih. Secara umum, akun facebook pribadi memang 'lebih akrab' dengan pengguna yang lain. Padahal saya sendiri sering risih jika ada akun facebook pribadi teman yang isinya dagangan mereka melulu. Fiuhh...

Nah, menurut Mbak Riri, ada 4 hal yang harus diperhatikan saat kita berusaha mempromosikan bisnis/mengembangkan bisnis kita melalui blog dan akun media sosial, yaitu:

▪️Promosi di Blog
Buat konten review produk sendiri dan promosikan pada follower untuk membeli. Arahkan dimana bisa membelinya.

▪️Promosi di Facebook
Gunakan akun Facebook Fanpage sebagai media promo, bukan pakai akun pribadi atau grup facebook. Fanpage Facebook bisa menerima lebih banyak fans dibandingkan akun pribadi yang dibatasi hanya 5000 pertemanan.

▪️Promosi di Twitter
Update sapaan pada follower, diselingi update promo dan foto produk.

▪️Promosi di Instagram
Update promo dan produk, juga perbaiki tampilan feed agar menarik. Optimasi tampilan instagram kita sesuai dengan brand dagangan yang kita miliki.

Selain itu, Mbak Riri juga berbagi pengalaman tentang cara meningkatkan penjualan seperti di bawah ini:


Hihi, saya jadi tertohok pada poin ke-2. Saya belum melakukan giveaway novel sebagai perwujudan mengatrol penjualan. Memberikannya secara gratis pernah saya lakukan sih untuk saudara dan kerabat, bukan untuk tujuan komersil. Hmm, memang saya masih perlu banyak belajar dan harus terus mengevaluasi diri, nih.

Lanjuuut...

Mbak Riri dengan murah hati juga berbagi tentang tips meningkatkan kreatifitas dalam berbisnis sebagai berikut:

1. Memiliki motivasi tinggi, bekerja cerdas, kreatif, dan inovatif
2. Tidak takut mencoba hal yang baru
3. Belajar dari pengalaman keberhasilan dan kegagalan orang lain
4. Berada di lingkungan orang baik yang memberi motivasi positif
5. Menjual hobi dan keahlian yang kita miliki
6. Cekatan untuk memulai dan menjalani sebuah peluang usaha
7. Mau menerima kritikan dan masukan dari orang lain
8. Mau bersilaturahmi, bukan hanya lewat kopdar tapi silaturahmi via sosmed juga bisa dilakukan 
9. Jangan pasrah dengan keadaan, berani mengambil risiko dan siap untuk menerima kegagalan
10. Konsisten, ulet, dan tekun

Mantap betul jika kita bisa melakukan kesepuluh tips di atas, ya. Pantas saja Mbak Riri bisa menjalani 3 profesi seperti di atas sekaligus. Sip.

Nah, teman-teman yang ingin berkenalan lebih jauh, bisa mem-follow blog dan akun-akun media sosial Mbak Riri seperti di bawah ini:




2. Blog dan Media Sosial Kita Harus Sedap Dipandang Mata

Pemateri kedua adalah Mbak Dama Vara, seorang Digital Entrepreneur. Sosoknya mungil tapi cerdas. Terbukti beliau pernah kuliah di dua tempat sekaligus yaitu di Universitas Sampoerna dan Universitas Binus. Ya, cara bicaranya pun enak menurut saya.

Pemilik blog www.damavara(dot)com ini pernah mengikuti Workshop bersama Mozilla di Texas, Amerika Serikat. Salah satu yang beliau pelajari di sana adalah tentang persona. Ada yang belum tahu apa itu?


Persona maksudnya adalah sasaran/orang yang akan menjadi customer kita. Jika dihubungkan dengan dunia blogging berarti adalah calon pembaca blog kita. Pastikan kita tahu siapa persona primer dan sekunder; pembaca utama dan kedua postingan kita. Itu akan mempermudah menggolongkan jenis tulisan kita.

Mbak Dama juga memberi tips tentang menampilkan header blog secara cantik dengan memakai aplikasi Canva. Ini mah memang saya pakai sehari-hari. Tapi menurut Mbak Dama, sebaiknya jenis "Twitter Post" yang dipilih karena tampilannya bisa pas saat dibagikan ke media sosial.


Jangan lupa untuk memilih font yang mudah dibaca oleh pembaca blog kita. Juga penerapan filter agar tulisan pada header blog dan background-nya tidak bertabrakan. Jika font-nya gelap, background harus terang. Begitu juga sebaliknya. Bukankah kesan pertama itu sangat penting? 

Selain Canva, Mbak Dama memberi tips tentang pengaturan feed di instagram agar terlihat cantik memakai aplikasi UNUM. Singkatnya, diatur dulu baru diposting. Nah, kalau ini saya belum pernah memakainya. Selama ini saya mengatur tampilan di instagram secara manual. Boleh juga nih dicoba.

Maka Mbak Dama pun berkeliling untuk mengecek pemahaman peserta workshop tentang aplikasi Canva dan UNUM. Suasana jadi lebih rileks dan akrab. Satu lagi, beliau juga merekomendasikan Pinterest jika kita ingin memiliki banyak varian desain gambar untuk blog kita. Ini cukup familiar juga, bukan?


So, menjadi narablog sebaiknya juga mempunyai cita rasa seni yang baik. Insya Allah, siap memperbaiki tampilan blog dan sosial media saya seperti anjuran Mbak Dama yang punya akun instagram @justdamavara ini.

3. Be Freelancer, Be Better!

Setelah sesi istirahat, salat, dan makan, agenda pun berlanjut dengan material dari Mbak Ani Berta tentang tips menjadi seorang freelancer (pekerja lepas) di era digital. Ini adalah materi advance, kata beliau. Karena menurut Mbak Ani tampilan blog dan sosial media narablog dari Malang sudah cukup bagus. Asyiiik... Maka beliau merasa perlu menyampaikan materi lanjutan, bukan lagi tentang dasar-dasar blogging.

Berbicara tentang dunia freelancer, berarti membicarakan kiprah sukses Mbak Ani sendiri. Founder komunitas ISB sekaligus seorang famous blogger ini memutuskan untuk menjadi seorang freelancer pasca keputusan resign-nya dari kerja kantoran sebagai seorang akuntan. Hasilnya? Silakan disimak di bawah ini: 


Jadi, freelancer itu bukan pekerja suka-suka yang bisa seenaknya bekerja dan menganggur kapan saja. Profesi ini tetap punya pengertian tertentu yaitu seseorang yang melakukan pekerjaan tidak terikat penuh waktu dalam satu perusahaan atau bekerja paruh waktu untuk beberapa pekerjaan dengan waktu yang bisa diatur sendiri. Kaitannya dengan dunia blogging, mereka yang memilih menjadi full time blogger, buzzer, influencer, atau content writer termasuk dalam kategori freelancer ini.

A. Persiapan Menjadi Freelancer

Ketika memutuskan untuk resign dari pekerjaannya dan memilih menjadi freelancer, Mbak Ani mempersiapkan hal-hal sebagai berikut:

a. Mempunyai Tabungan yang Cukup

Cadangan dana cukup (sesuai dengan kebutuhan kita) mutlak diperlukan karena pendapatan di dunia freelancer tidak "sepasti" di dunia kerja formal. Tujuan kita nantinya ingin mendapat hasil yang lebih besar, dong. Tapi untuk pemula, hasil yang besar itu butuh waktu. Makanya tabungan menjadi sangat perlu.

b. Menemukan Potensi Diri

Seperti yang saya sebutkan di atas, setiap narablog itu punya keunikan tersendiri yang seharusnya dia temukan dan dia kembangkan. Jangan menjadi orang lain karena pasti ujung-ujungnya malah menyiksa diri. Just be ourselves!

Alhamdulillah, hingga hari ini saya tidak tergoda untuk memaksakan diri menjadi beauty blogger. Lha karena saya merasa tidak punya passion di sana. Saya lebih nyaman menjadi lifestyle blogger yang juga menyukai dunia fiksi. Alhasil, ngeblog pun menjadi senang rasanya.

c. Mengasah Kemampuan, Mengikuti Workshop Online/Offline, Memperbanyak Portofolio

Menjadi narablog berarti siap menjadi pribadi pembelajar, baik secara otodidak atau melalui workshop/seminar yang sesuai dengan minat kita. Bisa dimulai dengan menulis hal-hal kecil, menerima job dengan fee kecil, bahkan tidak dibayar. Ingat, kita sedang dalam rangka menempa diri.

Ah, saya jadi ingat saat seorang rekan narablog meminta tolong untuk menulis ulasan sebuah produk dengan imbalan produknya itu sendiri. Why not? Saya tetap mau menerimanya karena jadi ada bahan tulisan.

Pun saya beberapa kali mengikuti challenge blogging dengan ngeblog setiap hari yang berhadiah e-certificate. Saya tetap bahagia melakukannya karena sertifikatnya bisa untuk menambah portfolio dan bisa saya pajang di media sosial. Ya, semua karena cinta. ❤️

d. Menjadi Volunteer

Nah, Mbak Ani mengisahkan dirinya yang pernah menjadi volunteer dengan menulis untuk kepentingan sosial dengan fee yang tidak terlalu besar. Semua dilakukan sebagai amal jariyah tapi skill menulis tetap bisa terasah. Misalnya, saat beliau menjadi volunteer dengan menjadi content writer pada web-nya Komisi Perlindungan Perempuan dan Anak Indonesia (KPPAI). 

Wah, ini betul-betul menginspirasi saya. Pantesan rezeki beliau sebagai freelancer yang single mom amat melimpah. Ternyata ada semangat berbagi melalui tulisan yang menjadi pondasi awal Mbak Ani Berta. Salut.

e. Memperluas Networking

Rupanya, Mbak Ani Berta termasuk sosok yang mudah berteman. Saat berada di suatu tempat, beliau memilih untuk menyapa orang-orang di sekitarnya. Saat mengantre di sebuah bank, misalnya. Beliau dengan mudah bisa memperoleh kenalan baru. Sungguh patut ditiru.

Mendapatkan teman-teman baru merupakan salah satu jalan untuk memperluas networking. Jika jaringan pertemanan kita luas, pintu rezeki kita bisa terbuka dari jalan mana saja. Mbak Ani pernah berkali-kali mendapatkan pekerjaan menulis dari orang-orang yang pernah beliau sapa dan ajak kenalan. 

So, mulai sekarang kurangi fokus kita pada ponsel jika berada di tempat umum, yuk. Mulai sapa kanan kiri untuk menambah teman. Siapa tahu ada peluang berharga di sana. ;)


B. Rencana Kerja Seorang Freelancer

Nah, segala persiapan menjadi freelancer seperti di atas sudah dilakukan. Mbak Ani Berta lalu menekankan agar seorang freelancer itu pro aktif untuk menjemput peluang pekerjaan. Kalau pasif dan kita jadi banyak menganggurnya, itu bukan prinsip seorang freelancer namanya. 

Maka, info job dari rekan-rekan narablog saja tidak cukup. Pertama, coba peluang lain dengan mengajukan proposal penawaran pada agensi atau brand yang biasa bekerja sama dengan para freelancer. Duh, jadi tertohok nih saya karena selama ini belum pernah mengajukan proposal seperti yang dimaksud.

Kedua, Mbak Ani Berta menyusun rencana kerja jangka pendek dan jangka panjang seperti layaknya pebisnis. Beliau menerapkan disiplin untuk diri sendiri berupa waktu bekerja selama 8 jam dalam sehari. Duh, apa kabar saya yang saat menulis kadang diselingi dengan menengok dulu hiruk pikuknya dunia maya. Hiks...

Ketiga, Mbak Ani berpesan agar kami tidak terlalu ngoyo mengejar fee tapi di saat yang sama masih minim pengalaman. Asah terus jam terbangnya, maka nanti fee akan mengikuti sesuai dengan kualitas diri.

C. Prinsip Seorang Freelancer

Ada beberapa prinsip yang harus dipegang teguh seorang freelancer agar sukses, yaitu:

▪️Jeli terhadap peluang
▪️Kerja dua kali lebih keras
▪️Pandai beradaptasi
▪️Fleksibilitas
▪️Menjadi bos dan karyawan untuk diri sendiri
▪️Perbanyak kreatifitas dan inovasi
▪️Kuat fisik dan mental
▪️Proaktif

D. Mengatur Keuangan Freelancer

Nah, saat pundi-pundi rupiah mulai mengalir ke kantong kita, jangan lupa untuk mengatur strategi, seperti:

▪️Buat rekening bank lebih dari satu. Rekening yang pertama untuk menampung penghasilan, sedangkan yang kedua untuk menyimpan dana yang akan kita pakai sehari-hari. 
▪️Buat sistim gaji untuk diri sendiri. 
▪️Siapkan dana darurat.
▪️Membayar kebutuhan secara sekaligus.
▪️Jangan lupa berinvestasi

E. Sesi Tanya Jawab

Mbak Ani Berta menyampaikan materi dengan diselingi dialog interaktif sehingga kami terhindar dari rasa kantuk yang terkutuk, hihi. Ada pemberian doorprize pula untuk peserta yang bisa menjawab pertanyaan dan peserta yang aktif bertanya. Seru jadinya.

Ada sebuah pertanyaan tentang peluang seorang narablog di masa depan. Akankah blog bisa bertahan di tengah gempuran konten-konten YouTube yang sepertinya lebih banyak diminati oleh para generasi milenial, generasi Z, bahkan generasi Alfa?

Mbak Ani Berta menjawab dengan optimis bahwa dunia blogging akan tetap cerah. Alhamdulillah. Buktinya, saat dulu blog diramalkan akan redup karena hadirnya media sosial, kini eksistensi blog semakin kuat. Bahkan Indonesia termasuk negara dengan jumlah narablog paling banyak, lho.

Di negara lain, orang yang memiliki blog itu biasanya adalah kalangan politikus, artis, dan pebisnis. So, mereka yang memiliki blog itu dianggap bukan orang sembarangan. Maka jika teman-teman bukan termasuk ketiganya tapi aktif sebagai narablog, berbahagialah. 🙂


Ya, aktivitas menulis yang merupakan inti dari blogging akan tetap ada dan diperlukan sepanjang masa. Mbak Ani bercerita bahwa beliau pernah mengisi pelatihan menulis untuk para karyawan bank. Begitu pentingnya kemampuan menulis itu. Pun kemampuan menulis esai juga menjadi syarat promosi untuk pekerjaan dan jabatan tertentu.

So, tetaplah menulis. Tetaplah menjadi narablog dengan bangga. Ia tidak akan kalah dengan dunia visual yang tampak gemerlapan itu.

Ada juga pertanyaan tentang tips untuk memenangkan lomba. Menurut Mbak Ani, kita harus memperhatikan betul persyaratan lomba. Jangan sampai melanggar salah satu aturannya. Misalnya dengan memperpanjang tulisan di luar panjang yang telah ditentukan. Jangan, ya. 

Lalu, jangan sampai kita melewati batas waktu lomba karena pasti kita dianggap gugur. Lebih baik mengumpulkan di awal waktu. Daaan... Ini jlebb buat saya. Postingan saya kali ini sebenernya untuk keperluan lomba juga, tapi sudah melewati deadline beberapa jam yang lalu. Untuk pertama kalinya saya terlambat menyetorkan tugas dan itu sungguh tidak enak, hiks.

Tiga hari ini si kecil sakit dan waktu saya untuk menyentuh gawai jadi sangat terbatas. Apalagi laptop saya masih bermasalah, jadi saya mengerjakan postingan ini via ponsel. It's okay. Saya tetap harus bertanggung jawab menyelesaikan tulisan ini, dong.

(Sekali lagi) Walau berat jalannya, aku bahagia... Maaf curcol sedikit, hehe

Back to the topic...

Mbak Ani Berta punya pengalaman berharga mengikuti lomba dengan "menyeberang" dari passion-nya. Beliau mengikuti sebuah lomba untuk para beauty blogger yang notabene bukan "bidangnya." Sesekali tidak apa-apa tapi kita harus punya modal percaya diri yang tinggi. Selain itu, maksimalkan konten dan kualitas tulisan. Berani mencoba?

Sesi ketiga ini menjadi yang terlama namun tetap mengasyikkan. Materinya diulas dengan gamblang, pertanyaan-pertanyaan pun dijawab dengan tuntas. Mbak Ani Berta sungguh sosok penuh ilmu namun tetap humble.

4. Atur Keuangan dengan Penuh Kecermatan

Sesi terakhir atau sesi keempat tentang keuangan narablog diisi oleh Mbak Liswanti Pertiwi. Pemilik akun instagram @penaliswanti adalah seorang narablog yang memiliki bisnis Wedding Organizer, juga pengelola sosial media milik beberapa perusahaan. 

Seperti Mbak Ani Berta, saya sering sekali mendengar nama Mbak Lis. Pernah beberapa kali juga membaca blog-nya yang memang berisi konten berkualitas. 


Mbak Lis mengemukakan tentang banyaknya kesempatan bagi seorang narablog di zaman now untuk meraih peluang penghasilan. Mulai dari penghasilan dari Google Adsense, menulis sponsored post (SP) dan Job Review (JR), mendapatkan tawaran Content Placement (CP), menghadiri event/agenda offline, jasa backlink, sampai kepada jasa SEO (Search Engine Optimization). Pokoknya kesempatannya banyak, deh.

Mbak Lis lalu membagikan sebuah kertas kecil berwarna biru untuk para peserta workshop. Kertas itu harus diisi dengan keinginan yang ingin peserta wujudkan dalam tiga bulan melalui pendapatan dari ngeblog. Saya sih mengisi: ingin membeli laptop baru dan berinvestasi emas. Hehe, padahal selama ini jumlah yang saya dapatkan dalam tiga bulan belum pernah bisa untuk membeli laptop baru. Mimpi dulu ah kalau begitu.

Nah, setelah mendapatkan fee dari berbagai sumber seperti di atas, Mbak Lis menyarankan agar kita mencatatnya. Jangan sampai bercampur dengan "uang-uang lain" lalu kita jadi lupa fee tersebut kita pergunakan untuk apa karena tidak ada target.

Secara rinci, 5 cara untuk mengatur keuangan narablog, yaitu:
1.Membuat catatan pekerjaan narablog dan penghasilan yang akan didapatkan. Biasanya, fee dari blogging tidak langsung dibayarkan saat itu. Maka alangkah baiknya dicatat dulu.
2. Membuat catatan pemasukan dan pengeluaran.
3. Menghitung penghasilan per bulan, termasuk penghasilan yang masih pending.
4. Membuat pos keuangan.
5. Mempunyai investasi dan tabungan.

Selain mencatat secara manual, kita bisa memanfaatkan kecanggihan aplikasi di google playstore. Unduh saja aplikasi catatan keuangan yang ada di sana. Mudah dan praktis, bukan?

Hampir sama dengan yang disampaikan oleh Mbak Ani, Mbak Lis menyarankan agar setiap narablog memiliki lebih dari satu rekening tabungan. Beliau sendiri memiliki tiga rekening yang dipergunakan untuk tabungan pribadi, tabungan keluarga, dan fee hasil ngeblog. Tujuannya agar penghasilan dari ngeblog-nya bisa terpisah sehingga terkelola dengan baik.

Wah, saya kira sesi ini membuat para peserta workshop bergairah untuk memperoleh penghasilan semaksimal mungkin. Lha kalau penghasilannya minim, mengatur keuangannya tinggal impian. Hehe... Padahal narablog sekelas Mbak Lis ternyata bisa berinvestasi tanah dari hasil fee ngeblog. Luar biasa!

Bismillah. Berharap kita bisa meraihnya, ya. Lantas, jika penghasilan sudah lancar, jangan lupa untuk mengelompokkannya ke dalam pos-pos keuangan. Untuk para narablog, contoh hitungannya seperti ini:


Setelah sesi keempat berakhir, agenda menarik itu harus diakhiri pula. Duh, begitu cepatnya waktu berlalu. Sungguh, ada banyak sekali yang masih harus saya pelajari. 

Terima kasih, ISB!

Sebelum saling berpamitan dan bersalaman, kami mendapatkan kenang-kenangan atau goodie bag. Dilanjutkan dengan berfoto bersama dengan mengambil tempat di tangga gedung seperti ini. 


Saya berharap suatu hari ISB mengadakan agenda di Malang lagi. Sambil menunggu itu terjadi, saya tadi sudah mendaftarkan diri sebagai anggota dengan mengisi google form. Menyimak fanspage ISB, ada beberapa agenda online yang bisa diikuti.

Alhamdulillah, tak terasa saya sudah menulis sepanjang ini. Sekali lagi, ini menjadi perjalanan menulis postingan yang tidak mudah. Insya Allah, saya akan terus belajar dan berbenah. Saya akan terus menulis, seperti pesan Mbak Ani Berta. Ya, semua karena cinta. ❤️



Salam,
Tatiek Purwanti



You Might Also Like

8 comments

  1. Masya Allah, asyik banget kegiatannya. Mau banget ikut acara seperti ini. Btw, saya langsung instal UNUM, lho. Penasaran, pengen bikin tampilan Instagramku juga cantik dan menarik.

    ReplyDelete
  2. keren dan seru sepertinya, semoga lancar dan sukses selalu untuk anggotanya

    ReplyDelete
  3. Lengkap sekali ulasannya, Mbak. Memang proses tak akan mengkhianati hasil. Ternyata udah dari tahun 2009 ya, Mbak Tatiek udah ngeblog. Saya baru punya blog akhir 2017. Baru serius kelola blog pas join estrilook community. Trims sharingnya, banyak dapat ilmu setelah baca ini.

    ReplyDelete
  4. Masyaallah ilmu bergizi semua ya, Mbak. Sangat menginspirasi! Makasih sharingnyaa ....

    ReplyDelete
  5. Saya baru tahu tentang komunitas ISB ini. Ternyata foundernya Mbak Ani Berta ya. Btw materinya keren-keren banget deh, beruntung sekali bisa ikut event dan berkumpul dengan teman2 sepassion seperti ini.

    ReplyDelete
  6. Hihi.. Kita sekelas ya mba.. Semoga saya bisa kayak mba Tatik yang keren :)

    ReplyDelete
  7. Kegiatan blogger Malang tuh banyak bgt y mbaa
    Deuh pengin deh ikutan kalau nanti d Malang lagi

    ReplyDelete