Inilah Sang Pedang Pertama Umat Islam: Zubair bin Awwam



Perang Badar yang terjadi pada Bulan Ramadan menyimpan banyak kisah berharga. Salah satunya adalah tentang pedang yang pertama kali dipakai pada saat itu untuk membela umat Islam yaitu pedang milik Zubair bin Awwam. Beliau adalah salah satu diantara 10 sahabat terbaik Rasulullah SAW yang dijamin masuk surga.

Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Az-Zubair bin Awwam bin Khuwailid bin Asad bin Abdil Uzza bin Qushai bin Kilab. Nah, ibunda Zubair bin Awwam adalah bibi dari Rasulullah yaitu Shafiyah binti Abdul Muthalib. Beliau termasuk golongan Assabiqunal Awwalun atau yang pertama kali masuk Islam yaitu saat beliau berusia 8 tahun.

Saat Perang Badar berlangsung, Zubair bin Awwam berada di bagian sebelah kanan. Ada kain kafan yang dijadikannya sebagai ikat kepala Masya Allah, benar-benar tidak takut berperang di jalan Allah. Seperti yang pernah ditunjukkannya saat Perang Uhud dengan tetap setia pada Rasulullah; berbaiat untuk syahid.

Zubair bin Awwam amat mencintai Rasulullah. Beliau pernah menghunuskan pedang, berkeliling Makkah untuk saat terdengar kabar bahwa Rasulullah terbunuh. Padahal saat itu masih periode dakwah yang sembunyi-sembunyi di rumah Arqam bin Arqam. Usia Zubair saat itu masih muda belia.

Maksudnya menghunuskan pedang adalah untuk mencari tahu kebenaran kabar tersebut. Jika benar Rasulullah terbunuh, ia tidak takut berhadapan dengan Bani Quraisy. Beliau tidak takut mati karenanya.


Ternyata kabar itu tidak benar. Zubair bin Awwam akhirnya menemukan Rasulullah di sebuah dataran tinggi di Kota Makkah. Rasulullah bertanya tentang pedang Zubair yang terhunus. Beliau pun memberikan penjelasan. Akhirnya Rasulullah mendoakan agar Zubair selalu dilimpahi kebaikan dan pedangnya selalu diberi kemenangan.

Itulah Zubair bin Awwam, yang sejak masuk Islam di usia beliau sudah menjadi sosok pemberani. Saat paman Zubair mengetahui keislaman beliau, sang paman merasa tidak suka dan hendak menakut-nakutinya. Zubair dimasukkan ke dalam lipatan tikar yang terbuat dari dedaunan.

Sang paman lalu menyalakan api di bawah gulungan tikar tersebut. Zubair kecil hampir saja meninggal dunia karena sesak napas. Ya, karena asap tebal memenuhi sekitarnya, menyelimuti tubuhnya. Namun sikap pemberaninya membuat Zubair tidak goyah. Biarlah ada api di dekatnya, tapi beliau tidak ingin kembali kepada 'api' kekufuran setelah dibina dalam majelis Iman.

Masya Allah. Begitu kuat tekadnya. Sehingga sesak napas yang dialaminya itu tidak membuatnya takut pada ancaman pamannya yang masih kafir.

Ada juga kisah tak terlupakan saat Perang Khandaq atau Perang Parit. Saat itu kondisi kaum muslimin sangat buruk karena mereka dikepung dari berbagai penjuru. Pun kaum Yahudi Bani Quraidhah berkhianat. Lalu, Rasulullah pun memberikan tantangan apakah ada di antara kaum muslimin yang berani pergi ke tempat Bani Quraidhah untuk membuat perhitungan.


Dalam kondisi terjepit dan mencekam itu, kaum muslimin terdiam. Tapi tidak dengan Zubair bin Awwam. Beliau lah sosok yang menjawab tantangan Rasulullah; memerangi Bani Quraidhah yang telah mengkhianati perjanjian damai.

Rasulullah mengulangi seruannya sekali lagi. Jawabannnya tetap sama yaitu hanya Zubair bin Awwam yang bersedia. Akhirnya terlontarlah kalimat dari bibir mulia Rasulullah yang mungkin sering kita dengar, "Demi ayah dan ibuku, sesungguhnya setiap nabi punya Hawari (pengikut setia) dan Hawariku adalah Zubair."

Itulah Zubair bin Awwam, yang dikenal begitu besar pengorbanannya untuk Islam. Salah seorang dari kaum muslimin saat itu berkata, "Sungguh aku telah menyaksikan dada Zubair. Di dadanya banyak goresan akibat sabetan pedang dan tusukan tombak. Semua bekas luka itu bak aliran-aliran air."

Zubair bin Awwam, sungguh sangat layak berdampingan dengan Rasulullah di surga nanti.


You Might Also Like

0 comments