Lezatnya Nasi Goreng Cabe Hijau: Diet pun Kacau



"Kamu pesan apa, Nak?" tanya saya pada suatu hari saat kami sekeluarga makan di luar. 

"Nasi goreng Pattaya," jawabnya mantap. 

Duh, anak ini. Tidak bosan-bosannya makan nasi goreng. Padahal saat di rumah, dia lumayan sering request nasi goreng.

"Paling Afra itu ketularan Abi," sahut suami saya. "Sejak kecil kan Abi doyannya nasi goreng. Dulu Abi pas kecil gendut juga karena nasi goreng."

"Tuh, Mbak. Nanti bisa gendut, lho," goda saya. Eh, Afra nyengir saja. 

Begitulah. Anak dan bapak itu lumayan menyukai nasi goreng. Karena cara membuatnya mudah, saya sih oke saja memasak itu untuk mereka. Tidak setiap hari, sih. Paling sepekan dua kali saat kami sarapan.

Ya, saya pernah membaca bahwa di balik kelezatan nasi goreng itu ada kandungan kalori yang sangat tinggi. Minyak goreng, margarin, atau mentega yang diserap oleh nasi lah penyebabnya. Maka nasi goreng adalah musuh besar bagi mereka yang sedang mengatur pola makan atau berdiet. 

Saat saya menerapkan pola makan food combining dulu, saya menghindari menyantap nasi goreng. Apalagi jika di dalam nasi gorengnya ada campuran daging dan telur. Sekarang sih tidak anti lagi tapi cukup sesekali. 


Cabe rawit hijau seperti ini yang jadi bahan baku nasi goreng cabe hijau versi saya (sumber: tokopedia(dot)com) 

Beragam resep nasi goreng pernah saya coba, tapi yang paling saya sukai adalah nasi goreng cabe hijau. Ya, memakai cabe rawit hijau yang biasanya menjadi teman makan gorengan itu, lho. Entahlah, segala makanan yang memakai cabe hijau cukup menarik minat saya dibandingkan yang berbahan cabe rawit merah. Dan nasi goreng cabe hijau ini sering kali membuat saya khilaf, hiks. 

Nasi goreng cabe hijau versi saya sih sederhana sekali. Bawang merah, bawang putih, dan cabe hijaunya cukup diiris tipis lalu ditumis. Setelah harum, seperti biasa masukkan nasi dan telur orak-arik. Aduk rata. Garamnya nanti ditaburkan setelah api dimatikan. Yummy. Penampakan nasi gorengnya memang tidak kecoklatan karena tanpa kecap. Rasanya beda lho jika yang dipakai adalah cabe rawit merah. 

Suatu hari saya melihat iklan di televisi tentang bumbu nasi goreng cabe hijau dari Royco. Wah, saya jadi penasaran. Sukses deh iklannya bikin saya ingin mencari-cari produknya, hehe. Padahal biasanya saya memakai bumbu ulekan sendiri. Hmm... Sesekali tidak apa-apa lah.

Sumber: royco(dot)co(dot)id

Singkat kata, bumbu nasi goreng cabe hijau Royco itu pun saya dapatkan. Langsung deh saya eksekusi untuk sarapan pagi. Tidak ada kategori bumbu pedas pada bungkusnya jadi pasti rasanya tidak pedas. Pas buat Afra yang tidak terlalu suka pedas. 

"Tumben pakai bumbu seperti itu, Mi" komentar Afra saat saya mempersiapkan bahan-bahannya. 

Nah, kan.

"Pengin tahu saja, sih. Pastinya rasanya beda dengan yang biasa ummi bikin. Tuh cabe hijaunya yang versi besar," jawab saya sambil menunjuk kemasan bumbu nasi goreng itu. 

Baiklah. Saya pun menyiapkan bahan-bahan seperti yang tertera pada bungkusnya, agar hasilnya bisa maksimal, yaitu:


2 piring nasi putih
100 gram daging ayam (saya kukus dulu, suwir-suwir) 
2 butir telur ayam
3 siung bawang putih, cincang
5 siung bawang merah, cincang
1 sdm minyak goreng
1/2 sdm margarin
1 1/2 sdm air
1 bungkus Royco nasi goreng cabe hijau

Cara memasak:

Panaskan minyak dan margarin di dalam wajan, lalu tumis bawang merah dan bawang putih hingga kecoklatan. 


Tambahkan daging ayam, aduk rata. Baru tambahkan telur ayam. 


Larutkan bumbu Royco nasi goreng cabe hijau dengan air. Campurkan beriringan dengan nasi putih. Aduk-aduk dan masak sekitar 2 menit. 

Sajikan hangat bersama ketimun dan irisan tomat. 


Rasanya lumayan enak. Penguat rasa mono natrium glutamat-nya tidak begitu terasa. Walaupun cita rasa cabe hijaunya tidak 'sekuat' seperti racikan saya sendiri, sih. Karena tidak pedas, saya menyantapnya dengan irisan cabe. Baru deh maknyusss... 

Ah, nasi goreng. Bisa-bisa saja ya yang dulu menciptakan resep ini pada tahun 4000 SM. Berawal dari orang-orang Cina yang ingin memanfaatkan nasi "sisa semalam", akhirnya resepnya mendunia. Dijual dimana-mana. Pun saat saya menghadiri resepsi pernikahan, nasi goreng selalu tersaji di hidangan prasmanan yang tersedia.

Ramadan kali ini, baru satu kali saja saya menghidangkan nasi goreng untuk berbuka puasa. Bukan nasi goreng cabe hijau, karena saya khawatir nambah lagi. Bisa gagal diet saya nanti, hehe.

Bagaimana dengan teman-teman? Anda tim pembeli nasi goreng, tim pemasak nasi goreng bumbu sendiri, atau tim pemasak nasi goreng bumbu jadi?


Salam, 
Tatiek Purwanti


#bpnchallenge2019 
#bpnramadhanchallenge 
#BPNetwork 
#bpnblogpostchallenge 
#bpn30dayblogpost 
#bpn30dayblogpostchallenge

#Day5



You Might Also Like

0 comments