Hamzah bin Abdul Muthalib: Asadullah, Singa Allah

Anthony Quinn sebagai Hamzah bin Abdul Muthalib di film "The Message" (1976)

Sosok Hamzah bin Abdul Muthalib begitu menonjol pada film The Message (1976) yang dibintangi oleh aktor Anthony Quinn. Tentu saja tidak ditampakkan sosok Rasulullah pada film tersebut, hanya 'kamera' yang mewakili sudut pandang Rasulullah. Maka Hamzah seolah-olah menjadi tokoh sentral di situ.

Beberapa kali menontonnya, saya berurai air mata. Keberanian Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Rasulullah sekaligus sahabatnya begitu memukau. Pastinya sosok asli Hamzah yang memiliki julukan Asadullah alias Singa Allah, lebih luar biasa daripada gambaran pada film tersebut.

Suatu hari, Hamzah bin Abdul Muthalib keluar dari rumahnya dengan membawa busur dan anak panah. Beliau hendak berburu binatang, hobi yang telah dilakukannya sejak masih belia. Namun hari itu Hamzah tidak berhasil membawa pulang binatang buruan. Beliau pun segera menuju Ka'bah untuk melakukan thawaf sebelum pulang ke rumah.

Di sana, Hamzah bertemu dengan seorang budak perempuan yang membawa kabar tentang Rasulullah yang terluka di sekujur tubuhnya Karena disakiti oleh Abu Jahal.

Betapa marahnya Hamzah mendengar hal itu. Segera beliau mencari Abu Jahal yang ternyata tengah berbincang dengan para pembesar Quraisy lain. Dengan cepat dihantamnya kepala Abu Jahal memakai busur yang dibawanya hingga Abu Jahal tersungkur. Darah mengucur dari dahinya.

"Mengapa kamu memaki dan menciderai Muhammad? Padahal aku telah menganut agamanya dan memercayai apa yang diucapkannya. Coba ulangi lagi makianmu itu dihadapanku sekarang!" bentak Hamzah.

Abu Jahal tentu saja tidak berani melawan Hamzah bin Abdul Muthalib yang bertubuh lebih besar darinya.


Begitulah. Semenjak memeluk Islam, Hamzah mengabdikan seluruh jiwa dan raganya untuk membela dakwah yang disampaikan Rasulullah. Keberanian Hamzah itu berbuah julukan yang diberikan oleh Rasulullah yaitu "Asadullah" atau Singa Allah.

Perang Badar yang terjadi pada bulan Ramadan dipimpin oleh Hamzah dan Ali bin Abi Thalib. Kaum muslimin berhasil meraih kemenangan gemilang yang hingga kini dicatat dengan tinta emas sejarah.

Kekalahan pada Perang Badar itu membuahkan dendam di pihak Quraisy karena golongan mereka banyak yang terbunuh. Mereka bertekad untuk menghancurkan kaum muslimin pada perang berikutnya yaitu Perang Uhud. 

Kaum Quraisy menyuruh seorang budak berkulit hitam yang bernama Wahsyi bin Harb untuk membunuh Rasulullah dan Hamzah. Wahsyi memiliki kemampuan melempar tombak dari jarak jauh dengan jitu.

Saat Perang Uhud berlangsung, terjadi kesalahan yang dilakukan oleh pasukan pemanah. Pasukan tersebut tidak patuh dengan perintah Rasulullah agar tetap bertahan di atas Bukit Uhud. Mereka malah turun ke lembah karena tergiur oleh harta rampasan perang atau ghanimah.

Sungguh kecerobohan yang amat disayangkan. Saat Pasukan pemanah itu asyik memunguti harta benda milik Quraisy yang berserakan, kaum Quraisy melihat sebuah peluang bagus. Mereka mengambil alih Bukit Uhud dan mendudukinya.

Kaum Quraisy berbalik menjadi di atas angin, padahal semula mereka sudah terdesak. Quraisy dengan leluasa melancarkan serangan anak panah dari bukit itu. Sebuah kejadian yang membuat kaum muslimin terkejut dan akhirnya tercerai-berai.

Sementara itu, Wahsyi bin Harb terus mengintai gerak-gerik Hamzah bin Abdul Muthalib. Dengan licik, dia melempar tombaknya dari arah belakang, tanpa diketahui oleh Hamzah. Tombak tersebut meluncur dengan deras ke arah pinggang Hamzah.

Sang Singa Allah yang terluka parah itu berusaha bangkit dan berjalan ke arah Wahsyi berdiri. Tapi Allah berkehendak lain. Hamzah bin Abdul Muthalib pun gugur sebagai seorang syahid.

Perang Uhud pun berakhir. Kaum muslimin harus menderita kekalahan yang memilukan. Banyak kaum muslimin yang terbunuh, menemui gelar syuhada.

Rasulullah disertai para sahabat yang tersisa memeriksa jasad kaum muslimin. Betapa sedihnya Rasulullah saat mengetahui Sang Singa Allah telah gugur. Lebih pedih lagi karena jasad Hamzah telah dirusak dengan keji oleh kaum Quraisy.

Rasulullah mendekati jasad sang paman sambil berurai air mata. Beliau berkata, "Tak pernah aku menderita sebagaimana yang kurasakan saat ini. Dan tidak ada suasana apapun yang lebih menyakitkan diriku daripada suasana sekarang ini."

Saya selalu menangis saat membaca kisah tentang Hamzah bin Abdul Muthalib, menonton film-nya, bahkan saat menuliskan kisahnya kembali seperti ini.

Pada Hamzah saya belajar tentang totalitas mencintai Allah dan rasul-Nya. Sesungguhnya Sang Singa Allah itu tetap hidup dalam jiwa-jiwa kaum muslimin, menularkan sebuah keberanian yang menggetarkan.


Salam,
Tatiek Purwanti


*Ditulis pada tanggal 1 Ramadan 1440 H
Di akhir tantangan SETIP Estrilook Community. Alhamdulillah...









You Might Also Like

0 comments