[Review] Sharing Session Online “Harmonisasi Keluarga Muda, Be a Productive Mom” oleh The Real Ummi
- October 11, 2017
- By Tatiek Purwanti
- 2 Comments
Di zaman yang serba online ini, banyak kegiatan menambah ilmu yang bisa dilakukan tanpa harus hadir di tempat kejadian. Training online via berbagai aplikasi menjamur dimana-mana. Sharing Session yang akan saya bahas ini juga bentuk lain dari training yang sederhana dan gratis. Ini diselenggarakan di grup WhatsApp dan Telegram oleh The Real Ummi pada tanggal 7 Oktober 2017 yang lalu.
Mengenal The Real Ummi
Saya memperoleh info tentang The Real Ummi (biasa disingkat ThRU) melalui instagram. Learning and sharing platftorm bertema keluarga dan pengasuhan anak ini didirikan oleh Lisa Listiana. Ia adalah seorang ibu muda peraih Best Talent LPDP 2016 yang juga kandidat PhD di IIUM.
Saya memperoleh info tentang The Real Ummi (biasa disingkat ThRU) melalui instagram. Learning and sharing platftorm bertema keluarga dan pengasuhan anak ini didirikan oleh Lisa Listiana. Ia adalah seorang ibu muda peraih Best Talent LPDP 2016 yang juga kandidat PhD di IIUM.
Misi sederhana ThRU adalah ingin membangun kesadaran bersama pentingnya membekali diri dan menyiapkan ilmu dalam membangun keluarga dan menjadi orang tua, khususnya bagi para wanita yang akan menjadi madrasah pertama dan utama bagi buah hatinya.
Begitu tahu bahwa tema sharing session-nya adalah tentang ibu yang produktif, saya tertarik untuk mendaftarakan diri menjadi peserta dengan mengisi form yang disediakan pada link yang disebutkan. Walaupun bukan lagi tergolong sebagai ibu muda, sih. Biar semangat saya tetap muda sepanjang masa. 😅
Nara sumber yang dihadirkan adalah Nadia Karina Hakman. Wah, menarik. Saya berteman dengannya di facebook beberapa bulan yang lalu. Saat itu saya membaca postingan Teteh Yuria Cleopatra tentang sosok tamunya yang merupakan ibu pembelajar yang luar biasa. Dialah Karina Hakman itu, yang biasa dipanggil dengan Teh Karin. Maka bertambahlah rasa penasaran saya akan isi materi yang disampaikannya nanti. Karena selama ini saya suka dengan tulisan-tulisan Master of Business lulusan dari Monash University itu.
Berbincang Tentang Produktifitas
Di awal sharing setelah perkenalan oleh narsum, dilemparkan sebuah pertanyaan retoris tentang ukuran produktifitas seorang ibu. Apakah hanya dinilai dari aktivitasnya di luar rumah saja? Dalam bahasa saya sendiri, pada umumnya produktifitas memang dinilai dari perempuan yang bekerja di luar rumah dan menghasilkan uang. Pendapat seperti ini masih berlaku baku di lingkungan tempat tinggal saya.
Teh Karin membolehkan peserta untuk memberikan definisinya sendiri tentang tolok ukur produktifitas. Tapi ia menyatakan pendapatnya bahwa menjadi produktif adalah hak setiap ibu. Ia bisa tersemat pada seorang ibu rumah tangga, ibu bekerja atau juga student mom yang sepertinya umum dijalani di masa kini.
Ia menjabarkan tentang tolok ukur sebuah produktivitas yang dilihat dari 3 hal:
1. Sejauh mana setiap waktu yang dimiliki dapat senantiasa dioptimalkan dalam amal kebaikan.
1. Sejauh mana setiap waktu yang dimiliki dapat senantiasa dioptimalkan dalam amal kebaikan.
Menurutnya, ini memberikan ruang seluas-luasnya bagi setiap ibu manapun, dengan potensi apapun. Ia meyakini bahwa Allah Ta’ala tidak pernah menciptakan kita sebagai manusia biasa-biasa saja, apalagi ibu biasa-biasa saja. Karena kita semua diciptakan untuk menjadi khalifah fil ‘ardh, yang mengatur bumi.
Maka tugas seorang Ibu untuk bisa produktif memang memerlukan usaha yang optimal. Kita harus mengenali diri sendiri, menemukan tujuan penciptaan manusia dan menemukan peran terbaik yang Allah titipkan pada kita. Ketika kita sudah menemukannya, maka tugas kita adalah "beramal beramal beramal". Manfaatkanlah setiap waktu senantiasa dalam aktivitas kebaikan. Sekalipun aktivitas itu adalah merapihkan rumah, mengganti popok, atau memasak.
2. Kriteria Produktif
Bukan sekedar melakukan amal kebaikan, tapi ia harus diiringi dengan keikhlasan dan ketakwaan. Karena kualitas keberkahan suatu amal akan bergantung pada niat dan proses pelaksanaannya.
Produktif bermakna berkarya yang menghasilkan manfaat seluas-luasnya. Dan Allah lah yang Maha Menentukan sejauh mana sebuah amal itu bermanfaat.
Teh Karin meyakini bahwa ketika sebuah amal dilandasi oleh bekal niat yang ikhlas dan dilaksanakan penuh ketakwaan, maka keberkahan akan melimpah berlipat ganda. Terlepas apapun kegiatan baiknya. Tidak ada amal baik yang terlalu sepele untuk dilakukan. Jangan pernah meremehkan suatu amal yang menjadikan kita lupa kepada siapa kita beramal.Boleh jadi sebuah prestasi kita anggap besar, namun kecil nilainya di sisi Allah. Dan boleh jadi, suatu aktivitas yang kita anggap remeh, ternyata Allah limpahkan keberkahan luas di dalamnya.
3. Prioritas Kegiatan
Jika kita dihadapkan dengan berbagai pilihan kegiatan dan aktivitas, maka urutan prioritasnya adalah:
-utamakan yang wajib baru yang sunnah
-utamakan yang lebih banyak manfaatnya dan lebih sedikit mudharatnya
Tantangannya adalah: bagaimana kita mengetahui mana yang terbaik? Di situlah kita harus senantiasa menjadi seorang penuntut ilmu. Menjadi seorang ibu, apapun status aktivitasnya, menuntut kita untuk senantiasa belajar.
-utamakan yang wajib baru yang sunnah
-utamakan yang lebih banyak manfaatnya dan lebih sedikit mudharatnya
Tantangannya adalah: bagaimana kita mengetahui mana yang terbaik? Di situlah kita harus senantiasa menjadi seorang penuntut ilmu. Menjadi seorang ibu, apapun status aktivitasnya, menuntut kita untuk senantiasa belajar.
Minimal, seorang ibu harus belajar tentang:
1. Ilmu agama murni: Aqidah, Akhlak, Fiqih, Al Quran
2. Ilmu tentang pernikahan dan parenting.
3. Ilmu tentang kesehatan, nutrisi, dan olah raga.
4. Ilmu lain yang sesuai dengan kecenderungan dan ketertarikan pada bidang ilmu tertentu yang sesuai dengan potensi dan bakat kita.
Sesi Tanya Jawab
Seorang penanya pertama bertanya tentang manajemen waktu Teh Karin saat menjadi student mom yang memiliki toddler. Dijawab oleh Teh Karin bahwa saat itu ia dan suaminya bergantian menjaga anak-anak mereka. Jika ia kuliah, suaminya menjaga anak-anak. Jika ia tidak ada jadwal kuliah, maka suaminya bekerja part time.
Teh Karin juga membawa serta anak bungsunya ke kampus saat masih ASI eksklusif, tentu saja bersama anak pertama dan suaminya yang menunggu di luar. Ia bersyukur karena pihak kampus tidak mempermasalahkan hal itu.
Penanya kedua meminta rekomendasi buku tentang parenting yang bagus. Teh Karin menjawab bahwa untuk para gadis yang belum menikah, sebaiknya membaca buku tentang pernikahan dan fikih wanita. Jumlah yang dibaca tentang kedua tema itu minimal 1 buku.
Sedangkan untuk buku-buku parenting, ia merekomendasikan buku Tarbiyatul Aulad Fil Islam, Prophetic Parenting, dan Fitrah Based Education.
Penanya ketiga meminta ditunjukkan list kegiatan Teh Karin. Ia merasa waktunya terbuang percuma walaupun ia sehari-hari sibuk sebagai perempuan pekerja.
Teh Karin menjawab bahwa kegiatan hariannya bervariasi sekali. Menurutnya tidak ada one best answer karena kultur dan kondisi rumah tangga setiap orang berbeda.
Teh Karin menjawab bahwa kegiatan hariannya bervariasi sekali. Menurutnya tidak ada one best answer karena kultur dan kondisi rumah tangga setiap orang berbeda.
Ia menuliskan hal-hal untuk direnungkan:
- Apakah pekerjaan itu sesuai dengan kecenderungan si penanya atau tidak.
- Apakah dalam pekerjaan tersebut terdapat manfaat atau tidak.
- Apakah pekerjaan tersebut melibatkan maksiat yang mengurangi atau bahkan menghapus keberkahan atau tidak.
Karena jika si penanya bekerja dalam ranah kebaikan, maka seharusnya itu akan membimbing kepada amal kebaikan lainnya. Lalu jika itu adalah amal salih, maka kita akan merasakan kepuasan syukur lahir dan batin setelahnya.
- Apakah pekerjaan itu sesuai dengan kecenderungan si penanya atau tidak.
- Apakah dalam pekerjaan tersebut terdapat manfaat atau tidak.
- Apakah pekerjaan tersebut melibatkan maksiat yang mengurangi atau bahkan menghapus keberkahan atau tidak.
Karena jika si penanya bekerja dalam ranah kebaikan, maka seharusnya itu akan membimbing kepada amal kebaikan lainnya. Lalu jika itu adalah amal salih, maka kita akan merasakan kepuasan syukur lahir dan batin setelahnya.
Kesan Saya Mengikuti Ini
Senang, karena mendapat sudut pandang yang menarik tentang gambaran ibu yang produktif dengan cara yang mudah. Penjelasannya tidak memojokkan, tapi merangkul semua ‘golongan ibu’ agar memunculkan karya terbaiknya. Bukankah kaum ibu akan kuat jika bersinergi, saling mendukung dalam berbagai kondisinya masing-masing?
Mengingatkan bahwa karya apapun tidak akan bermakna tanpa niat lillahi ta’ala, juga selama prosesnya. Ini penting dan saya merasakan manfaatnya. Dengan hanya mengharap ridha-Nya, segala kegiatan menjadi lebih mudah dilakukan. Mengasuh anak, mengurus rumah, berkegiatan bersama tetangga, membaca dan menulis, serta aktifitas lainnya bisa dijalani dengan ceria walaupun sebenarnya menguras pikiran dan tenaga.
Kita memang perlu apresiasi manusia di sekitar kita, tapi itu bagian kecil dari efek interaksi kita dengan mereka. Tujuan utama kita adalah produktif karena Allah Ta’ala.
Salam ibu produktif,
Tatiek Purwanti
⚫⚪⚫⚪⚫⚪⚫⚪⚫⚪
#ODOPOKT9
Tulisan ini diikutsertakan dalam program One Day One Post Blogger Muslimah Indonesia
2 comments
Keren sharing online nya...
ReplyDeleteKapan-kapan mau ikutan juga biar nambah ilmu
Terima kasih ceritanya Mbak:)
Ho-oh, Mbak. Mereka masih muda tapi luar biasa. Monggo ikutan untuk sharing session ke depan. Info selalu ada di FP The Real Ummi.
ReplyDeleteSama2, Mbak 😘